08 March 2011

Pawang Singo Edan Bernama Jacksen F. Tiago

Jacksen F. Tiago memiliki sejarah unik dalam urusan berhadapan dengan Arema, saat sebagai pemain dan pelatih. Mengulangi kemenangan 6-1 di dua tim yang berbeda.

Jacksen layak disebut sebagai pawang Singo Edan. Sebagai pemain, saat bergabung dengan Persebaya di tahun 1997, dia pernah ikut melumat Arema di Stadion Gelora 10 Nopember dengan skor telak 6-1. Kini, 14 tahun kemudian, ia mengulanginya lagi dengan skor sama sebagai pelatih Persipura Jayapura.

"Kayaknya aku mencetak gol (waktu Persebaya melawan Arema). Tapi saya lupa," kata Jacksen kepada beritajatim.com via pesan pendek.

Jacksen mengaku senang tim asuhannya bisa mengalahkan salah satu rival dalam perburuan gelar juara Liga Indonesia. "Saya berharap kebetulan yang terjadi dengan hasil akhir kompetisi tahun 1997 dan tahun ini bisa sama. Baru aku akan bersyukur dan bangga," katanya.

Tahun 1997, sebagai ujung tombak, Jacksen berhasil membawa Persebaya menjadi juara Liga Indonesia untuk pertama kalinya. Kini sebagai pelatih Persipura, ia berpotensi menciptakan rekor baru: membawa Persipura menjadi juara Liga Indonesia untuk ketiga kalinya, melebihi Persebaya Surabaya dan Persik Kediri.

Kebetulan juga, saat melatih Persebaya tahun 2004, Jacksen juga mencetak rekor dengan membawa tim Bajul Ijo sebagai juara Liga Indonesia untuk kedua kalinya. Sesuatu yang kemudian disamai Persik dan Persipura.

Jacksen F. Tiago mengaku tidak bisa melupakan Surabaya. Pelatih asal Brasil ini meminta dukungan doa dari Bonek agar Persipura bisa menjadi juara Liga Indonesia musim ini.

Diwawancarai via ponsel oleh beritajatim.com setelah mengalahkan Arema 6-1, Senin (7/3/2011), Jacksen menyatakan tersanjung dan berterima kasih atas dukungan Bonek.

"Saya tidak mungkin akan melupakan kota Surabaya. Sampai saat ini, kalau saya berlibur, saya tetap memilih Surabaya, bukan kota lain. Itu karena saya seperti merasa berada di rumah sendiri," katanya.

Jacksen memang mengukir sejarah manis di Surabaya. Sebagai pemain, dia membawa Persebaya menjadi juara Liga Indonesia sekaligus menjadi pencetak gol terbanyak pada 1997. Ia mengawali karir kepelatihan di klub Assyaabaab.

Sebagai pelatih, Jacksen membawa Persebaya juara Divisi I (sekarang Divisi Utama) tahun 2003 dan juara Liga Indonesia tahun 2004. Majalah TEMPO saat itu menulis judul 'Mukjizat di Tambaksari', karena Persebaya baru bisa memastikan menjadi juara hingga laga akhir kompetisi, setelah mengalahkan Persija 2-1. Kompetisi Liga Indonesia tahun 2004 adalah kompetisi terketat sepanjang sejarah, karena peringkat 1 hingga 3 klasemen (Persebaya, PSM, Persija) sama-sama memiliki nilai 68.

"Saya mohon dukungan doa teman-teman Bonek, supaya Persipura tetap diberkati sampai akhir perjuangan kami nanti. Salam hormat," kata Jacksen.

Jacksen berharap kemenangan 6-1 atas Arema menjadi pertanda baik bagi Persipura. "Kunci (kemenangan) adalah pemain meningkatkan kolektivitas bermain, dan menghemat tenaga. Selain itu kesabaran dalam bermain," katanya. (*)

1 comment:

hasan chumaidi said...

big man memang mendapat apresiasi utk menangani timnas tapi ingat ia masih wna,tapi kecintaannya pada sepak bola indonesia terutama pembinaan bibit muda di surabaya masih membara.Sekarang ia mendirikan school de football canarinho di goal futsal jagir wonokromo,makanya pulang bro ke surabaya biar bisa lihat talenta Hugo (anak Jaksen)