08 October 2008

Akhirnya Datang Juga...

Akhirnya datang juga. Minyak tanah yang dinanti-nanti itu. Pukul 10.30, Rabu (8/10/2008), para ibu rumah tangga mulai antri membawa jeriken warna-warni berbagai ukuran di depan pasar Kepatihan.

Suyitno, sang penjual, duduk di bawah sengatan matahari, mengisi jeriken-jeriken itu. Keringat dan minyak tanah, baunya campur jadi satu. Harga per liter Rp 3.500.

Kalau normal Rp 3.200 per liter. Tapi harga sekarang masih mending, kata Endang, seorang pengantre. Beberapa waktu lalu minyak tanah sempat sulit dibeli. Kata orang-orang harganya bahkan Rp 4.000 per liter.

Namun seorang nenek-nenek memilih minggir tak antre. Pulang saja, katanya. Malas antre, harganya juga mahal. Maka pergilah dia, berlalu dengan tubuh terbungkuk.

Benny Satrija bilang, minyak tanah tidak langka. Namun konsumsi masyarakat meningkat untuk kebutuhan dapur selama lebaran, penerangan lampu minyak, dan bahan bakar mesin penyedot air.

Benny bilang juga, mungkin saja pasokan minyak tanah dikurangi. Namun Wakil Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Jember ini mengaku tak tahu persentase pengurangan.(*)

No comments: