20 December 2010

Bonek Jabodetabek: Dialog Dulu, Demo Belakangan

Pendukung Persebaya yang tergabung dalam Bonek Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) lebih mengutamakan dialog, dalam menyelesaikan konflik terkait Wisma Eri Irianto, sebagai bentuk penghargaan terhadap Walikota Surabaya.
"Kami pakai cara persuasif. Kami akan bertanya baik-baik. Kalau ternyata tidak ada tanggapan, baru kami akan turun jalan," kata Nanang Ariyadi, salah satu pentolan Bonek Jabodetabek. Salah satu langkah awal adalah menyurati Walikota Surabaya Tri Rismaharini.

Risma memberikan tenggat kepada Persebaya yang dipimpin Saleh Ismail Mukadar agar meninggalkan Karanggayam sebelum 31 Desember 2010. Pemerintah Kota Surabaya beralasan, mess yang digunakan Persebaya selama puluhan tahun itu hendak digunakan untuk keperluan lain.

Nanang yakin, munculnya surat itu dikarenakan adanya kesalahpahaman dan kekurangmengertian Risma. Namun Bonek Jabodetabek tak ingin berspekulasi tentang latar belakang terbitnya surat itu. "Meski kami yakin masyarakat awam pun juga bisa mengira arah, tujuan dan maksud terbitnya surat walikota itu," katanya.

Saat ini, lanjut Nanang, Persebaya sudah terlalu sering dizalimi oleh pihak-pihak yang tak menginginkan klub berjuluk Bajul Ijo itu mandiri, lebih baik, dan profesional. Penzaliman ini dilakukan dengan berbagai cara. Namun, Bonek Jabodetabek yakin Persebaya tak akan bisa diruntuhkan.

"Kami sudah berkoordinasi dengan kawan-kawan Bonek elemen lain di Surabaya untuk memberikan penyikapan yang sama," kata Nanang.

"Kami meminta penjelasan dari Pemkot terkait surat dari Bu Risma itu. Kami meminta bukti tertulis terkait kepemilikan Pemkot atas hak tanah dan bangunan di lingkungan Gelora 10 Nopember," kata Nanang.

Bonek Jabodetabek juga mendesak Pemkot dan PT Persebaya Indonesia untuk segera duduk bersama, membicarakan masalah kejelasan aset tanah dan bangunan tersebut. Nanang mengingatkan, Persebaya adalah salah satu ikon Surabaya dan menjadi bagian integral perjuangan rakyat kota ini selama puluhan tahun, bahkan sebelum Indonesia merdeka.

Bonek Jabodetabek juga menyerukan kepada Pemkot untuk tak menganggarkan APBD bagi klub sepakbola, termasuk untuk klub yang mengatasnamakan Persebaya. "Kami juga menyerukan kepada seluruh elemen Bonek untuk bersama-sama mengawal Persebaya menjadi klub yang lebih mandiri dan profesional," kata Nanang.

Bonek Jabodetabek adalah salah satu elemen Bonek pertama yang melakukan respons dengan jalan melayangkan surat resmi kepada Pemkot. Kelompok yang terdiri atas Bonek dengan berbagai profesi dan bekerja di ibukota ini terkejut dengan surat Risma itu. [wir]

No comments: