28 January 2008

Wakil Rakyat Ogah Kibarkan Bendera Setengah Tiang

Kendati pemerintah menyatakan hari berkabung nasional atas meninggalnya mantan Presiden Soeharto, ternyata tidak semua warga mengibarkan bendera setengah tiang sebagai tanda berduka. Bahkan wakil rakyat DPRD Jember pun tak semua mengibarkan bendera setengah tiang.

Di sepanjang daerah kampus Universitas Jember, misalnya, tidak semua rumah memancang bendera setengah tiang. Jumlah rumah yang menaati seruan berkabung nasional bisa dihitung jari.

Sebaliknya, di sebuah rukun tetangga perumahan di wilayah Muktisari, rumah yang memasang bendera berderet-deret. Hanya beberapa rumah yang tidak memasang bendera setengah tiang.

Memang ada perbedaan pendapat soal pemasangan bendera setengah tiang. Ahmad Halim, seorang anggota Komisi C DPRD Jember, menyatakan tidak memasang bendera setengah tiang.

"Menurut saya, (pemasangan bendera setengah tiang) itu imbauan. Tidak wajib dilaksanakan. Bukan zamannya lagi melakukan pemaksaan. Lain dengan instansi pemerintah," kata Halim. Selain itu, ia berpendapat Soeharto masih belum tentu dikategorikan sebagai pahlawan nasional.

Ketua Komisi A DPRD Jember Abdul Ghafur menegaskan, ketidakmauannya mengibarkan bendera setengah tiang adalah sikap politik. "Itu fardu kifayah. Kedua, ini sikap politik bahwa penderitaan dan duka kita jangan hanya disesuaikan momentum, dengan mengibarkan bendera setengah tiang untuk menunjukkan masyarakat berduka," katanya.

Menurut Ghafur, rakyat sudah lama berkabung dan berduka atas matinya hati nurani. Rakyat sudah berduka atas ketertindasan dan penderitaan sekian lama. "Ini bukannya saya benci Pak Harto. Tidak, saya tidak benci. Ini sikap politik dan sikap politik beda dengan benci," katanya.

Jufriyadi, anggota Komisi B DPRD Jember, punya pendapat lain. Ia memilih mengibarkan bendera setengah tiang. "Sangat layak bagi kita untuk memberi penghormatan atas mendiang Pak Harto. Mestinya seluruh warga masyarakat menyadari, mengingat begitu besar jasa beliau," katanya.

Jufriyadi tak mau menyinggung masalah hukum yang membebat Soeharto hingga mengembuskan nafas terakhir. Sebagai muslim, ia berprinsip untuk hanya bicara hal-hal yang baik tentang seseorang yang sudah meninggal.[wir/ted]

No comments: