26 May 2009

Facebook, Zuckerberg, Lirboyo

Ini kisah yang terjadi di bulan Mei. Cerita tentang perdebatan klasik: agama dan sains. Tentang kecemasan yang laten, bahwa keduanya saling menolak dan menghabisi. Sains dan hasil-hasilnya adalah kotak pandora yang jika tali pengikatnya diudar dan dibuka, akan mengeluarkan hal-hal jahat, mengganggu eksistensi keimanan terhadap Tuhan.

Alkisah, 24 Mei dua tahun silam, seorang belia bernama Mark Zuckerberg memperkenalkan sebuah platform program komputer untuk menciptakan aplikasi program sosial dalam Facebook. Dalam hitungan pekan, banyak aplikasi yang masuk yang telah dibuat dan sudah memiliki jutaan pengguna. Saat ini, lebih dari 400 ribu pengembang program seluruh dunia membuat aplikasi program untuk Platform Facebook.

Apakah Facebook itu? Mulanya di Universitas Harvard, sebuah perguruan tinggi mentereng di Amerika Serikat pada tahun 2003. Awalnya adalah Zuckerberg bersama dua sobatnya. Mereka membuat semacam situs jejaring sosial yang semula diperuntukkan untuk para mahasiswa Harvard saja. Dalam program ini, pengguna komputer bisa masuk dalam jaringan yang diorganisir berdasarkan kota, tempat kerja, sekolah, dan wilayah. Mereka bisa saling berhubungan satu sama lain; memperluas perkawanan, membuat profil personal.

Zuckerberg lantas memperluas ekspansi Facebook hingga ke hampir 55 kampus, dan mengikat jejaring bagi ratusan ribu orang. Mendadak nama Zuckeberg menjadi bahan pembicaraan. Facebook yang dirancang ketika usianya masih 19 tahun membuat Microsoft ngiler.

Hari ini, karya Zuckerberg telah membuat ratusan juta orang terpikat dan saling berhubungan. Zuckeberg bukan santo atau wali. Tapi Facebook menciptakan jamaahnya sendiri, yang oleh esais Goenawan Mohammad disebut Jamaah Al-Fisbuqiyyah.

Kamis, 14 Mei tahun ini, Zuckerberg berusia 25 tahun. Ia lebih berduit, dan menjadi orang terkaya nomor 321 di Amerika Serikat. Majalah Time menobatkannya salah satu orang yang paling berpengaruh di dunia.

Kediri, 22 Mei 2009. Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) Se-Jawa Timur tidak memperkenankan Facebook dan beberapa aplikasi teknologi seperti Friendster, ponsel, 3 G dan SMS, untuk melakukan percakapan lawan jenis. Ada pengandaian: semua produk sains itu berpotensi memicu syahwat, dan kita tahu, syahwat menjadi persoalan dan dosa purba umat manusia.

Kontroversi berhamburan. Berita pertama mengenai hasil bahsul matsail yang dipampang di beritajatim.com dibaca ribuan bahkan puluhan ribu orang. Sebagian mengeluarkan komentar keras, sebagian hanya menyayangkan. Namun ada juga yang sepakat.

Saya percaya, mereka yang berkumpul di Pondok Pesantren Lirboyo dan menyerukan bahaya Facebook adalah orang-orang yang bijak-bestari, berilmu mumpuni. Peringatan dan seruan tak selamanya keliru, kendati tak selalu benar.

Yang saya tak mengerti adalah pengandaian logika seksis di balik seruan itu. Syahwat, erotisme, dan godaan seksualitas sejatinya melekat pada diri manusia, bukan melekat pada apa yang diciptakan manusia. Mengapa logika itu yang dikedepankan dalam menghukumi Facebook dan apapun produk sains? Mengapa bukan logika kemanusiaan: Facebook memperkukuh jalinan paseduluran. Brotherhood and sisterhood of mankind.

Saya khawatir, penggunaan logika seksis akan mematikan logika persaudaraan. Para bijak-bestari itu tak usah cemas Facebook, ponsel, Friendster, atau produk sains lainnya hanya akan digunakan memantik nafsu. Saya kira, kecemasan, seruan berlebihan, dan ketakutan pada klasifikasi-klasifikasi produk sains yang berkembang terus,
hanya akan membuat posisi agama tak stabil, terlihat profan dan rentan. Seakan-akan, agama selalu tergopoh-gopoh menghadapi sesuatu yang baru dan memasang barikade, seperti bersiap sesuatu yang baru itu menghadirkan ancaman.

Kita masih ingat, awalnya para bijak-bestari menabukan kondom atas nama agama. Namun, hari ini, kita tahu, kondom tak hanya berurusan dengan wacana syahwat. Orang menerima kondom tanpa harus takut berurusan dengan pahala dan dosa. Pada akhirnya, bicara tentang kontradiksi-kontradiksi dalam sebuah produk sains adalah bicara soal kontradiksi manusia.

Bagaimana para jamaah? Apakah kita sudah sepaham? [wir]

No comments: