06 August 2011

Mbak Ani dan SRI

Sri Mulyani akan kembali ke tanah air sebagai kandidat kuat presiden. Tagline-nya jelas, mirip ucapan Arnold Schwarszenegger dalam film Terminator: I'll be back. Saya akan kembali.

Partai yang menjadi kendaraannya adalah Serikat Rakyat Independen (SRI), sebuah partai dengan nama serupa dengan nama depan Mbak Ani (sapaan akrab Mulyani) yang berdiri 2 Mei 2011. Saya tak meragukan kapasitas orang-orang yang membangun SRI. Sebut saja di sana ada bekas aktivis mahasiswa A. Rahman Tolleng, pengamat politik Arbi Sanit, wartawan Fikri Jufri, akademisi Rocky Gerung, dan jurnalis televisi Dana Iswara. Saya mempercayai integritas mereka. Sosok ketua umum dipercayakan kepada Damianus Taufan, mantan DPP Partai Indonesia Baru (PIB).

Partai Serikat Rakyat Independen telah memiliki kepengurusan di 33 propinsi di Indonesia. Website resmi srimulyani.net menyebutkan, saat ini SRI tengah mempersiapkan diri untuk memenuhi persyaratan proses verifikasi partai politik yang batas akhirnya ditetapkan 22 Agustus 2011.

Ini partai baru dengan ambisi besar, mirip Demokrat di awal-awal berdirinya. Pertanyaan penting: adakah SRI akan mengulang sukses Demokrat yang akhirnya berhasil mendudukkan Susilo Bambang Yudhoyono ke kursi presiden.

Pertama, dari sisi perjalanan politik, Sri Mulyani sedikit-banyak menapaktilasi 'penderitaan' Yudhoyono. Yudhoyono dicitrakan sebagai sosok yang teraniaya dalam kabinet Megawati Sukarnoputri. Pernyataan Taufik Kiemas, suami Mega, yang menyudutkan Yudhoyono menjadi bensin simpati bagi publik yang sukses dikemas media massa.

Mbak Ani menjadi sosok teraniaya dalam Skandal Bank Century. Namanya disudutkan oleh parlemen atas terjadinya skandal tersebut.� Akhirnya, dia memilih menepi, keluar dari kabinet, dan menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia sejak 1 Juni 2010. Pilihannya itu membuat Yudhoyono terpukul, karena kehilangan salah satu menteri memiliki integritas bagus dan menjadi motor reformasi birokrasi di tubuh Departemen Keuangan.

Integritas bagus dan citra 'teraniaya' seharusnya menjadi modal kuat bagi Mbak Ani untuk meluncur dalam kontestasi presiden. SRI sebagai partai baru idealnya bisa menjual nama Sri Mulyani untuk membetot pemilih dalam pemilu.

Namun Mbak Ani saat ini bukan Yudhoyono dulu. Orang masih belum bisa melupakan bagaimana Mbak Ani, kendati dicitrakan teraniaya, menjadi sosok yang bertanggungjawab dalam bailout untuk Century. Pengusutan Skandal Century akhirnya tak lebih dari lelucon politik, dan sejauh mana kesalahan (atau mungkin justru kebenaran) Mulyani tak terklarifikasi.

Tak terklarifikasinya peran Mbak Ani ini agaknya justru menguntungkan lawan politiknya kelak saat pemilu presiden berlangsung. Di negeri ini, gosip dan rerasan lebih penting ketimbang fakta dalam membentuk kepercayaan. Tengok saja bagaimana 'nyanyian' M. Nazaruddin telah berhasil membentuk 'kebenaran' di benak publik, jauh sebelum fakta-fakta sesungguhnya terungkap di pengadilan. Dan dalam politik di Indonesia, inilah yang terpenting: karena dengan itu Anda bisa menjatuhkan lawan.

Kedua, agak susah juga menebak apakah Partai SRI akan bisa sebesar Partai Demokrat. Demokrat adalah anomali dalam politik Indonesia. Partai ini tak memiliki keterikatan dengan tradisi politik aliran. Bahkan, di sejumlah daerah, partai ini diremehkan di masa awal pendiriannya. Saya masih ingat, di Jember, partai ini sempat kesulitan mencari pengurus ketika baru berdiri.

Ada sejumlah pendapat yang menyatakan, Demokrat besar karena Yudhoyono. Yudhoyono membentuk partai ini dengan tujuan awal menyokong dirinya 'running for president election 2004'. Maka tak heran, jika kemudian partai ini menjadi 'personal party' yang tersentral pada satu sosok. Demokrat berhasil menjadi partai pemenang pemilu, namun gagal menjadi partai modern karena ketergantungan yang begitu besar terhadap Yudhoyono.

Partai SRI berpeluang gagal menjadi partai modern kelak, jika terlalu menggantungkan diri pada nama Sri Mulyani. Namun partai ini juga sulit mengulangi sukses Demokrat, jika Mulyani tersandera bayang-bayang Skandal Century.

Maka, yang bisa dilakukan Partai SRI saat ini adalah merangkul sosok-sosok bersih dan populer di setiap daerah untuk membesarkan partai ini lebih dulu dalam pemilu. SRI bisa meniru Partai Keadilan Sejahtera pada pemilu 2009. PKS mendadak melejit, bukan semata-mata karena sukses berjualan citra. Di sejumlah daerah, termasuk di tapal kuda, sukses PKS ditopang oleh orang-orang yang ditokohkan di tingkat lokal.

Partai SRI tak cukup berjualan citra Sri Mulyani. Lebih jauh, dengan keterlibatan tokoh lokal, akan memastikan partai ini tak elitis. [wir]

3 comments:

Anonymous said...

Hey There. I found your blog using msn. This is an
extremely well written article. I will make sure to bookmark it and
return to read more of your useful info. Thanks for the
post. I'll certainly return.
Review my website Carpet Wipes

Anonymous said...

Appreсiate this post. Will try іt out.
Here is my web page ... no credit check payday loans

Anonymous said...

Τhanks in favor of shаring suсh a pleasant thought, рost is pleasant, thаts why i have read іt
cοmplеtely
Also visit my website - Vida Vacations