09 July 2008

Sisi Lain Kasus Korupsi KPUD Banyuwangi
Hari Masuk Sel, Istri Sempat Alami Keguguran

Di antara empat anggota Komisi Pemilihan Umum Daerah Banyuwangi yang kesandung kasus korupsi, boleh jadi Hari Priyanto yang punya cerita paling berwarna. Ia adalah anggota paling muda di KPUD Banyuwangi. Usianya tahun ini berada pada angka 29. Ia baru setahun menikah dan tengah bahagia menjadi seorang bapak.

Hidupnya seperti rollercoaster. Tanggal 18 Juni 2007, ia menikahi Lucky Martini yang usianya terpaut delapan tahun lebih muda. Bulan madu mereka membawa hasil. Sang istri dinyatakan positif hamil.

Sehari berita gembira itu didengarnya, Hari dimasukkan sel kepolisian pada 12 Juli 2007. Ia disangka menggangsir dana pemilu bersama para kompatriotnya di KPUD Banyuwangi.

Penahanan ini membawa bencana. "Tanggal 15 Juli saya dikabari kalau istri saya mengalami keguguran," kata Hari.

Kesedihan menghantam pasangan muda itu. Tapi Hari harus jalan terus. September 2007, empat anggota KPUD Banyuwangi dikeluarkan dari tahanan, karena majelis hakim memenangkan mereka dalam putusan sela.

Kendati lepas dari tahanan, perkara korupsi itu masih terus membayang-bayangi KPUD Banyuwangi. Persoalan hukum terus berlanjut. Namun di tengah guncangan itu, 19 Juni 2008, bayi mungil pasangan ini lahir. Laki-laki. Ia diberi nama Semilir Angin Nusantara.

Sebagian beban yang mengimpit Hari terangkat sudah. Lalu datanglah palu godam kedua: ia divonis 1,5 tahun penjara.

Usai vonis, Selasa (8/7/2008) petang, Hari menghampiri sang istri yang hadir di ruang sidang bersama kedua orang tuanya. Hari mencium punggung tangan ayah dan ibunya dengan takzim. Ia peluk Lucky, dan sang istri mencium tangannya. Tidak ada kata-kata.

Hari mampir ke kantor KPUD Banyuwangi. Di perjalanan, sebuah pesan pendek masuk ke ponselnya. Dari sang istri. SMS itu berbahasa Inggris. Terjemahannya: "Kami sekeluarga masih mencintai kamu, Bung."

Hati Hari tergetar. Istrinya memang selalu menyapanya dengan sebutan 'Bung'. Sebuah sapaan khas kaum nasionalis. Hari memang mantan aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).

Malam hari, Hari pulang ke rumah. Semilir Angin masih tidur. Ia tak terbangun. "Biasanya kalau saya datang, ia bangun barang semenit dua menit lalu tidur lagi," kata Hari.

Wajah anaknya begitu damai. Dan Hari berkata kepada saya, "Tidak ada yang berubah dalam hidup saya." (*)

No comments: