11 January 2010

PCNU Jember Layak Masuk MURI

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Jember layak dicatat dalam rekor Indonesia. Ini dikarenakan PCNU Jember adalah pengurus struktural NU pertama yang berani menyatakan akan bersikap tak netral secara institusional dalam pemilihan kepala daerah Jember 2010.

Sindiran ini dilontarkan mantan Ketua Partai Kebangkitan Bangsa Jember yang juga Ketua DPRD Jember 2004-2009, Madini Farouq, Senin (11/1/2010). "NU Jember layak masuk Museum Rekor Indonesia, karena ini satu-satunya pengurus NU mulai dari tingkatan pengurus besar hingga cabang yang terang-terangan mengambil posisi tak netral secara resmi organisasi," katanya.

Madini mengingatkan, para pengurus struktural NU tidak pernah menyeret lembaga secara resmi untuk bersikap dalam politik praktis. Apa yang terjadi selama ini, pengurus besar, wilayah, maupun cabang mengambil sikap politik secara individu dan tak mengatasnamakan organisasi, sehingga pilihan-pilihan politik itu beragam.

Madini menyatakan, apa yang dilakukan PCNU Jember jelas-jelas telah melanggar ketentuan organisasi NU. "Boleh dikatakan, mereka (PCNU Jember) telah mengkhianati apa yang digariskan khittah dan mengkhianati komitmen moral mereka sendiri saat Konferensi Cabang NU," katanya.

Dalam Konfercab NU Juni 2009, Abdullah Syamsul Arifin dan Madini Farouq berhadapan sebagai kandidat ketua tanfidz NU. Saat itu, Madini merasa didiskreditkan melalui isu bahwa dirinya bakal membawa NU ke kancah politik praktis jika menang. Abdullah alias Gus Aab dianggap sebagai representasi kelompok yang bakal membawa NU tetap pada khittah. "Sekarang terbukti, siapa yang membawa NU secara organisasi masuk politik praktis," kata Madini, tersenyum.

Mengawali tahun 2010, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Jember dan badan otonomnya mengeluarkan pernyataan mengejutkan mengenai pemilu kepala daerah. "Tidak mungkin NU dan banom-banom mengambil posisi netral, karena warga NU punya hak politik untuk menyukseskan pilkada," kata Gus Aab.

Menurut Gus Aab, panggilan akrab Syamsul Arifin, jika NU secara institusional memosisikan diri netral, maka warga NU akan menjadi rebutan dan ditarik ke sana kemari. Sikap resmi PCNU dan badan otonom (Fatayat, Gerakan Pemuda Ansor, dan Muslimah) dalam pilkada akan menjadi panduan bagi warga Nahdliyyin Jember.

Gus Aab menolak tudingan jika PCNU Jember berpolitik praktis dan mengingkari khittah, jika terang-terangan secara institusional mendukung salah satu pasangan calon. Dengan mendukung secara terang-terangan salah satu calon, justru PCNU menyelamatkan organisasi dari perpecahan.

Soal pengingkaran terhadap khittah, Gus Aab menandaskan, selama ini banyak yang menyalahapahmi makna khittah dan netralitas. "Khittah sering dimanfaatkan orang luar NU. Kalau NU mendukung kadernya sendiri dalam pemilihan umum, maka akan diteriaki agar jangan ikut-ikutan karena melanggar khittah. Tapi kalau NU diam saja, umat diambil semua (jadi lumbung suara)," katanya.

Khittah berarti garis. "Maknanya, garis yang dijadikan dasar pijakan yang ditetapkan bersama, untuk menjalankan amanat jam'iyah," kata Gus Aab saat itu. [wir]

No comments: