23 June 2007

Dapat Dooprize, Mbah Muchit Muzadi Dibilang Almarhum

Kendati bukan ulama dengan pesantren yang besar, anggota mustyasar PBNU KH Muchit Muzadi masih memiliki kharisma untuk memikat hadirin, dalam acara silaturahmi kerakyatan, di Sekretariat Bersama Posko Perjuangan Rakyat, Sabtu (23/6/2007).

Diundang untuk melakukan orasi dan kritik terhadap pemerintahan Jember di hadapan Bupati MZA Djalal, Mbah Muchit justru melemparkan sindiran-sindiran halus yang mengundang tawa.

“Kalau mencintai seseorang atau kalau membenci seseorang itu yang biasa-biasa saja. Tidak perlu terlalu benci atau cinta, seperti anak-anak ABG,” kata Mbah Muchit, disambut tawa hadirin, termasuk Djalal sendiri.

Muchit kemudian berkisah tentang banyak hal, termasuk jika nanti dia meninggal. “Saya pernah ditanya, kalau meninggal mau dikubur di mana. Saya jawab ya terserah yang mengubur, karena masalah begitu lebih memperhatikan kepentingan orang yang hidup daripada yang mati,” katanya, lagi-lagi disambut tawa.

Di sinilah Mbah Muchit mengingatkan, agar para pemimpin dan tokoh tidak mudah mengklaim diri sebagai representasi kepentingan rakyat. “Ngomongnya kepentingan rakyat, tapi sebenarnya kepentingan sendiri,” katanya.

Saat acara pembagian door prize, entah mungkin gara-gara Mbach Muchit menyinggung masalah kematian, pembawa acara sempat keseleo lidah. Ia menyebut Mbah Muchit yang menerima door prize dengan sapaan 'almarhum'.

Kontan saja sang pembawa acara langsung diprotes para hadirin. Menyadari kesalahannya, sang pembawa acara yang merupakan salah satu PNS Jember itu langsung meminta maaf. “Maksud saya Al Mukarrom, masak saya menyebut almarhum,” katanya.

Melihat itu, Mbah Muchit hanya melayangkan senyum khasnya. Sabar. Tenang. (*)

No comments: