20 January 2008

Andai Saya Aremania....

Andai saya Aremania, maka langkah pertama yang saya lakukan adalah membuat surat permintaan maaf untuk masyarakat Kediri atas kerusuhan yang terjadi Rabu malam lalu.

Saya akan mengungkapkan penyesalan secara mendalam dan siap menanggung semua konsekuensi kerusuhan itu. Saya siap datang ke Kediri dan meminta maaf kepada Persikmania dan seluruh korban kerusuhan.

Saya tak akan berlindung di balik kata oknum, karena kata ini mengaburkan kesalahan yang kami buat.

Saya tak akan mencari kambing hitam manapun untuk membenarkan kerusuhan yang dilakukan kawan-kawan saya, dan mengklaim diri sebagai korban ketidakbecusan wasit. Karena alasan apapun tidak cukup argumentatif dan waras untuk disodorkan sebagai alasan yang membenarkan tindakan Aremania.

Kalau mau dicari siapa yang menjadi korban wasit, maka saya hanya akan menunjuk Arema, tim yang saya dukung.

Pertandingan sepakbola itu sudah cukup jantan melibatkan dua tim dengan 22 pemain di atas lapangan, dengan satu wasit dan dua hakim garis. Kalau ada persoalan, biarkan mereka menyelesaikan sendiri tanpa saya ikut campur, karena memang itu aturannya.

Dan, Arema telah berjuang luar biasa dan jantan, tidak melakukan protes keras kendati merasa dirugikan wasit. Tidak ada protes berlebihan seperti yang dilakukan Persija di Solo. Saya yakin, dengan skor 2 - 1 dan sisa waktu masih cukup banyak, Arema akan bisa membalikkan kedudukan.

Saya justru akan malu mengklaim diri sebagai korban, karena sesungguhnya tindakan Aremania-lah yang membuat warga Kediri menjadi korban: stadion hancur, rumah warga dirusak. Saya tidak bisa membayangkan, kami, Aremania, menuntut keadilan kepada PSSI, tapi harus menghadapi tuntutan keadilan dari warga Kediri.

Saya akan malu disebut bodoh dan nekat plus tak punya malu, karena menyebut kerusakan itu sebagai akibat kesalahan wasit. Sebab: kalau wasit yang salah, kenapa stadion dan rumah warga yang jadi sasaran?

Saya akan mengakui kesalahan saya tanpa mencari kambing hitam lagi. Karena saya tahu, sebagai suporter sejati, saya juga tak akan membenarkan tindakan Bonek yang merusak stadion Gelora 10 November hanya karena beralasan marah terhadap provokasi dan aksi tidak sportif pemain Arema yang mengulur-ulur waktu, tahun 2006 lalu.

Saya akan siap dihukum dan menjadikannya sebagai refleksi, cermin koreksi diri untuk tidak melakukan hal serupa pada masa mendatang.

Saya tak perlu repot-repot menggalang dukungan sana-sini, karena orang yang beradab dan tidak edan pasti tidak akan mendukung dan membenarkan perbuatan kami, sebagaimana kami tidak mau mendukung seorang terpidana korupsi memimpin PSSI. Saya memilih bersikap ksatria: menyelesaikan sendiri apa yang kami mulai.

Saya akan bilang kepada para pejabat Malang Raya yang hendak membela kami, agar lebih baik datang ke Kediri dan menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat di sana.

Saya akan merasa cukup bersyukur, karena Aremania sudah pernah lolos dari hukuman berat, saat melakukan kerusuhan tahun 2003 di Kediri dan menghancurkan stadion Wilis di Madiun tahun 2005.

Saya bersyukur, karena tetap disebut sebagai suporter terbaik setelah dua kerusuhan hebat tersebut, dan tidak seperti Bonek yang akan selalu dicap suporter berandalan kendati tak melakukan kerusuhan hebat sepanjang musim ini.

Saya siap dan akan meminta pengurus Arema menyalahkan kami, Aremania, dan tidak mencari kambing hitam lain terkait kerusuhan tersebut. Saya akan meminta pengurus Arema untuk menanggung kerugian material yang diakibatkan oleh aksi anarkis kami, karena 'Di mana kau berada, di situ kami ada, karena kami Aremania'.

Persebaya sudah pernah melakukannya terhadap Bonek. Namun, kami juga akan meminta pengurus Arema mendampingi kami, memohon banding ke PSSI sebagai tanda penyesalan, sebagaimana yang dilakukan Persebaya dan Bonek dulu. Kami berharap hukuman tiga tahun bisa diringankan, karena kami menyesal.

Namun, sayang, saya bukan Aremania. Saya hanya penonton sepakbola biasa yang hanya bosa tertawa getir, karena kerusuhan hebat mendapat rasionalisasi dari banyak pihak. Saya tidak mau ikut-ikutan edan, dan hanya bisa berdoa: semoga alasan serupa tidak digunakan suporter kesebelasan lain melakukan kerusuhan serupa masa mendatang. (*)

No comments: