01 December 2008

Kontroversi Adam Malik Agen CIA
Tim Weiner Takkan Revisi Legacy of Ashes

Kendati meminta maaf kepada keluarga Adam Malik, Tim Weiner tidak akan merevisi isi buku Legacy of Ashes yang berkaitan dengan hubungan almarhum wakil presiden Indonesia itu dengan Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA).

Penegasan ini disampaikan Tim Weiner melalui surat elektronik kedua kepada reporter beritajatim.com, Oryza A. Wirawan, yang diterima Minggu (30/11/2008). Ada lima poin dalam surat kedua yang ditanyakan kepada Weiner, salah satunya mengenai permintaan dari keluarga Adam Malik agar dia merevisi isi bukunya.

Menurut jurnalis harian The New York Times ini, telegram dari Duta Besar Green pada 2 Desember 1965 yang berisi 'Operasi Tas Hitam' tidak bisa direvisi. Namun, ia kembali mengungkapkan permintaan maafnya kepada keluarga Adam Malik, jika pemaparannya mengenai dokumen Green membuat keluarga itu tersudut.

"The Dec. 2 1965 "black bag" cable from Ambassador Green cannot be explained away or revised. My apologies to Mr. Malik's family if they are offended by the cable," kata Weiner dalam suratnya.

Permintaan maaf ini mempertegas permintaan maaf pada surat pertama yang diterima reporter beritajatim.com. Pada surat pertama, Weiner menulis, "I mean no harm to Adam Malik's family. I wish them well. I mean no insult to his memory, to his family, or to the Indonesian people. I am sorry if this book caused them any pain. The events of 1965 are still very sensitive today."

Legacy of Ashes sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Gramedia dengan judul Membongkar Kegagalan CIA. Weiner mengatakan, data yang dipaparkan selain berdasar wawancara, juga berdasar dokumen yang dideklasifikasi.

Di halaman 330 disebutkan, bahwa McAvoy merekrut dan mengontrol Adam Malik. "Dia adalah pejabat Indonesia tertinggi yang pernah kami rekrut," katanya dalam sebuah wawancara di tahun 2005 dengan Weiner.

Di halaman penjelasan buku itu, yakni halaman 765, Weiner menuliskan bahwa wawancara dengan McAvoy dilakukan via telpon rumah sang mantan agen CIA itu d Hawaii. Peran penting McAvoy sebagai perwira CIA di Indonesia dibenarkan tiga orang rekannya di Dinas.

Weiner menjelaskan kepada Oryza A. Wirawan dalam surat keduanya, bahwa dia tak mewawancarai Adam Malik, karena sang tokoh sudah meninggal dunia, sebelum ia memulai reportasenya pada tahun 1987. "Adam Malik died in 1984. I began covering CIA in 1987," tulisnya.

Namun, dalam surat pertamanya, Weiner menjelaskan, verifikasi tetap dilakukan dengan menggunakan dokumen telegram Duta Besar Marshall Green.

"The documentation of Ambassador Green's 2 December 1965 cable about the "black bag" job --the 50 million rupiah payment to Mr. Malik for Kap-Gestapu activities -- verifies and confirms what Mr. McAvoy said. Marshall Green as the senior diplomat and CIA officers based at his embassy worked closely together in the mid-1960s," kata Weiner, dalam surat pertamanya.

Telegram itu dikirimkan Green untuk Bill Bundy, Asisten Menteri Luar Negeri Amerika untuk Timur Jauh. Dalam telegram itu, Green merekomendasikan pembayaran yang dalam jumlah besar kepada Adam Malik.

Isi telegram tersebut:

"Ini untuk menegaskan persetujuan saya sebelumnya bahwa kita menyediakan uang tunai sebesar Rp 50 juta [sekitar $10.000] buat Malik untuk membiayai semua kegiatan gerakan Kap-Gestapu. Kelompok aksi yang beranggotakan warga sipil tetapi dibentuk oleh militer ini masih memikul kesulitan yang diakibatkan oleh semua upaya represif yang sedang berlangsung..."

"Kesediaan kita untuk membantu dia dengan cara ini, menurut saya, akan membuat Malik berpikir bahwa kita setuju dengan peran yang dimainkannya dalam semua kegiatan anti-PKI, dan akan memajukan hubungan kerja sama yang baik antara dia dan angkatan darat. Kemungkinan terdeteksinya atau terungkapnya dukungan kita dalam hal ini sangatlah kecil, sebagaimana setiap operasi "tas hitam" yang telah kita lakukan."

Di halaman 765 buku itu disebutkan, dokumen tersebut ada dalam FRUS, 1964 - 1968, volume XXVI, halaman 338 - 380. Volume ini secara resmi diberangus oleh CIA dan ditarik dari peredaran --tetapi setelah beberapa salinan dicetak, dijilid, dan dikirimkan. Arsip Keamanan Nasional memublikasikan halaman-halaman yang berhubungan pada bulan Juli 2001.

Weiner mempersilakan reporter beritajatim.com melihat sendiri dokumen-dokumen penting yang sudah dideklasifikasi, di lokasi link http://www.state.gov/r/pa/ho/frus/johnsonlb/xxvi/.

Di halaman 333 buku terjemahan Legacy of Ashes, Weiner menuliskan hubungan mesra Adam Malik dengan pemerintah Amerika Serikat. Setelah Adam Malik dilantik sebagai Menteri Luar Negeri RI, ia diundang selama 20 menit untuk berbincang-bincang dengan Presiden Amerika Serikat di Oval Office.

Weiner menulis, dengan dukungan Amerika Serikat, Malik kemudian terpilih menjadi ketua Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Berarti, apakah hubungan CIA berlanjut dengan Adam Malik hingga saat dia menjadi wakil presiden? Dalam surat pertamanya kepada reporter beritajatim.com, Weiner menyatakan tidak tahu. dan tak punya dokumen mengenai hal itu.

"I have no documentation to show that Adam Malik's role continued after 1966. I do not know that it did continue," kata Weiner.

Dalam surat pertamanya, Weiner berharap pembaca di Indonesia bisa memahami buku itu sebagai karya yang didasarkan dokumen. "Of course I hope people read my book, and I hope they see that the facts in it are based on documentation," katanya. (*)

1 comment:

Eko Rusdianto said...

Ini buku menarik. Weiner menulis dengan data, kenap harus diributkan.

Sampai sekarang saya memang tak percaya beberapa "pahlawan zaman dulu"...