15 June 2009

Cerdas, Wacana Ekonomi Syariah Tak Perlu Ditakuti

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance Indonesia (Indef), Ahmad Erani Yustika, menilai, wacana ekonomi syariah tak perlu ditakuti. Justru melemparkan wacana tersebut dalam sebuah kampanye pemilihan presiden menunjukkan kecerdasan politik.

"Sebagian konstituen adalah kalangan pesantren dan perguruan tinggi yang memiliki perhatian terhadap ekonomi syariah. Selama ini ekonomi syariah juga dianggap sebagai alternatif yang memadai di antara sistem ekonomi kapitalis dan sosialis," kata doktor lulusan University of Gottingen Jerman ini, Senin (15/6/2009).

Sistem ekonomi sosialis telah hancur. Sementara itu, sistem ekonomi kapitalis juga mempunyai efek negatif yang menyebabkan krisis global saat ini. Ekonom syariah Universitas Airlangga Suherman Rosyidi mengatakan, sistem kapitalisme seperti dalam bank konvensional memiliki pendekatan moneter.

"Bagaimana caranya agar duit bertambah. Sementara ekonomi syariah yang ditunjukkan dalam bank syariah melakukan pendekatan, bagaimana menggerakkan pasar," kata Suherman.

Ekonomi syariah mengandalkan pada kepercayaan antara pemberi kredit dengan penerima kredit. "Jika Anda pinjam duit di bank syariah, maka akan diperhatikan penggunaannya. Kalau bank konvensional, Anda mau pinjam uang, tidak dilihat mau digunakan apa," kata Suherman.

Erani Yustika mengatakan, sistem ekonomi syariah bisa dikembangkan tanpa menyingkirkan sistem ekonomi lain yang saat ini berlaku. "Jadi harus berdampingan. Kalau ini bisa dilakukan, maka tidak akan membuat satu kelompok merasa dipojokkan," katanya.

Masalah perlakuan adil terhadap dua sistem, yakni sistem ekonomi syariah dan konvensional pada dunia perbankan, Suherman Rosyidi menilai, saat ini sudah cukup bagus. "Bank Indonesia sudah memperlakukan sama. Bank konvensional yang belum memiliki sektor syariah diperingatkan," katanya.

Suherman gembira dengan persepsi masyarakat terhadap bank syariah saat ini. Ia pernah melakukan penelitian tentang perpindahan modal antara bank syariah dengan bank konvensional.

"Saat bunga di bank konvensional naik, banyak yang mengalihkan uang dari bank syariah ke bank konvensional. Namun ketika bunga turun, banyak yang kembali ke bank syariah. Ini menunjukkan, bahwa bank syariah mulai diperhitungkan. Berbeda jika saat bunga di bank konvensional naik atau turun, tidak ada pergerakan di bank syariah, berarti nasabah bank syariah ini hanya orang-orang tertentu yang menabung di sana, karena berharap pahala," kata Suherman. [wir]

No comments: