31 January 2011

Keberatan Aremania (Teguh R. Handoyo)

SAYA sebagai Aremania dan pendukung kemajuan sepak bola nasional merasa senang dengan pemberitaan Tempo edisi 24-30 Januari 2011 yang mengulas persepakbolaan kita. Namun ada beberapa hal yang mesti diluruskan karena kurang atau tidak sesuai dengan fakta.

1. Kedekatan Arema dan Nirwan Bakrie memang benar adanya, tapi tidak seperti yang dicitrakan dalam tulisan tersebut. Nirwan dekat dengan semua klub Galatama dan memberikan bantuan finansial tidak hanya untuk Arema. Tapi Arema tidak mendapatkan keistimewaan menyangkut pertandingan. Gelar juara Galatama 1992-1993 diperoleh dari hasil perjuangan berat Arema sendiri.

2. Tidak ada suporter Bonek dalam pertandingan Arema versus Persebaya di Malang. Proses terjadinya gol memang lewat penalti yang didapatkan karena M. Ridhuan terjatuh di dalam kotak 16 meski hanya sedikit bergesekan dengan bek Persebaya. Karena posisi wasit di belakang kedua pemain, secara sekilas terlihat seperti pelanggaran.

3. Tudingan ada suap dalam pertandingan Arema versus Persiwa di Wamena pernah diungkapkan pelatih Persija (waktu itu) Benny Dollo. Aremania merespons tudingan itu dengan mengadakan nonton bareng rekaman pertandingan di Wamena yang difasilitasi oleh sebuah koran lokal di Malang. Terlihat jelas Arema menang dengan bersih. Permintaan manajemen Arema agar pertandingan tersebut dikawal PSSI agar berjalan dengan fair saya rasa wajar mengingat seringnya ada kejadian "aneh bin ajaib" ketika Persiwa bermain di kandang.

4. Seluruh dunia juga tahu skor akhir pertandingan Arema versus Persija adalah 5-1 untuk kemenangan Arema, bukan 2-1 seperti yang dituliskan.

5. Apabila ada beberapa nama yang dulu turut membidani lahirnya Arema, itu adalah hak dan rezeki dia. Arema tidak mendapatkan fasilitas khusus, bahkan terlalu sering dizalimi oleh PSSI. Aremania jugalah yang berada di garda depan�dan meneriakkan "Revolusi PSSI".

6. Laporan Tempo soal Arema sepertinya perlu dipertanyakan kredibilitasnya karena banyaknya informasi yang tidak akurat dan menggiring opini negatif para pembaca.

7. Arema tidaklah suci dan sempurna. Namun kami juga tidak seburuk dan sekotor yang digambarkan dalam tulisan Tempo. Semoga dengan tanggapan ini pembaca Tempo memperoleh informasi yang utuh, akurat, dan tidak sepotong-sepotong sehingga menjadi multitafsir. Semoga majalah Tempo terus berkarya.

Salam Satu Jiwa.
Teguh R. Handoyo
Malang

No comments: