12 January 2010

NU Jember Tolak Masuk MURI

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Jember menampik anggapan, bahwa sikap tidak netral secara institusional dalam pemilihan kepala daerah mendatang membuat organisasi itu layak masuk Museum Rekor Indonesia (Muri).

Sebelumnya, mantan Ketua Partai Kebangkitan Bangsa Jember yang juga Ketua DPRD Jember 2004-2009, Madini Farouq, melontarkan sindiran terhadap pernyataan PCNU yang bakal tak netral dalam pilkada. "NU Jember layak masuk Museum Rekor Indonesia, karena ini satu-satunya pengurus NU mulai dari tingkatan pengurus besar hingga cabang yang terang-terangan mengambil posisi tak netral secara resmi organisasi," katanya.

"Kalau dikatakan bisa masuk MURI, berarti kami satu-satunya. PCNU Jember bukan satu-satunya PCNU yang menyatakan demikian. Malah kami ini tergolong terlambat. PCNU Banyuwangi malah sudah jelas-jelas secara resmi mendukung Abdullah Azwar Anas dalam pilkada. Begitu juga PCNU Gresik yang mendukung secara resmi Husnul Khuluq," kata Ketua PCNU Jember Abdullah Syamsul Arifin, Selasa (12/1/2010).

Abdullah menganggap pernyataan Madini menunjukkan kurangnya informasi mengenai hal tersebut. Ia melihat pernyataan itu terlontar karena Madini merasa paling memahami NU. Padahal, pernyataan ini justru menunjukkan bahwa Madini kurang memahami NU.

Abdullah menegaskan, tak ada satu pun kamus NU yang menyatakan 'kembali ke khittah' berarti netral dalam urusan politik. "Khittah adalah garis kebijakan yang dipakai sebagai landasan operasional organisasi. Penerjemahan khittah ini yang kemudian bergeser dari waktu ke waktu, sesuai kondisi saat itu.

Persoalannya, khittah ini kemudian diterjemahkan secara berlebihan maupun reduksionis oleh kalangan tertentu yang ingin memanfaatkan NU. "Khittah minus (reduksionis) adalah khittah yang diterjemahkan untuk mengebiri gerak NU ber-amar ma'ruf nahi munkar. Sementara khittah plus, adalah khittah yang diperluas untuk dimanfaatkan kepentingan tertentu," kata Abdullah.

Bagaimana dengan khittah 1926 yang menyatakan NU sebagai organisasi sosial kemasyarakatan? "NU memang organisasi sosial kemasyarakatan. Namun juga punya potensi politik. Kita tetap berpegang pada semangat tahun 1926 (tahun berdirinya NU) untuk menafsirkan khittah secara kontekstual," kata Abdullah. [wir]

No comments: