28 December 2005

Ultah Perkawinan

Kemarin, tanggal 27 Desember, hari ultah perkawinanku yang kedua. Tak terasa sudah dua tahun aku menikah. Semestinya, perayaan pernikahan itu dilakukan berdua dengan istriku di kedai kaki lima seafood di dekat alun-alun. Istriku ingin banget makan kepiting. Tapi, aku tak punya duit banyak. Akhirnya, kami merayakan dengan sederhana, makan bakso solo di dekat Matahari. Cuma habis Rp 15 ribu.

Dua tahun pernikahan adalah sesuatu yang luar biasa. Kami sudah mengalami banyak suka dan duka di masa dua tahun awal. Aku pikir, kami pasangan yang cukup tangguh untuk bisa melalui semua rintangan hidup. Aku bersyukur pada Allah SWT, kami masih diberi kekuatan. Aku pikir, harapanlah yang membuat kami tetap tegar.

Aku masih ingat betul, awal Agustus tahun 2004 lalu. Luar biasa. Setelah didepak ke Bondowoso oleh Bosku karena dianggap nulis berita ngawur (menyinggung perasaan atau mengganggu kepentingan P-1), aku harus menerima kenyataan: hengkang dari Koran RJ, tempat aku meniti karier sebagai wartawan.

Menyakitkan, surat 'penghancuran' dari sang Bos dikirimkan oleh seorang office boy. tak ada peringatan sama sekali. Langsung delete. Alasannya: aku sudah membolos selama lima hari. Aku berteriak: "What The Hell...Bolos????...Bukankah aku sudah izin kepada yang dipertuan Bos untuk cuti karena menikah...."

Tapi apalah arti seorang kuli di perusahaan besar seperti RJ. Aku tak ubahnya sekrup yang bisa dibongkar pasang sekehendak hati...Ini hanya mesin...dan aku bukan manusia...aku hanya kuli yang harus menghidupi seorang perempuan yang baru aku nikahi.

Aku terharu melihat istriku menangis...Ya, ia menangis...Tapi itu bukan tangis ketakutan...Tapi tangis keberanian...Ia menangis, karena sedih aku harus kehilangan pekerjaan yang sangat aku cintai...Ia menangis...Tapi bukan tangis cengeng...

Untunglah, akhirnya aku dapat kerja di koran SI. Gajiku lumayan lebih bagus daripada di RJ. Aku bersyukur tidak menganggur lama, dan aku sudah bisa memperbaiki rumah sendiri untuk ditinggali. SEbuah rumah kecil yang harus nyicil di BTN selama 20 tahun.

Namun, hari ini, menjelang tahun 2006, setelah dua tahun aku menikah, kondisi yang sama seperti tahun lalu kembali kuhadapi. SI kolaps, gaji telat dibayar selama berbulan-bulan. Kini aku harus kembali peras otak untuk bisa mencari rezeki halal, untuk menghidupi istriku yang kini tengah hamil 3 bulan.

Tuhan, apa yang harus aku lakukan? tabunganku tinggal Rp 500 ribu. Aku sudah tidak gajian. aku masih bersyukur, masih bisa menggarap buletin Dewan. Lumayan buat pemasukan sebulan. Tapi sampai kapan? aku harus menabung, untuk biaya kelahiran si Neo...

Dalam sepi, kadang aku berpikir, bagaimanakah kelak hidupku? apa rencana Tuhan kepadaku?

Namun, Tuhan memang adil. Dalam sedih, selalu ada suka. Dalam gelap, selalu ada lilin...sekecil apapun untuk menerangi...Saat aku terpuruk Agustus tahun lalu, aku masih bisa membangun rumah kecil...aku sudah punya istri yang ada di sampingku...tertawa dan menangis bersama...

Sekarang, Tuhan memberiku calon bayi kecil di rahim istriku...Tidak ada kebahagiaan yang lebih dari itu... (*)

No comments: