Surat untuk Mark Bowden
Aku melayangkan surat kepada Mark Bowden kepada Black Hawk Down. Ia terkejut bukunya diterjemahkan.
Berbekal bahasa Inggris yang pas-pasan, aku melayangkan surat elektronik kepada Mark Bowden. Ia salah satu jurnalis naratif yang saya kagumi. Pernah lihat film Black Hawk Down? Film itu diangkat dari hasil reportasenya.
‘Black Hawk Down’ mulanya sebuah artikel yang dimuat secara bersambung selama sebulan penuh pada November – Desember 1997, di surat kabar Philadelphia Inquirer. Bowden menceritakan kembali perang kota selama 17 jam yang dialami pasukan Amerika Serikat di Mogadishu, ibu kota Somalia, pada Oktober 1993.
Perang itu adalah perang modern yang brutal. Sebuah misi untuk menculik sejumlah perwira penguasa perang Mohamed Farah Aidid diperkirakan hanya memakan waktu sejam. Namun, Amerika salah. Pasukan yang dikirimkan justru remuk redam dihajar gerilyawan Somalia.
Dua helikopter canggih Black Hawk ditembak jatuh (inilah kenapa film dan artikel Bowden berjudul Black Hawk Down). Sementara, 18 serdadu tewas dan 73 lainnya terluka.
Tak ada media Amerika yang memberitakan perang terkeras yang dihadapi serdadu mereka, hingga Bowden melakukan reportase intensif untuk merekonstruksi peristiwa itu.
Untuk menulis cerita ini, Bowden harus membolak-balik ribuan halaman dokumen resmi dan memutar ulang rekaman video dan audio berisi pertempuran Mogadishu selama berjam-jam.
Guna mendapatkan detail, Bowden mewawancarai lebih dari 50 orang serdadu yang terlibat perang itu. Ia juga datang ke Mogadishu untuk mewawancarai berlusin-lusin serdadu Somalia yang juga terlibat dalam pertemputan tersebut.
Hasilnya? Dahsyat. Setelah menonton filmnya, aku mengopi soft file cerita itu dari website Inquirer. Sebuah cerita yang mencengangkan. Black Hawk Down tak jarang juga menjadi bahan dalam kelas naratif dan jurnalisme sastrawi yang digelar Pantau.
Saya ingin berkenalan dengan Bowden dan bermaksud mewawancarainya. Saya hendak menulis jurnalisme naratif dalam media online. Kebetulan juga, salah satu buku Bowden berjudul Finders Keepers sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Joey Si Frustasi yang Beruntung.
Selasa, 25 Desember 2007 saya menulis surat pertama saya, berjudul Regard from Indonesia.
Hi, Mark...
I am sorry if I am not good in English. I just wanna
say that I love your narrative writting.
I am a young reporter and work for news online
www.beritajatim.com. Your work, Black Hawk Down,
inspired me so much. I read it in philly website. I am
sorry because Black Hawk Down doesn't translated yet
in Indonesia languange.
I love your work, Finders Keepers: The Story of a Man
Who Found $1 Million. This book has been translated in
Indonesia and called: 'Joey: Si Frustasi yang
Beruntung'.
I've met Janet Steele, a professor od George
Washington University, and she taught me a lot about
narratives in Jakarta. From her, I know that you so
gigantic.
Oke, that's it. I just wanna say that I would be happy
if I can know you closer.
Regard,
Your Fans from Indonesia
Oryza Ardyansyah
PS:
Can I have a soft copy your article The Joey Coyle
Story. I just wanna know how you make an article to be
a book. Thanks a lot.
Jawaban Mark Bowden saya terima lekas, dan saya baca pada 26 Desember 2007-12-29
Thank you for your very nice note, Oryza. Your English is a lot better than my Indonesian. I am delighted that "Finders Keepers" has found its way into your language. I would be happy to send you a copy of the "Joey Coyle" articles. Please give me your address. Good luck in your own writing!
MB
Lalu saya berkirim surat lagi dengan judul It’s Surprise Me, Pak Mark pada 26 Desember juga.
Salam hangat... (it's mean warm regard in Indonesian)
Wow... I can't say anything. You answer my letter so
fast, it's surprising me. It's honour for me, Pak Mark
(Pak is mister in Indonesian).
Thanks for your kind to send me a copy of the "Joey
Coyle" articles (and please give me your signature).
My address is:
Oryza Ardyansyah Wirawan
Perum Taman Gading Blok MM - 2,
kelurahan Tegal Besar kecamatan Kaliwates
Jember city, East Java province, Indonesia
kode pos 68132
In the future, I wanna do some interview with you via
email, if you're OK. I wanna make writing about you
and your some works, espescially Black Hawk Down on
online, for Pantau and beritajatim.com. Pantau is
feature news service in Indonesia (www.pantau.or.id)
I wanna write about narrative reporting prospect for
news online. I Have some interview with Janet Steele
about narrative reporting prospect for news online.
She called your 'Black Hawk Down' is good example. You
and Philly Inquirer made breakthru in journalism.
In Indonesia, narrative reporting, i.e. your works,
Susan Orlean, Gay Talese, Mark Kramer, or Tom Wolfe,
is not popular, especially in online.
I feel disappoint for that fact. You know, we have
strong storytelling culture. Oral culture. But in
writing, mass medias love straight news so much.
Maybe I'll review your works: Black Hawk Down and
'Joey Si Frustasi yang Beruntung', as examples.
Because, I just have that writings only. (I am really
sorry because I can't read your other works in
Indonesia. Difficult to see your works here.)
I think my letter too long and maybe boring you. But I
really hope could keep in touch with you. I really
like to learn your techniques and your works.
Thanks for your kindness. I'm exciting to wait for you
coming to Indonesia and make some reporting here. God
bless you.
Salam hangat,
your fans
Oryza Ardyansyah Wirawan
Surat itu aku lanjutkan dengan surat lainnya pada 28 Desember dengan judul My Writing about Black Hawk Down in Indonesia.
Hi, Mr. Bowden...
I am sorry if I disturb you, It's me again. I just
wanna let you know about my writing on
http://beritajatim.com. I write about narrative
journalisme future in Indonesia, especially online
news.
I am sorry, because I write it in Indonesian. I wanna
write a long story about narrative journalisme future
in Indonesia, especially online news, for
pantau.or.id. It's news feature service.
So, please let me know if you could give me a time for
some interview via email about that topic. Thank you
very much for your kindness. Once again, I am sorry,
if my letter disturb you.
Your Fan,
Oryza A. W.
PS: below is my writing about Black Hawk Down on
www.beritajatim.com.
Jumat, 28/12/2007 13:10 WIB
Masa Depan Jurnalisme Naratif di Indonesia (6)
Black Hawk Down Terbang Tinggi dalam Jurnalisme Online
Reporter : A Wirawan
Jakarta - Bagaimana sebaiknya jurnalisme naratif
disajikan dalam sebuah media online di Indonesia?
Jawaban itu bisa merujuk pada Black Hawk Down.
Janet Steele, profesor jurnalisme dari George
Washington University mengatakan, Black Hawk Down
adalah eksperimen yang baru saja terjadi di Amerika
Serikat, dan dilakukan oleh suratkabar Philadelphia
Inquirer.
Black Hawk Down adalah karya reportase naratif Mark
Bowden, seorang jurnalis senior Amerika. Tulisan ini
dimuat bersambung setiap hari selama kurang lebih satu
bulan di harian Philadelphia Inquirer. Ceritanya
tentang pasukan Amerika yang terkepung di Mogadishu,
ibu kota Somalia, selama 17 jam, pada tahun 1994.
Karya Bowden ini menjadi salah satu pembahasan dalam
kelas jurnalisme sastrawi dan kelas naratif di Pantau.
Steele sempat menyinggung Black Hawk Down dalam kelas
jurnalisme sastrawi yang saya ikuti, 10 - 21 Desember
silam.
Untuk membuat tulisan ini, Bowden mewawancarai para
tentara Amerika yang menjadi saksi mata peristiwa
berdarah tersebut. Ia terbantu oleh rekaman audio
antara pilot di helikopter Black Hawk yang tertembak
jatuh dengan markas besar militer Amerika.
Tulisan bersambung itu menjadi terobosan dalam
jurnalisme online setelah dimuat secara online dalam
website Inquirer. "Surat kabar seperti di Philadelphia
Inquirer memakai banyak multimedia dalam website
mereka," kata Steele.
Dalam website tersebut, Inquirer menyertakan rekaman
wawancara dan rekaman audio dari helikopter Black
Hawk. Selain itu disajikan dokumen lain seperti peta
Mogadishu untuk menggambarkan meda pertempuran saat
itu. "Internet punya kapasitas luar biasa. Di berita
tradisional, saya akan melakukan reporting kemudian
menulis berita. Tapi kalau saya menulis untuk
internet, saya akan bisa menguatkan dokumen bukti.
Sangat transparan, atau link ke artikel lain," kata
Steele.
Mungkin bisa menjawab pertanyaan dari pembaca. Mungkin
bisa menjawab pertanyaan secara hidup, live chatting.
"Sekarang (di Amerika) semua wartawan muda diberi
kamera video. Ada ekspektasi mereka menulis untuk
website dulu. kalau ada breakingnwes di website dulu,
lalu dimuat di koran," kata Steele.[wir/ted]
Dua surat terakhir belum dijawab oleh Mark. (*)
29 December 2007
Labels: Korespondensi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Bagus ! Mudah-mudahan berlanjut !
Saya tunggu tulisan lainnya
Post a Comment