01 January 2011

Satu Abad Puslit Kopi Kakao Indonesia

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember tepat berusia satu abad, Sabtu (1/1/2011). Dalam usia satu abad, lembaga penelitian ini berperan besar untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen kakao terbesar di dunia.

Usia Puslit Kopi dan Kakao (Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute) lebih tua daripada usia kemerdekaan Indonesia, bahkan juga lebih tua daripada usia kota Jember. Pertama kali berdiri 1 Januari 1911 dengan nama Besoekisch Proefstation.

Sejak 1981, lembaga non profit ini memegang mandat meneliti dan mengembangkan komoditas kopi dan kakao secara nasional. Mulanya, sejak didirikan PPKKI berkantor di Jalan PB Sudirman nomor 90 Jember. Namun tahun 1987, seluruh kegiatan operasional dipindahkan ke perkebunan Renteng.

Kebun percobaan PPKKI meliputi 160 hektare di Jember, 100 hektare di Malang, dan 11 hektare di Bondowoso. Untuk cokelat atau kakao, PPKKI telah berhasil mengembangkan benih kakao unggul, seperti Lindak Hibrida F1 hasil persilangan terbuka dan bibit kakao asal Somatic Embryogenesis.

Menjelang peringatan seabad Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, para peneliti lembaga tersebut menemukan klon kopi Arabika Andongsari 2 K dan hibrida kakao Lindak ICCRI 6 H.

Peneliti senior Puslit Kopi dan Kakao, Soerip Mawardi, mengatakan, klon Arabika Andongsari memiliki cita rasa yang enak dan tahan penyakit karat daun. "Produksinya juga tinggi, sekitar dua ton per hektare setiap tahun," katanya.

Kehadiran klon ini bak gayung bersambut dengan keinginan pemerintah untuk merevitalisasi tanaman kopi. Prioritas akan dilakukan pada pengembangan kopi arabika. Pemerintah berharap, proporsi ekspor kopi arabika mencapai minimal 30 mpersen dari total ekspor kopi nasional.

Puslit Kopi dan Kakao yang kini di bawah Kementerian BUMN menangkap peluang itu. Puslit memiliki kebun kopi Arabika seluas 100 hektare di Desa Andongsari Kecamatan Pakem Kabupaten Bondowoso. "Breeding kita baru, dari medium ke large bean. Kita breeding pada cita rasa, karena kopi Arabika Indonesia 80 persen masuk pasar specialty. Indonesia sumber penting kopi specialty, yang diperdagangkan berdasar muru dan cita rasa yang unik dan khas," kata Soerip.

Menteri Pertanian RI Suswono meminta kepada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia untuk ikut membantu petani kopi luwak tradisional, agar kualitas produk mereka bisa lebih dilirik pasar.

"Harga kopi luwak petani Rp 250 ribu per kilogram. Sementara harga kopi luwak Puslit Kopi Kakao bisa Rp 1,3 juta per kilogram. Ini tantangan agar Puslit jangan kaya sendiri, tapi bagaimana petani juga bisa ikut kaya," katanya.

Jika ini tak segera ditangani, bisa memunculkan kecemburuan sosial. Tingginya harga kopi luwak produksi Puslit Kopi dan Kakao tak lepas dari sertifikasi standar terhadap produk tersebut. Hal ini yang tidak ditemui pada petani. "Bagaimana kalau dijadikan plasma, agar standar petani bisa terangkat dan sama," kata Suswono.

Untuk kakao, Puslit mengembangkan teknologi Somatik Embriogenesis. Bibit kakao SE menjadi andalan pemerintah Indonesia dalam Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional tahun 2009. Selama ini, Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen kakao terbesar di dunia, di bawah Pantai Gading. Puslit menjadi satu-satunya tempat pengembangan SE di Indonesia.

Sukses Puslit mengembangkan teknologi Somatik Embriogenesis membuat negara lain tergiur. "Ada beberapa negara penghasil kakao di Afrika, dari Ghana, Pantai Gading, melalui mitra di Australia mengatakan, apa mungkin teknologi itu ditransfer ke Afrika. Terus terang kami tidak setuju kalau teknologi ditransfer. Tapi kalau materi bahan tanam yang sudah diproduksi ditransfer ke sana, saya setuju," kata Teguh Wahyudi, Direktur Puslit Kopi dan Kakao Indonesia.

"Kami menolak transfer teknologi. Dia mintanya gratis. Padahal kami untuk mendapatkan itu tidak gampang. Katanya mungkin membantu sesama negara berkembang. Tapi masalahnya bukan itu, mereka pesaing kita. Duit itu nomor dua, nasionalisme harus ada," kata Teguh, tertawa.

Saat ini, masyarakat industri kakao dunia menengok ke Indonesia, terutama karena program Gerakan Nasional Kakao. Teguh sempat ke Jenewa, Swiss, dan dimintai penjelasan soal program gernas kakao, karena terkait dengan pasokan bahan baku ke pabrik cokelat di Swiss.

Dengan gernas kakao, dalam waktu 4-5 lima tahun, akan dibudidayakan 70 ribu hektare kakao yang menghasilkan 70 ribu ton. "Saya optimistis 2015, Indonesia akan nomor satu di dunia untuk kakao," kata Teguh.

Beberapa pengusaha di Malaysia mencoba kontak untuk membeli bibit di Puslit Kopi dan Kakao. "Malaysian Cocoa Board sempat datang membicarakan kemungkinan-kemungkinan itu. Kebanggaan. Dari dulu kita belajar ke Malaysia, tapi sekarang mereka datang ke Indonesia," kata Teguh.

Selain mengembangkan diri sebagai pusat penelitian, Puslit juga layak menjadi rujukan tempat studi banding dan wisata pendidikan. Sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi berbasis pertanian acap kali mengirimkan siswa-siswa mereka ke PPKKI untuk belajar dan melihat langsung proses produksi dan pengolahan kopi dan kakao.

“Anak taman kanak-kanak pernah juga datang untuk pengenalan. Kalau ini ada peluang untuk wisata ilmiah, kenapa tidak? Ada rencana ke depan, Pusat Penelitian Kopi Kakao akan dijadikan objek wisata agro. Kita tak hanya bisa memperkenalkan kakao dari budidaya, tapi juga produksi industri hilir kita bisa perkenalkan kepada masyarakat luas,” kata Qithfirul Aziz, salah satu pegawai di sana. [wir]

No comments: