Catatan Post Factum atas Kerusuhan Aremania (1)
Beranikah PSSI Menghukum Suporter yang Diklaim Terbaik
Di Kediri, Arema kembali mengamuk. Di Kediri pula Aremania bikin rusuh lagi. Malah tahun ini lebih parah dan payah. Bikin ngeri.
Ada sejumlah pihak menjadikan wasit sebagai kambing hitam kerusuhan di stadion Brawijaya, Rabu (16/1/2008). Keputusan wasit menganulir tiga gol Arema ke gawang Persiwa Wamena dipandang memicu amarah Aremania.
Tudingan wasit pemicu kemarahan mungkin benar. Tapi saya berpendapat, itu bukan alasan, sekali lagi, bukan alasan untuk membenarkan tindakan sejumlah Aremania yang masuk lapangan, memukul wasit, dan bahkan membuat stadion Brawijaya hancur di sana-sini.
Kerusuhan tetaplah kerusuhan. Sebelumnya, setiap kali ada suporter sebuah kesebelasan berbuat rusuh, semua pihak dan media massa tidak memberikan toleransi. Media massa menghujat dan menuntut agar ada ganjaran adil. Jadi, tidak ada alasan bagi semua pihak dan media massa kali ini membenarkan ulah Aremania.
Saat ini ditunggu, apakah PSSI bisa memberikan sanksi yang tegas dan jelas kepada suporter Malang. Ketegasan sikap PSSI ini sangat ditunggu, karena selama ini ada kesan di wajah media massa dan PSSI, Aremania adalah anak manis. Aremania selalu disebut-sebut sebagai suporter terbaik dan tersportif.
Patut dicatat: bukan sekali ini saja Aremania berulah di Kediri. Kerusuhan pernah terjadi saat mereka bertamu mendukung tim Singo Edan berhadapan dengan Persik beberapa tahun lalu.
Perusakan stadion juga bukan sekali ini dilakukan. Kita ingat tahun 2005, stadion Wilis Madiun hancur, setelah Aremania mengamuk. Laga Persekabpas melawan Arema pun terpaksa urung dilakukan.
Kita menyadari, Aremania memang salah satu kelompok suporter yang membawa perubahan di tanah air. Namun, pada musim ini, ada gelagat-gelagat yang tidak baik yang justru muncul dalam pertandingan di Malang.
Sebagaimana ditayangkan di televisi, Aremania banyak menyanyikan hujatan terhadap suporter lain. Lagu-lagu provokatif ini bisa semakin merenggangkan hubungan antar suporter.
Saat pertandingan Arema melawan Persekabpas Pasuruan dan Persipura Jayapura, tindakan tidak terpuji juga dilakukan Aremania yang tak puas dengan hasil pertandingan. Puncaknya di Kediri.
Kini saatnya PSSI bersikap tegas. Akankah PSSI berani menghukum si anak manis, suporter terbaik di Indonesia? Ataukah PSSI hanya berani menghukum Bonek, karena suporter Surabaya memang mendapat profil the bad boy, si anak nakal?
Ataukah PSSI akan bersikap ambigu, sebagaimana dengan dinobatkannya The Jak sebagai suporter terbaik Copa Indonesia kendati melakukan kerusuhan saat semifinal? Masyarakat sepakbola menanti. Cukup sudah kerusuhan suporter. (*)
17 January 2008
Labels: Sepakbola
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
[url=][/url]
Post a Comment