08 November 2010


Dilema Persidmania: Kehormatan atau Kebanggaan

Berada di simpang jalan. Itulah yang saat ini tengah dialami Persidmania, suporter setia kesebelasan Persatuan Sepakbola Indonesia Djember. Mana yang akan dipilih antara memprotes keras PSSI atau mendukung pengurus Persid melakukan lobi agar bisa lolos Divisi Utama.

Dilema ini muncul setelah, Persid Jember gagal lolos ke Divisi Utama untuk kesekian kalinya. Hasil Grup D putaran kedua kompetisi Divisi I di Banyuwangi, Persid hanya menempati posisi ketiga klasemen. Jika mengacu manual awal yang diterima pengurus Persid, hanya juara dan runner grup yang lolos ke babak selanjutnya, yaitu Persewangi Banyuwangi dan Persepam Pamekasan. Namun pengurus Persid dan Persidmania merasa telah dicurangi, mengingat pada laga terakhir melawan Persepam, gol tunggal Persid dianulir oleh wasit. Persidmania melihat PSSI tak adil kepada Persid.

Menurut informasi yang diterima reporter beritajatim.com, Persidmania akan berkonsentrasi menuntut pertanggungjawaban pengurus dan manajemen Persid setelah kegagalan tersebut. Betapa tidak, dengan kegagalan ini, berarti delapan tahun sudah tim berjuluk Macan Sangar ini berada di Divisi I. Mereka juga akan melakukan protes terhadap PSSI.

Namun, wacana tuntutan pertanggungjawaban berganti, setelah pengurus menggulirkan wacana akan memerjuangkan Persid melalui jalur nonteknis. Artinya, diyakini masih ada peluang bagi Persid untuk naik ke Divisi Utama melalui slot peringkat tiga klasemen terbaik. Pengurus Persid menyatakan tak putus asa melakukan komunikasi dengan pengurus PSSI.

Langkah pengurus ini memunculkan dilema pada diri Persidmania. Sebagian Persidmania sepakat dengan cara yang ditempuh pengurus. Sebagian lainnya menolak keras. "Berkembang dua pendapat, dan alasannya sama-sama kuat dan bagus," kata Wardoyo Achmad, Sekretaris Jenderal Gabungan Suporter Jember (Gangster), Minggu (7/11/2010).

Persidmania yang menolak langkah non teknis pengurus beralasan, ingin tetap menjaga kehormatan walau tetap berada di Divisi I. "Alasannya, percuma jika prestasi yang didapat berasal dari 'beli'. Itu hanya kebanggaan semu. Jika kita mendukung praktik-praktik seperti itu, sama dengan mendukung kebijakan-kebijakan PSSI yang kita sendiri tahu itu salah," kata Wardoyo.

Pihak yang menolak ini berpendapat, kapan akan mengubah kondisi sepakbola nasional yang karut-marut jika klub-klub sendiri takut bersikap. "Sepakbola bukan hanya 11 lawan 11. Ada banyak nilai yang terkandung, dan jika prosesnya benar, akan dapat memberi lebih dari sekadar kebanggaan," kata Wardoyo.

Sementara, Persidmania yang setuju dengan langkah non teknis pengurus juga punya alasan kuat. "Alasannya, ada sistim yang salah di PSSI, yang selama ini tidak kita manfaatkan maksimal. Apalagi Persid tahun ini layak lolos jika dibandingkan kontestan lain. Sulit untuk melawan pengondisian dengan skema 4-4-2, 4-3-3, 3-5-2, atau formasi apapun," kata Wardoyo.

Lebih lanjut, Persidmania yang setuju dengan langkah non teknis pengurus Persid juga bosan terus-terusan di Divisi I. "Pengurus Persid juga tidak berani banting setir ikut Liga Primer Indonesia," kata Wardoyo.

Semua pilihan itu memiliki konsekuensi. Jika pada akhirnya sepakat memilih untuk tetap melakukan aksi protes kepada PSSI, maka Persidmania harus siap dengan segala risikonya. Jika memang apa yang diyakini pengurus Persid benar, bahwa masih ada peluang melalui jalur non teknis, maka Persidmania harus siap jika nanti ternyata aksi demo itu membuat peluang itu tertutup.

Pembina Persid, Miftahul Ulum, sempat meminta agar Persidmania tidak melakukan aksi atau gerakan yang justru merugikan upaya pengurus itu. Ia menyatakan, pengurus berjuang secara proporsional untuk membuka mata PSSI.

Jika kemudian Persid benar-benar gagal masuk Divisi Utama, maka Persidmania harus bersabar menanti tahun depan untuk mencoba naik kasta. Ini mungkin menyakitkan, mengingat tim yang dulu satu kasta macam Persibo Bojonegoro dan Persela Lamongan sudah berada di Liga Super Indonesia.

Namun, dengan memilih untuk tetap memprotes PSSI, maka Persidmania tetap terhormat 'tidak menjilat ludah sendiri'. Di status Facebook grup Gangster dan status FB Persidmania, sumpah serapah dan kutukan terhadap rezim PSSI Nurdin Halid dikumandangkan. Bahkan, Sekretaris Jenderal Gangster Wardoyo Achmad sempat menyerukan agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghentikan sementara kompetisi di bawah naungan PSSI.

Kompetisi Divisi I musim 2010/2011 memang menghadirkan keanehan. Persis Solo absen dalam penyisihan putaran pertama di Banyuwangi, alias tidak mengikuti kompetisi dari awal. Namun, mendadak ada keputusan dari PSSI setelah kompetisi Divisi I berjalan, bahwa Persis Solo didongkrak ke Divisi Utama untuk menggantikan PSDS Deli Serdang yang mengundurkan diri. Kompetisi Divisi Utama musim 2010/2011 sendiri belum digelar.

Opsi kedua bagi Persidmania adalah tetap diam tanpa melakukan gerakan, sebagai tanda dukungan atas langkah pengurus. Dengan memilih opsi ini, Persidmania tidak perlu susah-payah melakukan aksi protes kepada pengurus PSSI. Dengan opsi ini juga, Persidmania harus menghentikan kutukan dan kecaman terhadap PSSI, karena nasib Persid tergantung apa kata PSSI.

Keuntungan opsi ini, jika memang apa yang diyakini dan diupayakan pengurus benar dan terbukti, maka tahun depan Persid bisa saja berlaga di Divisi Utama. Ini berarti Persidmania boleh berbangga memiliki kesebelasan Divisi Utama, yang tinggal selangkah menembus Super Liga Indonesia.

Namun, persoalannya, hingga saat ini, tidak ada yang berani menjamin Persid akan lolos ke Divisi Utama. Artinya, upaya pengurus masih berpeluang gagal. Jika kemudian ternyata langkah 'non teknis' pengurus Persid memang benar-benar gagal, maka dengan memilih opsi ini, Persidmania telah menyia-nyiakan momentum untuk melakukan perlawanan terhadap PSSI Nurdin Halid. Momentum tidak datang dua kali.

Jadi, opsi manakah yang akan dipilih oleh Persidmania? Kita masih menunggu. Yang terang, sebagaimana dilontarkan Wardoyo Achmad, kita semua berharap opsi apapun yang dipilih benar-benar diputuskan secara matang dan tidak memunculkan perpecahan di kalangan suporter Persid sendiri. Satu suara satu hati. [wir]

No comments: