Aku Malu Punya Wakil Rakyat
24 April 2006
Sudah lama kudengar cerita tentang tingkah laku wakil rakyat tingkat kabupaten yang memalukan. Kisah tentang tabiat mereka yang suka minta duit sana-sini. Namun, semua itu kasak-kusuk, tak pernah diakui secara terbuka oleh anggota DPRD, hingga suatu ketika aku makan siang bersama Komisi C. Semua kisah memalukan itu terungkap.
Komisi C adalah komisi di DPRD yang membidangi pembangunan dan keuangan. Para anggotanya untuk periode 2004 – 2009 dicitrakan sebagai troublemaker. Seorang anggota Komisi A mengeluh, karena pernah diisukan minta duit gedok Rp 100 juta. Duit gedok adalah sebutan uang upeti yang harus diberikan instansi tertentu agar Dewan meloloskan permohonan anggaran dalam APBD 2006. Usut-usut punya usut, isu itu ternyata meluncur saat intansi tertentu melakukan hearing dengan Komisi C.
Kisah lainnya adalah soal oknum anggota Komisi C yang membawa perempuan penghibur ke kamar, saat kunjungan kerja ke Sukabumi. Kisah ini aku ketahui dari salah satu anggota Komisi B yang ikut serta bersama rombongan panitia khusus, di mana perwakilan setiap komisi ada.
Tapi yang memalukan betul adalah skandal pesawat terbang, saat Komisi C berkunjung ke Jakarta. Kala itu, pesawat sudah mendarat di bandara Juanda. Dan, alamak, petugas maskapai sempat menanyai anggota Komisi C tentang barang yang dibawa.
Usut punya usut lagi, ternyata ada salah satu anggota Komisi C yang ‘menyembunyikan’ (penghalusan dari kata mengutil) pelampung. Kabar ini konon sempat tercium oleh pers Surabaya dan masuk koran.
Itu belum seberapa. Belakangan, ternyata, skandal pelampung dimanfaatkan oleh salah satu anggota Komisi C untuk meminta duit pada salah satu pengusaha. Pengusaha ini kebetulan sedang bikin pertokoan dan lagi bermasalah dengan warga. Persoalan ini juga ditangani Komisi C.
Duit yang diminta tak tanggung-tanggung: Rp 16 juta. Katanya untuk membayar denda dan ‘membungkam’ lima wartawan. Wartawan yang mana juga tidak jelas. Namun patut dicurigai, duit ini masuk kantong pribadi.
Hal yang memalukan lagi adalah saat Komisi C sedang berembuk dengan seorang investor yang ingin menanam modal di PDAM. Perundingan baru berjalan.Belum lagi masuk ke hal substansial.
Tiba-tiba salah satu anggota Komisi C (yang kebetulan juga yang minta duit Rp 16 juta) bilang tanpa malu: “Sampeyan mau masuk ke Jember? Gampang. Ada duitnya nggak?”
Duit di sini, tentu saja, duit buat fee para anggota Dewan terhormat itu. Bisa dibayangkan bagaimana wajah sang investor. Anggota Komisi C yang lain yang bercerita kepada saya pun ikutan malu.
Betapa malangnya nasib Indonesia! (*)
30 May 2006
Labels: Politik
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment