31 January 2011

Klarifikasi PSSI

LAPORAN Utama Majalah Tempo Edisi 24-30 Januari 2011 berjudul "KoruPSSI, Banyak Sandiwara di Lapangan Bola" menyajikan pemberitaan tentang sepak bola nasional dari dimensi yang terjadi di lapangan pertandingan dan kompetisi. Lebih spesifik lagi soal indikasi adanya "mafia suap", "mafia perwasitan", dan penyalahgunaan dana APBD.

Kami berterima kasih atas investigasi Tempo, kendati-seperti biasanya-terkait dengan tudingan adanya praktek penyuapan terhadap berbagai elemen sepak bola, termasuk wasit, sebagian besar hanya berdasarkan cerita atau penuturan dari sumber-sumber yang sulit dibuktikan kebenarannya.

Bukan berarti PSSI tinggal diam, termasuk dalam kepengurusan 2003-2007 dan 2007-2011 di bawah kepemimpinan H.A.M. Nurdin Halid. Indikasi atau tudingan praktek kotor dalam kompetisi direspons PSSI dengan membentuk tim-tim untuk melakukan penelusuran lebih jauh, dan hasilnya direkomendasikan ke pengurus, termasuk pembentukan Satgas Anti Mafia Wasit yang diketuai Brigjen Polisi (Purnawirawan) Ashar Suryobroto (bukan Bernhard Limbong seperti ditulis Tempo) serta Tim Pencari Fakta yang diketuai Muhammad Zein.

Terkait dengan pelanggaran penggunaan dana APBD, tentu kami sayangkan juga jika ada pihak-pihak yang menyimpulkan bahwa penyimpangan tersebut sudah lazim dilakukan klub-klub. Apalagi PSSI merespons positif pelarangan pemakaian dana APBD untuk klub-klub peserta kompetisi profesional, seperti diputuskan dalam Kongres di Bali pekan lalu. Ini mencerminkan kesiapan PSSI dalam membuat pergelaran kompetisinya lebih profesional dan mandiri.

Dalam tiga tahun ke depan, sampai 2014, dana APBD sudah tidak lagi menjadi sandaran utama kehidupan klub-klub sepak bola. Dalam masa transisi ke arah itu, pemakaian dana APBD dapat dilakukan dengan tiga prinsip, yakni ownership, partnership, atau sponsorship.

Penuangan Laporan Utama Tempo berjudul "KoruPSSI" dalam pandangan kami terkesan asosiatif serta cenderung dapat menumbuhkan kognisi (kesadaran, pengetahuan, pengertian) dan afeksi (loyalitas, emosi, prasangka) yang minor atau negatif terhadap PSSI dan kompetisi-kompetisi yang dinaunginya, baik ISL yang dikelola PT Liga Indonesia maupun liga-liga amatir yang diselenggarakan Badan Liga Sepak Bola Amatir Indonesia (BLAI) PSSI.

Semoga kami tidak keliru untuk menafsirkan bahwa Laporan Utama Tempo ini sengaja dibuat untuk lebih menguntungkan salah satu pihak, yang tentu amat disayangkan karena menggoyahkan kredibilitas Tempo sebagai media yang layak dibaca dan dipercaya.

Seyogianya juga Tempo lebih jernih dalam menelisik persoalan. Ada beberapa poin yang kami rasa patut diklarifikasi. Tentang pembekuan keanggotaan Persibo Bojonegoro dan Persema Malang, misalnya. Kengototan wakil mereka untuk menghadiri Kongres II PSSI di Hotel Pan Pacific, Lee Meridien, Tanah Lot, Bali, 21-22 Januari lalu, tidak pada tempatnya karena kedua klub itu sudah mengundurkan diri dari kompetisi ISL.

Persibo dan Persema telah melakukan pelanggaran terhadap Statuta PSSI dengan tampil pada kegiatan sepak bola yang tidak diadakan oleh PSSI (ayat 1.c Pasal 15 Statuta PSSI, Kewajiban Anggota). Skorsing yang telah ditetapkan oleh Komite Eksekutif PSSI kemudian mendapat pengesahan dari Kongres di Bali (ayat 1, Pasal 16, Statuta PSSI, Skorsing). Sangat aneh jika perwakilan kedua klub itu memaksa mengikuti Kongres.

Kami senantiasa terbuka untuk memberikan dan menyampaikan beragam informasi kepada publik, terutama media massa. Keterbukaan atau transparansi dalam masalah keuangan, misalnya.

Kami bersyukur pemerintah berkenan mengguyurkan bantuan dana Rp 20 miliar untuk mendukung pembinaan dan kiprah tim nasional. Ada sembilan item timnas yang membutuhkan dana, dan hanya timnas senior yang tampil menawan di AFF Suzuki Cup 2010 yang tidak cost-center. Pertanggungjawaban pemakaian dana APBN ini sudah selesai dibuat.

Sebagai media yang menjunjung tinggi asas cover both sides, sangat dihargai jika Tempo berkenan menuangkan kinerja PSSI membangun prestasi dan mengembangkan konsep manajemen sepak bola modern. PSSI tak pernah berhenti melakukan upaya terobosan dalam membangun prestasi timnas, termasuk pengiriman tim U-16 dan U-19 ke Uruguay, yang 2011 ini merupakan tahun keempat. Di dalam negeri, perekrutan pelatih Alfred Riedl dari Austria tentu menjadi bagian tak terpisahkan dari upaya pencapaian target optimal dengan menggapai prestasi di SEA Games XXVI nanti.

Tubagus Adhi
Manajer Humas Dept. Media PSSI

No comments: