08 August 2015

Hikayat Seorang Bupati, 10 Tahun, 300 Kilometer

Gerak jalan Tanggul-Jember Tradisional 30 kilometer yang diselenggarakan pada Sabtu (8/8/2015) adalah momentum terakhir bagi keikutsertaan Bupati Jember MZA Djalal. Djalal mengakhiri jabatannya pada September mendatang, setelah memimpin Jember selama dua periode, 2005-2010 dan 2010-2015. Selama sepuluh tahun, tak sekalipun Djalal absen mengikuti Tajemtra.

Djalal tak hanya membuka acara seremonial. Setiap tahun, ia juga ikut berjalan sejauh 30 kilometer dari alun-alun Kecamatan Tanggul hingga alun-alun pusat kota Jember. Jika ditotal, pria asli Jember ini sudah berjalan kaki menempuh 300 kilometer. Sebagai perbandingan: jarak Banyuwangi dengan Surabaya adalah 272 kilometer.

Sejumlah orang dekatnya bercerita, jika Djalal berjalan kaki dengan kecepatan relatif konstan. Bahkan, beberapa kepala satuan kerja yang mencoba setia mendampinginya sampai garis akhir akhirnya angkat tangan. Mereka menyerah dan memilih berhenti pada kilometer tertentu.

Djalal hanya berhenti cukup lama untuk menunaikan salat Asar di masjid tepi jalan. Dalam suatu kesempatan, ia memang meminta kepada semua masjid untuk buka selama pelaksanaan Tajemtra dan menjadi tempat untuk salat. "Jangan sampai salat dilupakan," katanya beberapa tahun lalu.

Stamina Djalal diakui Pimpinan Kantor Bank Indonesia Perwakilan Jember Achmad Bunyamin. "Saya jadi ingin tahu apa rahasia stamina beliau," katanya.

Usia Djalal hendak memasuki kepala enam. Namun, ia masih giat mengikuti kegiatan olahraga fisik seperti bersepeda dan bersepeda motor trail melintasi alam. Bahkan ia pernah bersepeda angin dari Jember menuju Madura sejauh 400 kilometer. Sesuatu yang membuat Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mengacungkan jempol.

Saat hendak menerima penghargaan sebagai salah satu tokoh olahraga dari Seksi Wartawan Olahraga Persatuan Wartawan Indonesia Jawa Timur, Djalal memilih menuju Surabaya dengan bersepeda angin.

Djalal adalah sedikit kepala daerah yang keranjingan olahraga, dalam arti sebenarnya. Ia pernah menggelontorkan Rp 5 miliar untuk klub sepak bola Persid Jember. Namun ia kecewa setelah pengelolaan manajemen Persid tak berjalan bagus. Bahkan pemain sempat berunjukrasa karena terlambat digaji.

Saat Bulan Berkunjung ke Jember (BBJ), sebuah agenda pariwisata tahunan pada 2008, Djalal membiayai pendirian klub bola voli Jember Pemkab Indomaret dan menjadikan Jember tuan rumah kompetisi Proliga. Tujuannya: mempromosikan Jember, melalui siaran langsung pertandingan bola voli di televisi.

Kegilaan Djalal terhadap olahraga sempat diprotes pendukung Persid Jember. Ini gara-gara ia menyulap Stadion Notohadinegoro menjadi sirkuit motokros. Rumput lapangan sepak bola rusak, dan Persid terpaksa menjalani laga kandang kompetisi sepak bola Divisi I di Lumajang.

Namun Djalal membayar impas kesalahannya kepada suporter dengan mendirikan stadion baru di Kecamatan Ajung berkapasitas 20 ribu penonton. Suporter yang tadinya kecewa dan antipati pun berbalik arah dan mengusulkan agar stadion itu dinamakan MZA Djalal Stadium.

Jelang lengser, Djalal menginstruksikan agar Jember menjadi sentra pembinaan sepak bola. Ia terilhami dengan sukses klub Jember United menjuarai turnamen yunior Piala Suratin. Para pemain sepak bola berprestasi seperti Sabeq Fahmi Fachrezy, Paulo Sitanggang, dan Cakra Yudha mendapat beasiswa untuk kuliah ke perguruan tinggi negeri di Jember.

Hari ini, Tajemtra terakhir bagi seorang bupati bernama MZA Djalal. Siapa bupati Jember kelak yang bakal berjalan 30 kilometer setiap tahun seperti dia? Siapa pemimpin daerah Jember yang kelak akan menjaga api olahraga di kota ini?

Waktu akan menjawab. Kepala daerah datang dan pergi. Namun Tajemtra tak boleh mati. Ini salah satu simbol bahwa olahraga, rakyat, dan peran negara hadir dalam satu sinergi. Begitulah. (wir)

No comments: