26 July 2015

Raheem Sterling dan Paulo Sitanggang

Raheem Shaquille Sterling, Liverpool, dan Manchester City mengingatkan saya kepada Paulo Oktavianus Sitanggang, Jember United, dan Barito Putra. Raheem dan Paulo sama-sama pemain belia dan memperkuat tim nasional negara masing-masing. Mereka juga sempat membuat heboh dengan operasi transfer yang kontroversial.

Raheem dibesarkan di London, ibu kota Inggris, di bawah naungan akademi klub Queens Park Rangers. Usianya sebelas tahun waktu itu. Dalam waktu tiga tahun, ia mendapat kesempatan bermain di tim U18 klub tersebut. Pemandu bakat Liverpool, Mark Anderson, terpesona melihat penampilan Raheem saat QPR menghadapi Crystal Palace dalam sebuah pertandingan yunior.

Liverpool harus bersaing dengan klub-klub besar Liga Inggris untuk mendapatkan Raheem, seperti Chelsea, Arsenal, dan Manchester City. Namun The Reds bertindak cepat. Manajemen klub mengundang Raheem dan orang tuanya untuk datang ke Anfield dan mendapat kursi terbaik menyaksikan sebuah pertandingan Liverpool. Raheem dan orang tuanya jatuh hati dengan perlakuan manajemen klub. Selanjutnya mereka boyongan ke Merseyside.

Tak ada klub besar yang melirik Paulo awalnya, kendati talenta besarnya sudah terlihat. Lahir dari pasangan M. Sitanggang dan E. Silalahi di Medan, 17 Oktober 1995, semula Paulo berlatih di Sekolah Sepak Bola (SSB) Kurnia, Medan, dan pindah ke SSB Surya Putra Mariendal Medan.

Tahun 2011, Paulo terpilih sebagai salah satu pemain muda yang bisa mengikuti AC Milan Junior Camp. Sayang, ia cedera jelang dikirim ke Milan. Namun, pelatih Indra Sjafri tetap merekrutnya untuk memperkuat tim nasional Indonesia U17. Di sanalah, Paulo berkenalan dengan Sabeq Fahmi Fachrezy, pemain asal Jember, yang belakangan menjadi 'mak comblang' untuk bergabung dengan Jember United. "Sabeq bilang ke saya ada gelandang bagus. Saya tertarik dan ketemu anak itu (Paulo). Rupanya kami satu hati, dan dia mau ke Jember," kata Manajer Jember United Sirajuddin.

Paulo pindah ke Jember United dalam usia 16 tahun. Sirajuddin tak menawarkan fasilitas mewah kepada Paulo. Ia hanya menemui keluarga Paulo dan melakukan pendekatan kekeluargaan. Salah satunya memastikan agar Paulo tetap bersekolah. "Paulo jadi anak angkat saya. Namanya masuk dalam kartu keluarga saya. Orang tuanya memang berharap demikian. Saya membiayai dia sekolah," kata Sirajuddin.

Raheem dan Paulo pemain itu sama-sama memiliki kelincahan. Mereka gesit dan pekerja keras. Tak butuh waktu lama, keduanya menjadi bagian dari tim inti klub masing-masing. Bahkan, Paulo menjadi bagian dari tim yang mengantarkan Jember United menjuarai Divisi III 2012.

Seperti halnya Raheem pada masa-masa awal bersama Liverpool, Paulo sangat menghormati manajemen Jember United. "Manajemen bagus. Pak Sirajuddin lebih dari manajer, seperti bapak sendiri. Saya kalau ada (keperluan) apa-apa (berbicara) ke dia juga," katanya, terkesan dengan suasana kekeluargaan di antara para pemain Jember United.

Paulo bahkan mendapat penghargaan tinggi dari Bupati Jember MZA Djalal, karena prestasinya di tim nasional U19. Sang kepala daerah memberikan beasiswa kepadanya untuk bisa kuliah di perguruan tinggi manapun di Jember. "Kalau dikasih dalam bentuk uang kan cepat habis. Saya sudah kontak orang tua Paulo di Medan, Sumatra Utara, ternyata alhamdulillah mereka setuju, kuliah memang jauh lebih penting," kata Sirajuddin.

Paulo diperlakukan istimewa di Jember. Ia sudah dianggap berjasa ikut memunculkan nama Jember di pentas sepak bola nasional. Besarnya sambutan untuk Paulo bisa dilihat saat peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober 2013.

Usai upacara Paulo menjadi rebutan foto bareng. Tak hanya siswi-siswi peserta upacara, pejabat-pejabat pun berfoto bersama dengan Paulo. Paulo ditarik ke sana kemari oleh para pelajar itu. Dari alun-alun, Sabeq, Paulo, dan pemain Jember United lainnya yang menjadi kapten tim Jawa Timur untuk Pekan Olahraga Nasional Cakra Yudha, diarak keliling kota.

Komite Nasional Pemuda Indonesia menggandeng Paulo dan Sabeq memimpin pembacaan 'Sumpah Pemuda Antinarkoba', dalam acara sosialisasi antinarkoba di Hotel Aston, Kamis, 7 November 2013. Acara ini diikuti puluhan perwakilan pelajar di Jember. Paulo mengaku senang hidup di Jember. "Di Jember saya bilang masih banyak baiknya. Daripada Medan, lebih enakan di Jember," katanya.

Sebagaimana halnya kisah Raheem dan Liverpool, kisah cinta Paulo dengan Jember dan Jember United tak bertahan lama. Raheem dan Paulo sama-sama memikat klub besar lain, karena tampil cemerlang, terutama saat di tim nasional. Namun di sini pula perbedaan antara Raheem dan Paulo, dan boleh jadi secara umum juga perbedaan pemain-pemain sepak bola di Inggris dan Indonesia.

Hubungan pemain dengan klub di Indonesia sangat tidak stabil. Program 'Bapak Asuh' bagi para pemain timnas U19 yang digagas Badan Tim Nasional PSSI pada medio akhir 2013, membuat klub Mitra Kutai Kartanegara yang bermarkas di Tenggarong menawarkan diri untuk menaungi Paulo. Padahal saat itu Paulo tercatat menjadi pemain Jember United.

Bupati Djalal menyatakan keberatan jika Paulo pindah ke Mitra. "Kita pertahankanlah Paulo. Kita kan sudah bekerjasama dan memberikan pembinaan," katanya kepada manajemen Jember United.

Namun diam-diam Paulo memang sudah tak betah di Jember United. Medio 2014, ia memutuskan menerima tawaran Barito Putra, dan proses kepindahannya menghadirkan saga panas di media massa. Semua berawal saat sebuah media massa olah raga terbitan Jakarta memberitakan bahwa Barito sudah menjalin kesepakatan jangka panjang dengan Paulo.

CEO Barito Putra, Hasnuryadi Sulaiman membenarkan adanya ikatan kontrak dengan Paulo selama tiga tahun. Ia mengatakan, rekrutmen Paulo sesuai kebutuhan tim berjuluk Seribu Sungai itu. "Kami melihat tipe dan karakter dia cocok dengan pola permainan Barito," katanya.

Di Inggris, saga panas terjadi setelah Raheem menolak menandatangani perpanjangan kontrak dengan Liverpool. Tawaran transfer dari sejumlah klub besar Inggris pun mampir ke markas The Reds. Manajemen Liverpool bersikeras menampik semua tawaran transfer di bawah 50 juta poundsterling atau setara kurang lebih Rp 1 triliun rupiah. Raheem pun tak bisa semaunya pindah klub, karena masih terikat kontrak dua tahun dengan The Reds.

Kontroversi terjadi karena pernyataan-pernyataan agen Raheem, Aidy Ward, yang cenderung meremehkan Liverpool. Raheem juga tak mendinginkan situasi dengan melontarkan pernyataan kontroversial di media massa dalam suatu kesempatan yang ditafsirkan fans sebagai pelecehan. Mendadak Raheem menjadi musuh bersama fans Liverpool.

Proses kepindahan Paulo ke Barito Putra juga menghadirkan kontroversi di media massa, namun lebih dikarenakan amarah manajemen Jember United akibat merasa ditelikung. "Saya tidak tahu bagaimana ceritanya. Tapi saya tegaskan, Paulo masih bermain untuk Jember United. Saya belum pernah mengeluarkan surat pindah untuk dia. Paulo bergabung dengan Jember United sejak 2012 sampai 2017," kata Sirajuddin.

Sirajuddin tak mau ambil pusing dengan klaim-klaim sepihak atas Paulo di media massa. "Kalau ada yang mengaku, biar saja. Kami sudah punya pengacara. Kalau Paulo dimainkan di luar Jember United dan tim nasional, kami akan tuntut secara hukum," katanya.

Sirajuddin mengingatkan semua klub yang berminat merekrut Paulo untuk mengikuti etika. "Paling tidak, klub yang berminat komunikasi dululah sama kami. Anaknya (Paulo) juga harus pamit, kalau mau mencari klub yang lebih baik. Terakhir, tentu masalah administrasi diikuti," katanya.

Manajemen Jember United siap melepas Paulo dengan banderol Rp 750 juta. Tidak sepadan dengan banderol Raheem tentu saja. Namun untuk pemain yang baru berusia 19 tahun di Indonesia, angka itu terhitung mahal. "Paulo ini pemain timnas. Pantas dihargai," kata Sirajuddin.

Menurut Sirajuddin, 50 persen nilai transfer itu akan diberikan kepada Paulo, 30 persen untuk Jember United, dan 20 persen untuk pelatih yang selama ini membinanya. "Klub sih ambil pemain gampang. Tapi membina pemain itu tidak gampang. Apalagi Paulo selama ini ikut sama saya. Sekolah juga saya yang menanggung. Saya minta agar klub-klub di luar Jember United tidak ada yang mengklaim. Jangan ulangi lagi," kata Sirajuddin.

Raheem punya agen bernama Aidy Ward untuk mengurusi proses kepindahan, tanda tangan kontrak dan sebagainya. Paulo tak punya siapa-siapa. Di tengah kontroversi itu, Sabtu, 1 November 2014, ia datang ke markas Jember United dengan didampingi seorang kawan untuk menemui Sirajuddin dan pelatih Yani Fathurrachman. Mereka mendiskusikan kepindahan Paulo ke Barito.

Di sana, Paulo menjelaskan kepada Sirajuddin, kontak dengan pengurus Barito terjadi di sebuah hotel di Jogjakarta beberapa waktu lalu. "Kebetulan saya ketemu di hotel. Lalu bicara-bicara," katanya. Di Inggris, klub yang menjalin kontak diam-diam dengan pemain klub lain bisa kena sanksi. Namun tidak dengan di Indonesia.

Sirajuddin tak akan menghalang-halangi pengembangan karir Paulo. Ia juga menyambut baik niat Barito jika mau menjalin komunikasi. "Kalau dia punya niat baik, kami welcome. Kalau karir Paulo lebih baik (di Barito) kami lepas, tapi yang prosedural. Saya ini pengurus PSSI Jatim. Kalau pemain dilepas dengan cara begitu (tidak prosedural) kan tidak enak," kata Sirajuddin.

Tidak ada hasil kongrit dalam pertemuan Paulo dengan pengurus Jember United. Sirajuddin kembali menegaskan klub mana pun mengambil Paulo dengan syarat. "Asal klubnya sehat: sehat secara manajemen, sehat secara keuangan, dan sehat secara politik," katanya.

Di Inggris, saga Raheem berakhir gembira bagi setiap orang. Manchester City bersedia menebus 49 juta pound untuk merekrut sang pemain. Liverpool punya dana segar untuk membeli pemain baru. Aidy, tentu saja, semakin kaya dengan sekian persen nilai transfer Raheem.

Di Jember, saga berakhir setelah perwakilan Barito Putra datang ke Jember. Semua diselesaikan secara kekeluargaan, khas Indonesia. Di hadapan Bupati Djalal, dalam acara penyambutan tim Jember United yang menjuarai Piala Suratin, di Pendapa Wahyawibawagraha, Selasa, 16 Desember 2014, Sirajuddin akhirnya secara terbuka mengungkapkan kepindahan Paulo ke Barito Putra.

"Paulo sudah mengikat kontrak dengan Barito. Kami lepas dengan biaya administrasi. Tak ada transfer, karena Paulo masih pemain amatir. Tapi biaya administrasinya Rp 100 juta. Kami tak menghalangi dia. Anak kita itu sudah berjasa, tak bisa bertahan di Jember United, ya kami lepas saja," kata Sirajuddin. [wir]

No comments: