09 February 2008

Persebaya: Perjuangan Melawan Zaman

Persepakbolaan Indonesia memang terkenal dengan carut marutnya. Tidak saja masalah anarkisme suporter dan prestasi tim nasionalnya yang amburadul.

Dari segi pengetahuan mengenai aturan main dalam berorganisasi pun juga sangat minim. Bahkan, meskipun sudah jelas salah, malah tetap ngotot tidak mau disalahkan.

Misalnya saja PSSI saat diminta FIFA (Federasi Sepakbola Dunia) untuk mengganti Ketua Umumnya, Nurdin Halid lantaran dalam pemilihan tidak sesuai dengan Pedoman Dasar PSSI yang telah disesuaikan dengan statuta FIFA. Tapi sampai saat ini pun, PSSI masih merasa tidak bersalah.

Meskipun FIFA telah mengultimatum untuk membekukannya dari ajang internasional, namun kita melihat PSSI tetap tutup kuping.

Carut marut ini pun merembet ke klub Persebaya yang dilanda konflik internal. Ya, sekitar 19 klub anggota Persebaya berkoalisi menuntut menggelar Muscablub dengan mencabut mandat Arif Afandi sebagai ketua umum.

Menurut 19 klub anggota Persebaya yang berkoalisi tersebut, Muscablub harus digelar karena Arif belum bisa mewujudkan program kerja tahun 2006-2007, diantaranya, belum mewujudkan sistem organisasi yang jelas, keputusan yang kerap tidak direalisasi.

Selain itu klub juga menggugat belum terwujudnya Persebaya sebagai klub berbadan hukum (Profesional), serta jebloknya prestasi Persebaya saat mengikuti kompetisi Liga Indonesia 2007.

Tuntutan mundur itu jelas sangat melenceng jauh dari aturan Pedoman Dasar PSSI tahun 2004 Bab IV pasal 14 ayat a dan d serta pasal 2 ayat a. Maupun PD PSSI hasil Munas di Makassar tahun 2007 Bab II pasal 21.8 ayat 1.

Dalam Pasal tersebut dijelaskan bila Muscablub bisa digelar jika diantaranya ketua Pengcab telah melakukan penyimpangan kebijaksanaan yang merugikan persepakbolaan daerah maupun nasional, ketua Pengcab berhalangan tetap atau mengundurkan diri, ketua Pengcab berpindah domisili dan membahas masalah khusus atau mendesak lain yang akan membahayakan organisasi.

Namun pada kenyataannya, 19 klub anggota tersebut bukannya menggugurkan tuntutannya karena sudah tidak sesuai dengan PD PSSI, tapi malah tambah deras dengan kalimat 'Pokoknya' yaitu Arif harus mundur sebagai Ketua Umum.

Sama sekali tidak ada penghargaan atas kerja keras Arif Afandi untuk mengangkat Persebaya dari keterpurukan setelah kena sanksi dari PSSI. Sanksi yang tidak main-main, yakni larangan main, hingga akhirnya kena degradasi.

Dalam posisi terpuruk itulah, Persebaya di bawah kepemimpinan Arif Afandi berhasil menjadi Juara Divisi I hingga kemudian bisa naik kasta lagi menjadi peserta kompetisi Ligina.

Tidak ada pertanyaan, siapa yang telah menyebabkan Persebaya terpuruk ke jurang paling kelam. Menjadi bulan-bulanan pecinta sepakbola nasional dan membuat marah warga Surabaya.

Tidak ada pertanyaan mengapa, saat itu Persebaya harus mundur dari kompetisi hingga dapat sanksi. Tidak ada juga pertanyaan mengapa Persebaya kini haruis dilepas dari tangan Arif Afandi.

Pengabaian terhadap fakta sejarah seperti itu, barang kali memang bisa dimaklumi. Banyak orang bilang, bangsa kita memang mudah lupa, bahkan terhadap tragedi yang paling menyakitkan.

Tapi bagaimana menungkin pengurus klub lupa pada aturan main organisasi? Pertanyaan ini layak diajukan karena sebagai institusi Persebaya telah berdirinya pada tahun 1918.

Artinyam soal bagaimana berorganisasi semestinya sudah matang. Namun yang terjadi sebaliknya, terjadi salah kaprah yang memalukan.

Barangkali Arif juga punya salah karena memilih mempercepat Muscab yang bisa dinilai tidak ada dasar hukumnya. Namun apa benar, pergantian kepemimpinan Persebaya harus dibiarkan berjalan dengan paksaan dan kekerasan psikologis?

Padahal, apa yang dilakukan klub dalam menuntut Arif mundur, sadar atau tidak, sesungguhnya tengah melawan zaman yang melarang pengunaan dana APBD untuk membiayai klub sepakbola. Mengapa Arif tidak diberi kesempatan mencari investor yang bisa menjadikan Persebaya sebagai klub pertama yang diatur layaknya klub profesional?

Apa yang hendak dicari dari tuntutan mundurnya Arif dan siapa yang akan menggantikan Arif, bisa jadi tidak akan menjawab pertanyaan di balik carut marut Persebaya. Yang pasti, Persebaya kini tengah diarahkan melawan zaman.

Kita tinggal menunggu, seberapa kuat penganti Arif Afandi melawan semangat zaman dan seberapa kuat Persebaya menghadapi gejolak untuk bisa berprestasi di tahun 2008.>(bj0)

No comments: