04 May 2011

Pasar Tradisional vs Pasar Modern di Mata Legislator PKS

Saya bertemu Pak Artono, anggota Komisi B DPRD Jawa Timur dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, di Rumah Makan Padang Salero, Rabu (4/5/2011). Bidang yang digarap Pak Artono di Komisi B adalah masalah perekonomian. Dia juga pengusaha. Jadi pas juga kalau saya wawancara soal pasar tradisional dan pasar modern yang hari ini dihadap-hadapkan.

Salah saya juga memiliki asumsi sebelum wawancara. Saya berasumsi, karena berasal dari partai Islam yang menjunjung ide kerakyatan, Pak Artono tentu setuju adanya peraturan daerah yang mengatur pertumbuhan pasar modern maupun ritel yang menjamur. Saya sempat baca di suatu tempat, bahwa pertumbuhan pasar tradisional minus dan pasar modern (dalam hal ini ritel supermarket justru positif di atas 30 persen).

Ternyata Pak Artono menyatakan, pasar tradisional harus dibiarkan bertarung bebas dengan pasar modern. Pasar modern dan pasar tradisional memiliki pangsa berbeda. Tak semua orang masuk pasar modern. "Jadi biarkan masyarakat menentukan mau memilih yang mana. Tidak perlu diatur (dalam peraturan daerah). Kalau sedikit-sedikit diatur, tak bisa berkompetisi," katanya.

Saatnya pasar tradisional untuk mandiri tanpa selalu meminta uluran tangan pemerintah. "Kapan akan jadi orang kuat, kalau sedikit-sedikit minta perlindungan," kata Pak Artono.

Persaingan bebas antara pasar tradisional dan modern justru akan memicu kreativitas dan inovasi. Jika sudah demikian, pasar tradisional akan punya daya tahan, jika negara dilanda krisis sekalipun.

Pak Artono meminta agar semua pihak memaknai pertumbuhan pasr modern dan berkurangnya pertumbuhan pasar tradisional. "Kenapa tidak dilihat ini dampak kesuksesan dari pasar tradisional menjadi pasar modern," katanya.

Intinya, lanjut Pak Artono, "serahkan kepada mekanisme pasar. Kalau masyarakat maju, pasar tradisional yang dulunya kumuh bisa jadi modern." [wir]

No comments: