13 February 2011

Persidmania Ganti Nama Jadi Berni

Jangan sebut lagi pendukung Persatuan Sepakbola Indonesia Djember (Persid) dengan nama Persidmania. Nama Persidmania maupun Gabungan Suporter Jember (Gangter) bermetamorfosis menjadi Berni alias Jember Brani atau Jember Wani.

Salah satu tokoh suporter dan mantan Sekretaris Jenderal Gangster Wardoyo Achmad mengatakan, wacana perubahan nama ini untuk mereduksi perbedaan antara Gangster dan New Gangster. Kendati sama-sama pendukung Persid, dua kelompok ini sempat terlibat perselisihan tajam.

Gangster identik dengan atribur warna kuning, warna jersey Persid saat ini. Sementara New Gangster identik dengan atribut warna biru, warna jersey Persid pada musim-musim kompetisi lalu. Dua suporter duduk terpisah, Gangster berada di tribun selatan dan New Gangster di tribun utara Stadion Notohadinegoro.

Kedua belah pihak sering terlibat aksi saling ejek, saat sama-sama mendukung Persid di Stadion Notohadinegoro, dalam putaran pertama kompetisi Divisi I musim 2010. Bahkan, terakhir terjadi pembacokan salah satu tokoh suporter Gangster oleh tokoh suporter New Gangster.

Menurut Wardoyo, nama Gangster bagi yang tidak tahu bahwa itu sebuah akronim dikesankan dengan nama gerombolan penjahat. "Imej ini yang mau kita geser demi membangun kelompok suporter yang bermartabat, guna menyongsong Divisi Utama," katanya.

Sementara nama Berni sendiri akrab dengan hikayat pendirian kota Jember. Jember adalah kota perkebunan yang tumbuh pada abad 18. Salah satu tokoh Belanda keturunan Skotlandia yang terkenal adalah George Birnie atau orang Jember menyebutnya Berni.

"Legendanya, Van Berni ini seorang Belanda yang tampan, bijak, dan baik hati kepada kaum pribumi. Ia suka membagikan roti," kata Wardoyo.

Menurut wartawan Andreas Harsono dalam Hoakiao dari Jember, sekitar tahun 1850, Birnie membuka perkebunan tembakau di Jember, untuk dipasarkan hasilnya ke Eropa. Ia mendatangkan pekerja dari Blitar dan Pulau Madura. Birnie menikahi Rabina, seorang perempuan Jawa, dan mengirim anak-anak mereka ke Belanda untuk belajar.

Birnie tak hanya menanam tembakau yang menjadi bahan baku cerutu. Dia juga menanam kopi, karet, dan kakao. Kelak Jember menjadi pusat penelitian kopi dan kakao. Jember pada abad 19 adalah sebuah afdeling, bagian dari kabupaten Bondowoso. Tanaman perkebunan dibudidayakan di sekujur lereng pegunungan Argopuro.

Nama perusahaan perkebunan Birnie adalah Lanbhouw Maaschappij Out Djember. Pekerja-pekerja perkebunan yang didatangkan dari beberapa daerah di Jawa Timur, membuat Jember menjadi ramai. Tahun 1805, jumlah penduduk Jember hanya lima ribu orang. Akhir abad 19 sudah mencapai sekitar satu juta orang.

Wardoyo mengatakan, suporter Persid menyambut ajakan membangun kelompok suporter yang bermartabat dengan cara memulainya dari komunitas sendiri. "Karut-marutnya sepakbola Indonesia tidak semata disebabkan bobroknya federasi pusat. Kerusuhan antar suporter yang sering terjadi juga punya andil negatif pada perkembangan sepakbola Indonesia," katanya.

Namun Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa DPRD Jember, Ayub Junaidi, keberatan jika nama suporter kesebelasan Persid diubah menjadi Berni (Jember Brani atau Jember Wani). Lebih baik memakai nama berbau perjuangan.

"Saya sebenarnya keberatan nama Persidmania diganti. Kalau memang untuk mendamaikan suporter, kenapa mesti ganti nama? Kenapa tidak tetap Persidmania," kata Ayub.

Seandainya pun memang perlu diganti, Ayub menolak penggunaan nama Berni. "Nama itu terlalu berbau kolonialisme. Kenapa tidak pakai nama pahlawan, seperti Laskar Sroedji atau nama lain yang membawa kebanggaan Jember. Masa nama orang Belanda dijadikan julukan. Apapun baiknya orang Belanda, dia tetap kolonialis," katanya.

Ayub mengusulkan, agar nama untuk suporter Persatuan Sepakbola Indonesia Djember (Persid) disayembarakan saja. "Kalau saya sih lebih suka namanya tetap Persidmania. Lihatlah Bonek. Walaupun Persebaya pecah jadi dua (bermain di Divisi Utama dan Liga Primer Indonesia), nama suporter Persebaya ya tetap Bonek. Tidak ada Bonek LPI dan Bonek DU (Divisi Utama)," kata Ayub, memberi contoh.

Namun jika memang harus berganti nama, Ayub mengusulkan untuk mencari nama yang baik. "Kalau perlu pakai sayembara. Saya siap menjadi sponsor. Pengurus Persid seharusnya menggelar sayembara itu. Pakai nama yang memberi cita rasa perjuangan," kata pria yang cinta mati dengan kesebelasan Chelsea dan AC Milan ini.

Untuk urusan sayembara, sebenarnya bukan hal baru bagi Persid. Saat awal-awal bangkit di era 1999-2000, julukan Persid pun disayembarakan oleh Harian Radar Jember. Saat itu, Persid bermain di Divisi II dan julukannya pun belum pakem. Belakangan terjadi perbedaan: Radar Jember memakai julukan Macan Sangar, namun para suporter memilih Macan Raung. Bahkan, suporter memiliki lagu berjudul Macan Raung yang dinyanyikan di saat Persid bertanding.

Ayub menginginkan agar pengurus Persid mulai membenahi suporter. Suporter adalah aset berharga sebuah klub. Jika mampu ditata dengan baik, akan menguntungkan klub seperti di Inggris. [wir]

No comments: