30 November 2008

Kontroversi Legacy of Ashes
Tim Weiner Jurnalis Terhormat, Bukan Jurnalis Kuning

Buku Legacy of Ashes karya Tim Weiner, menelanjangi dinas rahasia Amerika Serikat, CIA. Kendati memunculkan kontroversi di Indonesia, setelah diterjemahkan oleh Gramedia, buku ini disebut-sebut sebagai karya terbaik mengenai CIA.

Pujian meluncur dari dua wartawan Amerika Serikat, Mark Bowden dan Bill Kovach. Bowden adalah wartawan Philadelphia Inquirer. yang menulis buku Black Hawk Down. Black Hawk Down kemudian difilmkan oleh Hollywood. "Saya pikir ini (Legacy of Ashes) adalah sebuah buku yang bagus (yang ditulis) oleh seorang jurnalis yang terhormat," katanya dalam surat elektronik kepada saya.

Dalam website mengenai buku ini di www.randomhouse.com, Bowden menyatakan, Tim Weiner menunjukkan bahwa sistem di CIA bukan sekadar rusak, melainkan tidak pernah bekerja dengan bagus.

Sementara itu, Bill Kovach, sang penulis buku Elements of Jornalism (Sembilan Elemen Jurnalisme), mengatakan, buku itu sebagai karya jurnalisme investigatif. "Tim adalah reporter yang hebat," tulis Kovach dalam emailnya kepada saya.

Menurut Kovach, bagian terhebat dari Legacy of Ashes adalah pembacaan yang cermat tentang sejarah CIA, melalui dokumentasi sejarah dan orang-orang yang mengalami peristiwa di masanya masing-masing. "Dokumen-dokumen tersebut dideklasifikasi di bawah hukum Amerika Serikat," katanya.

Tim Weiner melakukan kajian sejarah yang ketat dengan mewawancarai secara mendalam orang-orang yang pernah terlibat CIA. "Anda bisa menyebut buku ini sebuah investigasi dokumentasi atas sejarah CIA," kata Kovach.

Jika melihat reputasinya, Weiner jelas bukan jurnalis kuning yang haus sensasi sebagaimana yang dituduhkan keluarga Adam Malik. The New York Times, tempatnya bekerja, adalah harian terbesar di Amerika Serikat, dan menjadi referensi publik di sana. The New York Times sendiri punya reputasi bagus mencetak wartawan-wartawan kaliber Pulitzer dengan karya hebat.

New York Times juga punya reputasi bagus dalam urusan membongkar kebobrokan negara. Tahun 1970-an, New York Times pernah menghebohkan Amerika Serikat dengan mempublikasikan apa yang disebut Pentagon Papers. Ini dokumen mengenai peran Amerika Serikat dalam perang di Vietnam.

Weiner sendiri pernah meraih Pulitzer saat masih bekerja di harian Philadelphia Inquirer, pada tahun 1988. Ia meraih penghargaan untuk kategori National Reporting, melalui serial pelaporan tentang anggaran rahasia Pentagon untuk mensponsori riset pertahanan dan pembuatan senjata.

Legacy of Ashes meraih penghargaan kategori non fiksi dalam National Book Award 2007. Sebuah penghargaan yang pantas, karena Weiner sendiri selama puluhan tahun berkarir sebagai jurnalis, selalu menulis tentang CIA dengan mendalam.

Yang patut dicatat adalah kemampuan Weiner untuk memaparkan fakta tanpa harus menyembunyikan identitas narasumber atau sumber anonim. Sebagaimana disebutkan di pengantar buku itu, tidak ada kutipan buta.

Bahkan, Weiner dengan tekun melaksanakan disiplin verifikasi, dengan mewawancarai dua atau lebih narasumber untuk mengetahui sebuah fakta. "I try to have two or more sources for the facts in the book," tulisnya dalam email kepada reporter beritajatim.com.

Menurutnya, publik harus diberi kesempatan membaca dari sebuah buku yang didasarkan tidak pada sumber anonim. (*)

No comments: