Silabus Kursus Jurnalisme Sastrawi XIV
Jakarta, 10 – 21 Desember 2007
Hari ini hampir tak ada warga yang mendapatkan breaking news dari suratkabar. Mereka mendapatkannya kebanyakan dari televisi, radio, SMS, telepon atau internet. Tantangan baru muncul: Bagaimana suratkabar bertahan bila mereka tak bisa lagi mengandalkan kecepatan?
Tawaran ini di New York dan sekitarnya dimunculkan Tom Wolfe pada 1973. Wolfe mengenalkan sebuah genre baru saat itu: New Journalism. Ia mengawinkan disiplin keras dalam jurnalisme dengan daya pikat sastra. Ibarat novel tapi faktual. Genre ini mensyaratkan liputan dalam namun memikat. Genre ini kemudian dikenal dengan nama narative reporting atau literary journalism. Sejak 1980an, suratkabar-suratkabar di Amerika banyak memakai elemennya ketika kecepatan televisi memaksa tampil dengan laporan mendalam.
Di Jakarta, genre ini diperkenalkan lewat sebuah kursus pada Juli 2001. Mula-mula hanya dua kali namun permintaan tetap datang. Angkatan-angkatan baru pun dibuat setiap satu semester. Pesertanya datang dari berbagai kota, dari Banda Aceh hingga Jayapura, dari Pontianak hingga Kuching, dari Ende hingga Kupang. Khusus angkatan XIII diadakan di Banda Aceh. Alumninya, kini mulai bermunculan, dengan prestasi karya individu maupun kemajuan karir di manajemen. Ada yang menulis buku. Ada yang jadi pemimpin redaksi. Ada yang sekolah lanjut.
Kursus akan diadakan pada:
10 – 21 Desember 2007
Pukul 10.00 – 15.00
Kursus ini dibuat berseling yaitu satu hari sesi di kelas, satu hari tugas membaca dan menulis di rumah. Peserta adalah orang yang biasa menulis untuk media. Setidaknya berpengalaman lima tahun. Peserta maksimal 16 orang agar pengampu punya perhatian memadai buat semua peserta. Calon peserta diharapkan mengirim biodata dan contoh tulisan agar pengampu mengetahui kemampuan dasar peserta lebih awal.
Biaya pendaftaran Rp 3 juta. Biaya tersebut sudah termasuk buku dan materi kursus non buku sekitar 200 halaman serta coffe break dan makan siang. Pilihan menu makan siang cukup mengundang pujian! Kali ini akan dicoba masakan Thailand: thom yam gong, pad thai dan lainnya. Namun juga bakal coba makanan Itali: spaghetti carbonara, ravioli isi ikan, pasta plus terung bakar dalam lasagna. Menu nasi bungkus pisang ala Sunda, tak ketinggalan. Juga sayur asem, ikan asin, empal manis ala Jawa.
Pengampu
Janet Steele -- Associate Profesor dari George Washington University. Mengajar mata kuliah narrative journalism. Janet berminat pada masalah-masalah pers yang terjadi di berbagai negara maupun di Indonesia. Menulis buku Wars Within: The Story of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto’s Indonesia. Pada 2005-2006 Janet menerima Fullbright Scholarship untuk mengajar jurnalisme di Indonesia.
Andreas Harsono -- Ketua Yayasan Pantau, pernah bekerja di beberapa media internasional, anggota International Consortium of Investigative Journalists, pada 1999-2000 mengikuti Nieman Fellowship di Universitas Harvard, Amerika Serikat. Sekarang Andreas sedang menyelesaikan buku From Sabang to Merauke: Debunking the Myth of Indonesian Nationalism yang membahas kompleksitas hubungan antara media, kekerasan, etnik dan agama dengan nasionalisme di Indonesia.
Remy Sylado --guest speaker, cerita soal pengalaman menulis, bagaimana mengatur disiplin dan segala isi dapur seorang pengarang. Sesi khusus ini diadakan di rumah Remy Sylado.
MINGGU PERTAMA oleh Andreas Harsono
Senin, 10 Desember 2007 pukul 10:00-12:00 -- Diskusi soal jurnalisme dengan The Elements of Journalism karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel. Mencari tahu di mana letak jurnalisme sastrawi. Diskusi tentang persoalan etika, pengelolaan emosi pembaca dan sebagainya.
Bacaan: “The Elements of Journalism” karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel; “Media Bias in Covering the Tsunami in Aceh” karya Andreas Harsono. Buku Sembilan Elemen Jurnalisme terjemahan karya Kovach dan Rosenstiel disediakan dalam paket.
Senin, 10 Desember 2007 pukul 13:00-15:00 – diskusi tentang jurnalisme sastrawi, tentang prinsip-prinsip dasar dalam melakukan reportase, membedakan mana yang fakta dan mana yang fiksi, kriteria dari gerakan “literary journalism.”
Bacaan: “Kegusaran Tom Wolfe” oleh Septiawan Santana Kurnia; “Ibarat Kawan Lama Datang Bercerita” oleh Andreas Harsono dalam buku Jurnalisme Sastrawi; laporan-laporan dalam Nieman Narrative Journalism Conference.
Tugas untuk Rabu: Bikinlah deskripsi dengan padat. Manfaatkan indra penciuman, pendengaran, warna, gerakan, kasar-halus, kontras (lucu, aneh, menarik) dan sebagainya. Hindarkan klise macam “nyiur melambai” atau “angin sepoi-sepoi.” Bikin deskripsi yang akan merampas perhatian pembaca! Maksimal 500 kata.
Rabu, 12 Desember 2007 pukul 10:00-12:00 – Diskusi lanjutan soal jurnalisme dan nasionalisme, jurnalisme dan agama, jurnalisme dan etnik, ideologi, gender, dengan contoh-contoh di Indonesia. Membaca tugas deskripsi dari hari Senin.
Bacaan tambahan: “The Ethnic Origins of Religious Conflict in North Maluku Province, 1999-2000” oleh Chris Wilson, “Indonesia’s Unknown War and the Lineages of Violence in West Kalimantan” oleh Jamie S. Davidson dan Douglas Kammen, “Fire Without Smoke and Other Phantoms of Ambon’s Violence” oleh Patricia Spyer.
Rabu, 12 Desember 2007 pukul 13:00-15:00 – Diskusi struktur narasi dengan contoh “Hiroshima” karya John Hersey.
Bacaan: “Hiroshima” oleh John Hersey; “Menyusuri Jejak John ‘Hiroshima’ Hersey”oleh Bimo Nugroho.
Tugas untuk hari Jumat: Carilah seseorang yang menarik serta wawancarailah dia. Gunakan wawancara itu guna membuat deskripsi dan dialog. Pilih kalimat-kalimat yang bernas, memikat, indah, kuat, serta menyentak. Maksimal satu halaman. Pikirkan dampak dari setiap kalimat dalam mengikat emosi pembaca.
Jumat, 14 Desember 2007 pukul 10:00-12:00 - Satu isu namun muncul dalam empat pendekatan. Isunya Aceh namun muncul dengan empat naskah, empat gaya, empat struktur. Perhatikan perbedaan masing-masing struktur. Perhatikan masing-masing "tokoh cerita." Juga akan mendiskusikan pekerjaan rumah.
Bacaan: “Orang-orang di Tiro” karya Linda Christanty; “Kejarlah Daku Kau Kusekolahkan” karya Alfian Hamzah; “Republik Indonesia Kilometer Nol” karya Andreas Harsono; “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft” karya Chik Rini.
Jumat, 14 Desember 2007 pukul 13:00-15:00 - Mendiskusikan sumber anonim, dan teknik interview. Juga menonton film “Untuk Kaum Muda” karya Erfan Agus Setiawan tentang Majalah Aktuil. Remy Sylado ikut jadi wartawan Aktuil.
Bacaan: “Tujuh Kriteria Sumber Anonim”, “Ten Tips for Better Interviews”, “Interviewing Sources” oleh Isabel Wilkerson.
GUEST SPEAKER Remy Sylado
Sabtu, 15 Desember 2007 pukul 10:00 – 13:00 – Berangkat pukul 9:00 dari kantor Pantau. Naik bus dari Kantor Kebayoran Lama. Sekitar 90 menit mencapai Bogor. Mendiskusikan pengalaman menulis. Makan siang di rumah Remy Sylado juga. Remy mengarang lebih dari selusin buku. Pilihlah salah satu dan bacalah. Ini membantu memahami karya Remy.
MINGGU KEDUA oleh Janet E. Steele
(Steele tiba dari Washington hari Senin pagi, 17 Desember 2007, buth istirahat dulu)
Selasa, 18 Desember 2007 pukul 10:00 – 12:00 – Diskusi sekali lagi tentang kemungkinan jurnalisme sastrawi untuk keperluan surat kabar, lebih praktis, serta sejarah dan perbedaan antara “new”, “literary”, dan “Narrative” journalisme.
Bacaan: “The Girl of the Year” oleh Tom Wolfe; “Dua Jam Bersama Hasan Tiro“ oleh Arif Zulkifli; “A Boy Who Was Like a Flower” oleh Anthony Shadid, “For Now, Indonesian Fishermen are Forced to Abandon the Sea Ofiicials Must Move Quickly to Revive Industry, Advocates Say” oleh Ellen Nakashima, “Soldiers Face Neglect, Frustation at Army’s Top Medical Facility” oleh Dana Priest dan Anne Hull, “Violence Change Fortunes of Storied Baghdad Street” oleh Sudarsan Raghavan.
Selasa, 18 Desember 2007 pukul 13:00 – 15:00 -- Diskusi lanjutan tentang definisi jurnalisme sastrawi, dari Tom Wolfe hingga Mark Kramer, dan pengaruhnya pada perkembangan suratkabar mainstream di Amerika Serikat.
Tugas untuk Rabu: Menulis tentang sebuah peristiwa yang disaksikan. Mulai dengan adegan, tanpa ada “penjelasan”. Berdasarkan karya Tom Wolfe “The Girl of The Year”. Topiknya bisa apa saja tapi yang bisa memikat pembaca untuk membaca narasi itu. Mohon tak membuat lebih panjang dari dua halaman, dua spasi agar semua peserta bisa mendapat bagian membacakan karyanya.
Rabu, 19 Desember 2007 pukul 10:00 – 12:00 – Diskusi tentang pekerjaan rumah.
Bacaan: “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft” oleh Chik Rini; sebagian dari buku “In Cold Blood” karya Truman Capote dan kliping dari harian The New York Times pada 1959 “Wealthy Family, 3 of Family Slain.”
Rabu, 19 Desember 2007 pukul 13:00 – 15:00 – Diskusi tentang immersion reporting berdasarkan karya Truman Capote “In Cold Blood” serta membandingkannya dengan “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft.”
Tugas untuk Jumat: Tulislah sebuah narasi dengan gaya orang pertama (“saya” atau “aku” atau “abdi” atau ”gua” atau lainnya) untuk menggambarkan sebuah adegan. Gunakan model “Buru, Menziarahi Negeri Penghabisan” oleh Amarzan Loebis, dimana Amarzan memasukkan dirinya dalam laporannya. Bahan ini akan dibacakan di depan kelas. Panjang maksimal dua halaman dua spasi.
Jumat, 21 Desember 2007 pukul 10:00 – 12: 00 -- Diskusi tentang pekerjaan rumah yang dibuat berdasarkan “Buru, Menziarahi Negeri Penghabisan” serta persoalan kata “saya.”
Bacaan: “Tikungan Terakhir” (laporan kematian wartawan Rudi Singgih) oleh Agus Sopian; “It’s an Honor” oleh Jimmy Breslin dan “Buru, Menziarahi Negeri Penghabisan” oleh Amarzan Loebis.
Jumat, 21 Desember 2007 pukul 13:00 – 15: 00 -- Diskusi tentang persoalan struktur narasi, dan bagaimana memanfaatkan narasi dalam berita hangat (breaking news) dengan contoh “Tikungan Terakhir” oleh Agus Sopian dan “It’s an Honor” oleh Jimmy Breslin. Penutupan serta tanya jawab. Diskusi struktur bila ada peserta yang punya rencana bikin liputan panjang. Penyerahan sertifikat oleh Andreas Harsono.
10 December 2007
Labels: Kursus Jurnalisme Sastrawi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment