31 May 2009

JK: Permudah Kredit untuk UKM

Dunia perbankan saatnya menyadari perannya untuk menguatkan perekonomian rakyat. Calon Presiden Muhammad Jusuf Kalla (JK) menyerukan, perbankan agar mempermudah pengucuran kredit berbunga lunak untuk usaha menengah - kecil dan mikro (UMKM).

JK mengungkapkan, suku bunga pinjaman bank harus diturunkan menjadi satu digit. Hal ini untuk memberi peluang bagi pengusaha mengembangkan investasinya. "Sulit bagi pengusaha untuk berkembang jika suku bunga tinggi," katanya.

UMKM memang tak ubahnya paradoks di negeri ini. Di satu sisi, UMKM sudah terbukti tahan banting dalam situasi krisis. Setiap pemerintahan selalu menganggarkan bantuan kepada sektor itu. Namun, di sisi lain, dunia perbankan masih saja sulit memberikan kredit dalam jumlah proporsional sebagaimana lazimnya diberikan kepada pengusaha besar.

"Harapan saya bunga kredit itu bisa turun. Bunga tinggi sungguh memberatkan pengusaha menengah dan kecil seperti saya," kata Toni Rahmansyah, pengusaha eksebisi dari Gresik, Jatim ketika dihubungi, Minggu (31/5/2009).

Penegasan senada disampaikan Iwan Dhamar, pengusaha percetakan dari Surabaya. Karena bunga bank tinggi, dia mencari pola pendanaan lain untuk menghidupi dan menggerakkan bisnisnya. Di antaranya mencari pola kemitraan dengan BUMN melalui dana CSR (Corporate Social Responsibility).

"Untungnya, saya bisa dapat dana PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) dari PT Semen Gresik," kata Iwan Dhamar.

Bunga perbankan yang bergerak di level 14% sampai 18% per tahun sangat memberatkan pengusaha menengah - bawah. Padahal, BI Rate sebagai bunga acuan perbankan terus-menerus turun. Kini BI Rate berada di level 7,25% per tahun. "Latar Pak JK yang pengusaha tulen, pasti akan lebih praktis kebijakannya, termasuk menurunkan suku bunga bank," tambah Toni Rahmansyah.

Urusan kredit memang ruwet. Dr. Ayu Sutarto, budayawan yang pernah melakukan penelitian soal perbankan dan perilaku pemanfataan dana bank, mengatakan di masyarakat tingkat bawah muncul adanya prasangka etnis terkait peminjaman uang kepada perbankan: bahwa etnis (UMKM) tertentu sulit meminjam uang dari bank.

Sunarti, seorang pengusaha roti di Jember, tak berani ambil risiko pinjam duit di bank untuk mengembangkan usahanya. "Bank minta agunan. Saya tidak punya," katanya.

Di Bangladesh, peraih nobel, Muhammad, Yunus mendirikan Grameen Bank untuk memberikan kredit kepada orang miskin dan orang-orang tak berduit tebal seperti Sunarti, agar mereka bisa mengurus diri sendiri.

JK amat tersentuh dengan Grameen Bank yang memiliki 2.226 cabang di 71.317 desa di Bangladesh. "Perlakuan kita di Republik ini semua terbalik. Usaha besar dapat perlakuan lebih mudah, bunga lebih rendah. UKM bunga lebih tinggi. Itu perbuatan yang tak pantas dilakukan," katanya.

JK mengancam bakal memecat direksi bank yang tetap tidak mau memberikan kredit dengan bunga rendah ke sektor riil. Ia bahkan mengakui menyebut bank yang menetapkan suku bunga terlalu tinggi tidak ubah seperti perampok.

"Saya pernah bilang bank seperti rampok dengan bunga 18 %. Akhirnya mereka mau menurunkan menjadi 12%. Jadi harus turun," tegasnya.

Sementara itu, Wiranto menambahkan dia juga sudah berdiskusi dengan JK mengenai alokasi kredit UMKM jika mereka berdua terpilih. "Kita akan perbesar alokasi kredit ke UMKM," ungkapnya.

Dari pengamatan, banyak perbankan mengarahkan kreditnya ke proyek-proyek besar (terutama infrastruktur) berjangka waktu panjang. Bahkan bank - bank daerah juga melakukan hal sama.

Dirut PT BTN, Muhammad Iqbal Latanro, di Surabaya pernah mengatakan, prinsipnya perbankan tak suka suku bunga tinggi. "Suku bunga tinggi menekan angka permintaan dan perbankan kesulitan menyalurkan dana yang disimpannya untuk kepentingan produktif. Ada banyak pertimbangan teknis perbankan kenapa suku bunga kredit turunnya bertahap. Di antaranya, resiko kredit macet dan jangka waktu kredit yang disalurkan," katanya. [wir/air]

No comments: