24 November 2008

Catatan untuk Persebaya
Loyalitas Pemain OK... Loyalitas Saleh Mukadar?

Tidak ada yang pantas ditujukan kepada para pemain Persebaya selain acungan dua jempol tangan. Di tengah krisis yang dialami Persebaya karena ketidakbecusan pengurus mencari dana, mereka tetap tampil hebat. Di putaran pertama Divisi Utama, Persebaya finish di peringkat pertama wilayah timur dengan 34 poin, jauh di atas para pesaingnya.

Kemenangan demi kemenangan yang diraih Persebaya menunjukkan betapa dedikasi dan loyalitas para pemain sangat teruji dan terbukti. Mereka sudah menunjukkan apa yang mereka mampu untuk Persebaya. Tak ada yang meragukan.

Dengan hasil putaran pertama, pengurus sudah tak berhak lagi mempertanyakan atau menguji loyalitas pemain. Dalam website-nya, sang bos Persebaya, Saleh Ismail Mukadar, sempat menyebut masalah ujian loyalitas ini. Bahkan, protes pemain yang menuntut haknya dijawab dengan provokasi tak bijak oleh Mukadar yang mempersilakan pemain keluar dari Persebaya.

Kini saatnya Bonek dan warga Surabaya mempertanyakan dan menuntut balik pembuktian loyalitas dan dedikasi seorang Saleh Ismail Mukadar. Sebagai ketua umum Persebaya, loyalitas dan dedikasi Mukadar masih layak dipertanyakan. Apakah benar Mukadar mendedikasikan dirinya untuk Persebaya atau memang hanya menjadikan Persebaya sebagai kuda tunggangan politik.

Saleh belum berhasil menunjukkan inovasi cerdas untuk menggaet sponsor. Pernyataannya yang provokatif dan mendengung-dengungkan persoalan loyalitas saat pemain menuntut hak cenderung emosional. Padahal seharusnya saat itu protes pemain haruslah dianggap sebagai cambuk bagi pengurus untuk bisa mencari terobosan kreatif dalam hal menggalang dana.

Bukan zamannya lagi berharap dari APBD atau 'mengemis' duit dari pengusaha. Kalau hanya dua cara itu saja yang masih dipakai, kita khawatir, akan muncul pandangan bahwa menjadi pengurus Persebaya bukan hal sulit. Jangan sampai ada pandangan bahwa tak butuh orang cerdas untuk memimpin Persebaya, karena menggantungkan diri pada kebaikan negara.

Saleh dan Manajer Persebaya Indah Kurnia tentu tak perlu berpikir sendirian. Klub-klub internal Persebaya yang dulu mengganjal ide profesionalisme Wakil Wali Kota Surabaya Arif Affandi, dan menolak kehadiran investor dengan banyak dalih yang tak masuk akal, juga harus bertanggungjawab.

Loyalitas dan dedikasi klub-klub harus dibuktikan. Jika dulu ada sesumbar bahwa klub-klub mampu menghidupi Persebaya, maka sekarang harus dibuktikan.

Dalih bahwa saat ini krisis tak hanya melanda Persebaya, namun juga klub-klub peserta Liga Indonesia, tak bisa diterima. Pasalnya, ide profesionalisme yang dilemparkan Arif Affandi saat menjadi ketua umum Persebaya justru muncul sebelum roda kompetisi berputar. Bahkan, ide tersebut hampir terealisasi dengan datangnya Medco sebagai sponsor, yang ternyata diganjal sendiri oleh klub-klub internal Persebaya.

Jika Saleh dan jajaran pengurus klub internal yang dulu menolak ide profesionalisme Arif Affandi dengan berbagai alasan, tidak bisa berbuat banyak mengatasi krisis Persebaya, maka mereka harus menanggung dosa sejarah. (*)

No comments: