01 April 2009

Tiga Tahun yang Lalu...

Saya masih ingat malam itu: 28 April 2006. Saya baru saja mendapat pesan pendek dari salah satu kawan. "Kamu ditunggu di Surabaya. Ada rapat dengan reporter seluruh Jatim di kantor."

Alamat kantor itu jelas: Jalan Ngagel Jaya Utara 170. Itu dekat sekolah saya saat kanak-kanak.

Saya berangkat dalam keadaan menggigil karena demam. Di Surabaya, pukul 23.30, saya tidak langsung beristirahat. Dengan kepala yang pusing, aku meluncur ke Ngagel. Sempat putar-putar mencari alamat itu.

Saya bersua dua orang kawan lama: Muhibudin Kamali dan Hari Tri Wasono. Saya lantas diperkenalkan kepada dua orang, Uglu dan Agus Supriyadi. Mereka berdua anggota dewan redaksi beritajatim.com.

Hari itu, saya berkenalan dengan beritajatim.com. Malam itu juga, saya menandatangani kontrak kerja di sana. Saya dipotret untuk pembuatan kartu identitas.

Sebagian awak Beritajatim.com adalah mantan anak-anak harian Surya dan Suara Indonesia. Di sana ada Teddy, mantan wartawan Surya yang dulu biasa ngepos di Polda Jatim, dan tiga kawan saya di Suara Indonesia.

Agus memberi penjelasan sedikit tentang media dotkom. "Nanti kita punya tiga deadline berita, jam 12.00, jam 16.00, dan jam 19.00. Kalau di lapangan ada kejadian menarik yang harus segera diberitakan, missed call saja aku. Nanti kutelpon balik, langsung report by phone," katanya.

"Kirimkan juga berita soal potensi daerah. Segmen kita berbeda, karena internet digunakan kalangan tertentu. Kriminal kecil-kecil nggak usah dikirim."

Sebelum pulang ke Jember, saya kongko-kongko di warung sebentar dengan Hari dan Muhibudin. Kami bicara soal prospek media massa. Soal Beritajatim.com, Hari pesimis bisa bertahan lama. Ramalannya masuk akal: di tengah budaya orang baca koran, seberapa lama sebuah media online yang bergantung semata-mata dari iklan bisa bertahan.

Saya tidak banyak menjawab ramalan Hari. Saya hanya bersyukur, saya bisa kembali bekerja sebagai jurnalis, menjelang kelahiran anak saya yang pertama. Tuhan memberi saya banyak jalan.

Pukul 02.30 dini hari. Saya pamit mundur. "Sampai jumpa lagi," kata saya kepada Hari dan Muhibudin. Lalu saya menghilang di kegelapan malam.

Saya masih ingat malam itu. Tiga tahun yang lalu. Kini, tak banyak yang berubah. Ada yang datang dan pergi. Sebagian besar yang masuk kantor ini bersama saya sudah pergi, berpindah kerja. Tak kembali. Ada wajah baru yang bergabung di kantor yang sederhana ini. Kantor itu tak lagi di Ngagel Jaya, tapi di Jalan Ciliwung.

Rabu pagi ini, 1 April 2009, di sebuah kantor yang sederhana di belakang Kebun Binatang Surabaya, saya tahu, bahwa sebuah ramalan tak selamanya benar. Seperti kata Denzel Washington dalam film Bone Collector: hanya kita sendiri yang bisa menulis cerita hidup kita. Tak lebih. [wir]

No comments: