25 July 2007

Di Balik Pendirian TK Gratis untuk Warga Miskin (2)
Orang Kaya Dilarang Sekolah di Sini...

Sherly mengangkat tangan dengan bersemangat, saat seorang perempuan berjilbab yang dipanggilnya 'Bu Guru' menyapa dengan suara lantang. “Apa kabar kalian semuanya?”

“Alhamdulillah, luar biasa, Allahu Akbar,” bersama kawan-kawannya yang duduk di atas lantai musola yang berkarpet, Sherly menjawab sapaan itu dengan penuh semangat.

Sejurus kemudian, anak-anak itu mulai bernyanyi menirukan gurunya, sembari bertepuk tangan. “Aku cinta Allah, Nabi Muhammad.”

Masih ada senyum di wajah anak-anak dari keluarga miskin di wilayah kelurahan Kebonsari itu. Sejak TK Al Hidayah berdiri 16 Juli lalu, mereka bisa bersekolah dengan tenang tanpa harus terbebani persoalan biaya. Semua gratis...tis...tis.

Anak-anak itu tak peduli harus belajar di dalam garasi dan musola. Mereka juga tak peduli mainan yang diletakkan di dekat musola dan garasi adalah mainan bekas hasil karya tangan 'Pak Kepala Sekolah' Rizki Tinus.

“Semua alat bermain memang dari bahan bekas. Bandulan saya buat dari ban bekas, jungkat-jungkit dan perosotan juga saya buat dari kayu bekas. Kuda-kudaan kayu dan sepeda anak saya juga saya taruh di luar untuk dipakai bareng,” kata Tinus.

Tak hanya itu. Bangku dan kursi kecil yang digunakan TK Al Hidayah berasal dari sumbangan TK Al Furqon, sebuah TK ternama di Jember. “Memang semua dari sumbangan, karena kita tidak membebani orang tua siswa,” kata Tinus.

Berdirinya TK Al Hidayah memang mendapat sambutan dari para warga tak mampu di kelurahan Kebonsari kecamatan Sumbersari. Ratusan orang tua siswa yang mendaftar. Hanya 57 anak yang diterima karena keterbatasan tempat.

“Yang boleh masuk sini hanya anak-anak keluarga tak mampu. Kalau ada anak yang berasal dari keluarga yang mampu dari segi ekonomi, akan kami tolak,” kata Tinus mantap.

Tinus mengingatkan, bahwa TK Al Hidayah didirikan atas dasar kemanusiaan. Semuanya dibangun atas dasar solidaritas sosial untuk warga miskin. Empat gurunya pun hanya digaji masing-masing Rp 100 ribu per bulan.

Kehadiran TK Al Hidayah memang tak ubahnya kado manis menyambut Hari Anak Indonesia. “Saya berdoa agar TK Al Hidayah bisa terus jalan, agar anak-anak saya bisa sekolah,” kata Jumati, istri seorang kuli bangunan.

Sebuah doa tulus. Sebuah upaya yang menunjukkan kebajikan masih ada di negeri ini. (*)

No comments: