11 February 2009

Kesurupan

Selama tiga hari berturut-turut, SMK Negeri 4 dilanda kesurupan masal. Polisi dan kiai turun tangan.

Histeria di mana-mana. Isak tangis. Jeritan. Bercampur dengan ayat-ayat suci yang dibacakan bersama-sama, terdengar di berbagai ruang kelas dan sudut SMK Negeri 4 Jember, Selasa (10/2/2009).

Ini hari kedua kesurupan yang terjadi di sekolah yang terletak di dekat kantor Pemerintah Kabupaten Jember tersebut. Hari pertama, jumlah siswa yang tumbang masih bisa dihitung jari. Kali ini sudah mencapai puluhan.

Suasana kacau-balau. Ajun Komisaris Rodiq Sugiantoro, Kepala Satuan Samapta Kepolisian Jember, mencoba menenangkan bersama para anak buahnya. "Hei, tenang-tenang," katanya.

Tapi mana bisa orang kesurupan disuruh tenang? Kontak-sontak seorang siswi terkulai. Kawan-kawan dan para guru mencoba menidurkan dia di atas kursi, dan membisiki kalimat-kalimat suci. "Astaghfirullahilazim..."

Petugas kepolisian pun bingung hendak mengendalikan yang mana. Ini bukan kekacauan biasa. Menghadapi demonstran siapa takut. Tapi kalau berhadapan dengan demo makhluk gaib? Wah, ini tidak ada dalam protap alias prosedur tetap. Namun petugas tetap membantu menyadarkan siswa yang diduga kesurupan.

Di tengah halaman, seorang siswa laki-laki mendadak berlari menuju ruang kelas menghalau kawan-kawannya sendiri. Ia tampak liar. "Semuanya masuk!"

Siswa itu bertubuh kurus dan tak bertampang seram sebenarnya. Namun mendapat perintah begitu, sejumlah siswa ketakutan dan buru-buru masuk kembali ke ruang kelas.

Seorang guru mencoba menenangkan siswa itu. "Bapak pemimpin, saya pemimpin," tukas sang siswa kepada sang guru.

Di sudut yang lain, seorang siswi terbaring. Sekujur tubuh, tangan, dan kakinya dipegang erat-erat oleh kawan-kawan dan gurunya. Petugas kepolisian pun ikut membantu. Siswi ini naga-naganya kesurupan juga.

Siswi itu seperti mau muntah, saat dibacakan ayat suci. Seorang guru bertanya kepadanya, "Pirang tahun nang kene (berapa tahun kamu tinggal di sekolah)."

"Lama! Lama! Lama pokoknya," siswi itu menjerit.

Saat disuruh pergi, siswi itu menjawab, "Kalau aku pindah aku dimarahi Mbak Selly. Nanti marah-marah. Aku dimarahi."

"Aku nanti dipukul. Aku takut. Aku takut."

Akhirnya siswi itu menjawab, dia bersedia pergi dari sekolah. "Tapi aku nanti jangan dipukul ya?"

"Lepasin!" Ia menjerit minta dilepaskan. Setelah dilepaskan, ia berdiri dan mengomel kepada orang di sekitarnya.

Para jin yang merasuki siswa SMKN 4 Jember agaknya juga tidak suka disyuting kamera. Seorang siswi berwajah cantik dengan nyalang menatap ke arah para wartawan yang menyorotkan kamera.

Seorang guru perempuan memeluk siswi ini. "Ayo baca salawat. Minta disayang iki. Ojo kasar, ngamuk bengok-bengok (ngamuk teriak-teriak)," kata sang guru memeluk siswinya itu dengan penuh sayang.

"Siapa itu?" tanya si siswi dengan penuh curiga kepada para wartawan. "Aku nggak suka."

Yang paling menarik perhatian adalah seorang siswi yang berjalan seperti tengah menari Jawa. Di pinggangnya terikat selendang biru, entah siapa yang mengikatkan.

Si siswi berselendang biru itu berjalan pelan. Saat mendekati seorang siswi lain yang tengah duduk, si siswi yang didatangi tampak ketakutan. "Dia jahat sama aku," teriaknya menunjuk si siswi berselendang biru.

Sementara itu, dari musola terdengar suara mengaji bersama-sama yang dilakukan siswa dan guru SMK Negeri 4 Jember. Bacaan Ayat Kursi dilantunkan. Ayat ini ayat ke-255 surat Al Baqarah yang berisi tentang keesaan Tuhan. Dalam tradisi umat Islam, ayat ini disebut paling ditakuti oleh makhluk gaib yang berbuat jahat.

"Bismillahirrohmanirrohim. Allahula ilaha illa huwal khoyyul qoyyuum..."

"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluknya)..."

Sementara itu, wartawan JTV Hamka Agung menjadi korban kekerasan satpam dan sejumlah siswa SMKN 4 saat hendak meliput peristiwa tersebut.

Hamka adalah wartawan pertama yang datang ke SMKN 4. Mulanya, dia mendapat jawaban bahwa tidak ada apa-apa di sekolah tersebut dari salah satu satpam. Tidak percaya, dia menanti di luar gedung sekolah sambil merokok.

Mendadak dari dalam sekolah, berlarilah keluar seorang siswa yang tampaknya kesurupan. Tak menunggu lama, Hamka langsung mengarahkan kameranya ke arah si siswa dan mengikuti hingga masuk halaman depan sekolah.

Tiba-tiba, sejumlah orang siswa menyerangnya dengan teriakan tak bersahabat. Mereka melarang Hamka mengambil gambar.

"Biasa cuma iki, Mas!"

"Gak usah, Mas!"

"Ooo...pateni iku" (bisa berarti matikan itu, atau bunuh itu).

Hamka yang sendirian mencoba melawan. Tiba-tiba salah satu orang berbaju cokelat menampar layar kameranya, hingga terpelintir. Layar itu rusak dan tak bisa difungsikan.

Hamka menyesalkan kejadian tersebut. "Seharusnya sikap pihak sekolah tidak seperti itu," katanya, menuntut SMKN 4 untuk bertanggungjawab.

Upaya siswa dan pengelola SMK Negeri 4 untuk melarang wartawan masuk akhirnya jebol juga. Ini setelah polisi datang ke sekolah itu, dan wartawan pun masuk ke dalam sekolah bersama rombongan polisi.

Melihat wartawan masuk ke dalam halaman sekolah, sejumlah siswa laki-laki masih mencoba melarang. Namun para wartawan balas membentak para siswa itu, sehingga mereka hanya bisa diam.

***

Rabu, 11 Februari, istigosah akbar digelar di halaman sekolah. Kepala Dinas Pendidikan Jember Achmad Sudiyono hadir bersama seorang kiai yang direkomendasikannya.

"Yang kita lakukan istigosah, memohon kepada Allah bahwa kejadian itu irasional. Tidak ada kekuatan di dunia ini, kecuali kekuatan Gusti Pengeran (Tuhan)," kata Sudiyono.

Saat tengah memberi motivasi itu, tiba-tiba terdengar suara jeritan dari ruang kesehatan sekolah. Jeritan berasal dari seorang siswa yang sudah kesurupan sejak pagi, sebelum istigosah digelar.

"Apa ini? Nah, ini dengar. Jadi, tidak usah takut. La khaula wala kuwata illabillahil alihil azim," kata Sudiyono.

Istigosah dimulai. Bacaan ayat-ayat suci dilantunkan dengan dipimpin KH Muhammad Amyiz. Sebelumnya, Amyiz mengatakan, para siswa tak perlu takut karena pemimpin makhluk halus yang berdiam diri di SMKN 4 sudah mendatanginya Selasa malam.

"Tadi malam pimpinan yang mengganggu sampeyan sudah datang ke saya. Makanya anak-anak tak usah takut. Kalau was-was, malah (makhluk halus) masuk ke diri anak-anak," kata Amyiz.

Namun, begitu istigosah dimulai, satu per satu siswi mulai tumbang. Ada yang mula-mula menangis, ada yang langsung pingsan. Empat siswi pertama yang tumbang justru tengah duduk di barisan depan yang dekat dengan Amyiz dan Sudiyono.

Dalam waktu singkat, sebanyak 35 siswi SMK Negeri 4 Jember terpaksa dievakuasi dan diantarkan pulang ke rumah dengan mobil polisi. Di berbagai sudut sekolah, para siswi ini menangis dan kemudian pingsan. Hal ini membuat panik para guru. Bersama siswa laki-laki, mereka membawa para siswi yang histeris masuk ruang kelas, ruang guru, dan musola.

Petugas kepolisian pun sempat datang dengan dipimpin Wakil Kepala Kepolisian Resor Jember Komisaris Rizal Irawan. Rizal meminta kepada pihak sekolah untuk mempercepat jalannya istigosah, dan memulangkan para siswa. Dikhawatirkan, siswa yang histeris akan bertambah dengan cepat.

Benar saja. Tidak sampai setengah jam, sudah 20 siswi harus digotong masuk ruang kelas dalam keadaan pingsan atau histeris. Jumlah ini semakin bertambah karena anak-anak yang membantu kawannya yang tengah kesurupan, mendadak juga ikut kesurupan.

Setidaknya dua kiai didatangkan ke sekolah untuk menyadarkan para siswi tersebut. Siswi yang sudah sembuh segera dipulangkan dengan menumpang mobil milik kepolisian.

Begitu istigosah selesai, Sudiyono langsung mendekati seorang siswi yang bengong dan diduga kesurupan. Dia memberikan semangat kepada siswi tersebut untuk melawan pengaruh makhluk halus.

"Ayo, kamu anak manusia. Ayo bangkit! Tidak boleh terbawa. Buktikan kamu makhluk paling mulia. Kamu makhluk paling baik," kata Sudiyono.

Sudiyono terus menyemangati siswi itu, saat sang siswi dengan dipapah dua temannya berjalan ke ruang kelas. "La khaula walakuwata illahibillah," katanya.

Setelah berbincang-bincang dengan Wakil Kepala Kepolisian Resor Jember Rizal Irawan, Sudiyono lantas menghampiri seorang siswi yang kesurupan namun duduk-duduk.

Siswi bernama Silvi ini tak menangis histeris atau marah-marah. Dia malah mengajak beberapa kawan laki-lakinya untuk pacaran.

"Ayo ikut saya makan bakso," kata Sudiyono kepada Silvi.

Silvi menggeleng. Ia minta dibelikan es. "Warnanya merah," katanya menunjuk warna tas kawannya. Ia mau pergi sendiri bersama Sudiyono, jika kawan-kawannya diajak.

Saat ditanya tinggal di mana, Silvi menunjuk ke atas, ke ruangan lantai atas gedung sekolah tersebut.

Sudiyono setelah berdialog dengan Silvi hanya bisa geleng-geleng kepala. "Ini jin sekolah kelas berapa kok tahu warna merah? Dulu apa juga dapat BOS (Bantuan Operasional Sekolah)," katanya.

Akhirnya, Sudiyono memutuskan untuk meliburkan siswa-siswa SMK Negeri 4 satu hari mulai Kamis (12/2/2009). Mulanya, yang diliburkan hanya siswa kelas I. Namun, setelah mengetahui bahwa 4 orang siswa kelas III pun ada yang kesurupan, Sudiyono segera meliburkan seluruh siswa. Untuk hari ini, setelah istigosah, para siswa dipulangkan lebih cepat.

Namun ini bukan libur biasa. "Siswa diberi kesempatan belajar di rumah. Saya minta para guru untuk memberi tugas belajar untuk dikerjakan di rumah. Nanti akan saya kontrol," katanya.

Sudiyono menegaskan lagi bahwa apa yang terjadi di SMKN 4 adalah kejadian irasional. Oleh sebab itu, istigosah adalah salah satu jalan untuk menyelesaikan. "Mudah-mudahan permohonan ini dikabulkan Allah, sekaligus memberi motivasi agar siswa tidak takut," katanya.

Ditanya mengenai penyebab irasional yang membuat terjadinya kesurupan masal selama tiga hari berturut-turut, Sudiyono tak menjawab terang. Yang jelas, ia akan meminta bantuan kiai untuk 'membersihkan' SMKN 4.

"Besok Kiai akan melakukan cleaning service, cari roh-roh," kata Sudiyono.

Apakah sebaiknya lokasi sekolah dipindah saja? "Itu bukan solusi terbaik. Kalau Pasar tanjung didatangi jin, masa dipindah?" kata Sudiyono.

"Ini rata-rata yang kena (kesurupan) adalah yang punya masalah pribadi. Ada yang putus dengan pacar, ada yang mau dinikahkan, ada yang prestasi sekolahnya jelek," kata Sudiyono.

Oleh sebab itu, Sudiyono meminta kepada semua sekolah untuk lebih mengoptimalkan fungsi BK. Kesurupan masal di Jember bukan baru kali ini terjadi. Sebelumnya sebuah sekolah di Kecamatan Gumukmas juga tertimpa hal serupa, namun tidak sehebat SMKN 4.

"Jangan sampai BK baru difungsikan setelah ada masalah. Kan ada tanda-tandanya kalau mau terjadi. Jadi harus diselesaikan segera," kata Sudiyono.

Siswa yang mengalami tekanan mental atau depresi, menurut Sudiyono, mudah sekali disusupi makhluk halus. Maka, siswa harus dikuatkan secara mental, tak hanya mengusir makhluk halus yang mengganggu.

Sementara itu, Komisi D DPRD Jember khawatir wabah kesurupan yang merebak di SMK Negeri 4 akan mengganggu persiapan ujian nasional. Anggota Komisi D Sanusi Fadillah Mochtar menduga, kesurupan dipicu oleh tekanan psikologis yang dihadapi siswa menjelang ujian nasional. "Siswa kita belum siap mengikuti ujian nasional. Pikiran mereka terforsir menguasai pelajaran dalam waktu singkat agar bisa lulus," katanya.

Mental mereka semakin lelah karena diduga siswa tertekan oleh target dan keinginan sekolah maupun orang tua siswa. "Dalam kondisi lelah, mereka kemasukan roh halus," kata Sanusi. (*)

No comments: