09 May 2011

Administratur Pabrik Gula Semboro Menangis

Administratur Pabrik Gula PT Perkebunan Nusantara XI, Kusnadi, menangis saat memberikan sambutan pembukaan musim giling tebu, di halaman pabrik, Senin (9/5/2011).

Kusnadi tak bisa menahan air matanya, saat mengingatkan para pegawai pabrik tentang amanat untuk bisa bekerja maksimal. "Kita dititipi amanat. Camkan bahwa amanat itu kita emban," katanya.

Kusnadi menjelaskan, bahwa pabrik gula Semboro mengalami kerugian tahun lalu. Ini dikarenakan banyak kendala yang muncul, seperti jumlah tebu yang digiling turun drastis, target hasil penggilingan tak terpenuhi, serta target rendemen tak tercapai. "Anomali iklim di luar dugaan kurang menguntungkan," katanya.

Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia Arum Sabil melihat aura keseriusan datri pidato Kusnadi. "Kita tahu sebelum menjadi administratur, beliau adalah sosok periang. Tapi saya lihat dalam pidatonya, beliau tegang, serius, dan hampir tak bisa menahan emosi," katanya.

Musim giling tahun 2010, pabrik gula PT Perkebunan Nusantara XI di Semboro mengalami kerugian sekitar Rp 25 miliar. Angka terbesar sepanjang sejarah pabrik sejak jaman Belanda.

"Tahun 2010 adalah tahun bencana bagi pabrik gula Semboro. Tidak pernah terjadi sepanjang sejarah, PG Semboro mengalami kerugian hampir Rp 25 miliar. Tahun 2011 ini, musim giling banyak mengalami tantangan," kata Arum.

Kerugian ini dikarenakan banyak kendala yang muncul, seperti jumlah tebu yang digiling turun drastis, target hasil penggilingan tak terpenuhi, serta target rendemen tak tercapai. "Anomali iklim di luar dugaan kurang menguntungkan," kata Kusnadi.

Tahun 2007, luas areal lahan tebu rakyat kredit (TRK) mencapai 7.000-8.000 hektare. Total tebu rakyat dan tebu sewa mencapai 9.100 hektare. Produksi gula pun pada tahun itu mencpai 70 ribu ton.

Gula milik perusahaan pun bisa mencapai 33 ribu ton. Dengan jumlah karyawan mencapai dua ribu orang, maka produktivitas karyawan mencapai 16 ton per orang per tahun.

Tahun 2010, angka-angka itu anjlok. Tebu rakyat kredit yang tercatat di Koperasi Petani Tebu Rakyat hanya 4.500 hektare. Dengan tebu sewa, jumlah lahan tebu yng menggilingkan panen di PG Semboro 6.100 hektare.

Penurunan luas lahan ini berdampak pada produksi gula. Tahun 2010, produksi gula hanya 40 ribu ton. Gula milik perusahaan yang menjadi modal hanya 19 ribu ton, yang berarti produktivitas karyawan hanya 9,5 ton per orang per tahun.

Kerugian yang dialami PG Semboro sebenarnya ironis, melihat peredaran uang dengan keberadaan pabrik itu Jember mencapai Rp 323 miliar, yang di dalamnya hasil penjualan tebu petani Rp 147 miliar. Selain itu, pabrik ini juga memasok pajak untuk negara Rp 5,6 miliar per tahun.

Suyitno, Direktur Perencanaan dan Pengembangan PTPN XI, mencoba memecah ketegangan saat berpidato. "Wajar, kalau Pak Kusnadi menangis, karena waktu diberi tugas menjadi administratur Semboro, beliau ampun-ampun," katanya.

Suyitno teringat dialog antara dirinya dengan Kusnadi. "Jangan saya, Pak. Saya ini kurang satu tahun (pensiun). Kondisi pabrik juga begitu," kata Kusnadi, dikutip Suyitno kembali.

"Saya jawab: 'tidak, Pak Kus. Pak Kus yang bisa ndandani (memperbaiki) pabrik gula Semboro'. Jadi, memang harus menangis Pak Kus, karena kondisi PG semboro betul-betul parah," katanya.

Kusnadi berjanji segera menata sejumlah hal, termasuk organisasi tebang muat dan angkut. Selain itu, PG Semboro akan memggelar kursus untuk petani dan karyawan, guna menyamakan persepsi, terutama masalah rendemen.

Masalah off-farm (di luar budidaya tanaman) di pabrik terus diperbaiki. Ketergantungan terhadap bahan bakar minyak diatasi dengan bahan bakar alternatif. [wir]

No comments: