Esai 9 Tahun Beritajatim.com
Kami Belajar dari Sepak Bola
Angka sembilan adalah angka penting, karena ia angka tunggal tertinggi. Dalam dunia sepak bola, angka sembilan ditujukan kepada pemain yang didudukkan dengan derajat tinggi, yakni berposisi penyerang tengah atau ujung tombak. Dia bertugas mencetak gol (yang berasal dari bahasa Inggris, 'goal', yang berarti tujuan) yang berujung kemenangan. Sang Nomor Sembilan harus memiliki sekian keistimewaan: mulai dari kecepatan hingga akurasi tembakan ke gawang lawan.
Mungkin karena bertugas mencetak gol yang membawa kegembiraan dan kemenangan, Nomor Sembilan menjadi titik perhatian di lapangan. Pemain lawan akan selalu mengawalnya ketat. Berbahaya melepaskan Nomor Sembilan melaju sendirian di depan gawang, karena itu berarti peluang melesakkan bola semakin tinggi.
Nomor Sembilan selalu dipuja-puja fans. Dalam bursa transfer pemain, harganya bisa lebih tinggi daripada pemain belakang atau kiper. Sejumlah rekor transfer dunia dipecahkan pemain bernomor punggung sembilan.
Rabu, 1 April 2015. Beritajatim.com berulang tahun untuk kali kesembilan. Tidak terlalu berlebihan kiranya, jika usia sembilan tahun tak ubahnya angka sembilan dalam sebuah tim sepak bola. Angka sembilan menunjukkan bahwa kami harus semakin matang dan kuat.
Sebagaimana pemain bernomor sembilan, Beritajatim.com berurusan dengan kecepatan. Jika diibaratkan bisnis media dalam jaringan (daring atau online) adalah sebuah lapangan sepak bola, gawang lawan adalah tujuan akhir yakni pemuatan berita yang layak dibaca khalayak. Sebuah berita yang baik dan bermutu tak ubahnya gol indah.
Namun kami harus bersaing dengan banyak pemain. Kami harus siap menghadapi tantangan dan hadangan. Kalah dalam kecepatan, kami tertinggal dan bola bisa direbut lawan. Dalam bisnis media daring, bola itu adalah momentum berita.
Sebagaimana pemain bernomor sembilan, kami tak boleh disibukkan hanya dengan kecepatan tapi juga akurasi. Apa gunanya menembakkan bola ke gawang tim lawan, jika tak akurat atau akurasinya rendah. Yang terjadi justru membuang-buang peluang dan berdampak ganda: kelelahan dan bikin frustrasi.
Bisakah Anda membayangkan, sebuah media berita daring seperti Beritajatim.com berusaha secepat-cepatnya membawa momentum untuk menjadi berita (gol), namun dalam penyelesaian akhir justru tak akurat. Banyak fakta yang meleset atau keliru. Tentu jika pembaca diibaratkan penonton dalam sebuah pertandingan sepak bola, mereka akan kecewa dan marah. Tak menutup kemungkinan mereka ogah membaca media tersebut dan menjadikan rujukan. Sama ogahnya melihat tim sepak bola yang selalu gagal mencetak gol indah.
Pertanyaan berikutnya dalam dunia jurnalisme daring: bisakah kecepatan dipadukan dengan akurasi. Media cetak harian masih memiliki tenggat cukup panjang untuk mengoreksi dan mencermati fakta-fakta sebelum diterbitkan keesokan harinya. Mereka mungkin tertinggal dengan media daring dalam hal kecepatan, namun mereka relatif bisa lebih akurat.
Bukankah kecepatan berisiko kecelakaan? Di jalan raya, kendaraan yang memacu kecepatan tinggi memiliki potensi bertabrakan lebih tinggi daripada kendaraan yang berkecepatan lebih rendah. Dalam dunia sepak bola, pemain-pemain yang memiliki kecepatan tinggi lebih rawan terkena cedera.
Bukankah kecepatan dan akurasi meliputi dua unsur yang kontradiktif: kecepatan memacu adrenalin dan akurasi membutuhkan ketenangan. Bagaimana memadukannya?
Mungkin di situlah, kita bisa belajar dari seorang Diego Armando Maradona. Tak ada yang membantah kecepatannya dalam berlari. Piala Dunia 1986 di Meksiko menjadi saksi, betapa enam pemain Inggris tidak ada yang bisa menghadangnya, termasuk sang kiper kawakan Peter Shilton.
Apa kelebihan Maradona? Anda mungkin sudah tahu: dia piawai membaca momentum. Dia tahu kapan waktunya harus berlari cepat, menahan bola, tahu kapan saatnya menendang keras dengan akurasi tinggi, tahu kapan harus bertahan dan merebut peluang dari lawan.
Ibarat seorang striker yang tengah menggiring bola, kami tahu berita harus secepat-cepatnya dilesakkan ke publik agar bisa dibaca lekas. Namun kami juga harus bijak dan cerdik seperti Maradona. Tak selamanya kecepatan membuahkan gol. Maka ada kalanya kami mungkin tertinggal dari media massa daring lainnya, atau bahkan dari kabar media sosial. Namun bagi kami ketertinggalan dalam kecepatan itu terbayar, jika kami bisa mencetak gol indah yakni berupa berita yang akurat, benar secara prosedur jurnalistik, dan enak dibaca.
Lebih jauh kami memiliki filosofi sebuah tim sepak bola: tujuan akhir adalah kemenangan. Satu atau dua gol cepat tidak selalu membawa kemenangan. Kemenangan kadang bisa dicapai justru dengan kehandalan mengatur taktik dan strategi, kapan menyerang cepat, kapan melesakkan bola ke gawang lawan.
Dan kami menyukai tikitaka ala Barcelona, total football ala Belanda, atau pass and move ala Liverpool: hasil akhir harus dicapai melalui proses yang indah dan benar. Dalam dunia jurnalisme, hasil akhir tidak boleh menghalalkan segala cara. Oleh sebab itu, para jurnalis memiliki panduan kode etik dan kepercayaan pembaca.
Jika berita-berita yang kami sajikan berhasil memenuhi kaidah jurnalistik yang benar, mematuhi kode etik, dan menjaga kepercayaan Anda sebagai investasi jangka panjang, berarti kami sudah mendapatkan kemenangan, merengkuh trofi kami dalam persaingan ketat di dunia maya.
Pemimpin yang Otentik
Saat Beritajatim.com pertama kali dibangun, tak sedikit yang pesimistis: bagaimana media ini bisa bertahan dari persaingan pasar yang ketat. Media massa daring bukan hal yang familiar. Apalagi jika cakupannya hanya regional. Bukankah media massa daring seharusnya memiliki cakupan pemberitaan dan wilayah kerja nasional atau bahkan internasional?
Anggapan itu tak sepenuhnya keliru, karena berangkat dari anggapan bahwa internet justru memutus sekat-sekat kewilayahan. Internet meringkas dunia menjadi lebih padat dan meringkus waktu menjadi lebih cepat. Interaksi menjadi lebih nyata. Internet adalah revolusi sosial terbesar kedua yang pernah diciptakan manusia setelah penemuan mesin cetak.
Namun di tengah semua hal yang semakin mengglobal, para pendiri dan penggagas Beritajatim.com sadar, tak selamanya orang membutuhkan informasi nun jauh di sana. Kadang dan seringkali kita membutuhkan informasi-informasi di sekitar kita, yang dekat dengan kita, bahkan mungkin di samping rumah kita. Informasi-informasi yang kadang diremehkan oleh media-media daring besar yang berpikir nasional atau global. Maka sebuah media massa daring lokal dan regional tetap perlu ada untuk mengisi kekosongan dan melayani kebutuhan itu.
Akhirnya keragu-raguan bisa ditepis. Beritajatim.com bertahan hingga usia kesembilan. Bahkan beberapa kalangan menganggap kami adalah 'leader' untuk pasar media online regional dan lokal.
Tentu saja pujian itu kami anggap sebagai sebuah kehormatan bagi Beritajatim.com. Kami sendiri merasa, Beritajatim.com harus banyak berbenah. Menjadi 'leader' itu berat, apalagi 'authentic leader' atau pemimpin yang otentik.
Sekali lagi, kami belajar dari sepak bola, dan kami belajar dari Brendan Rodgers, manajer Liverpool yang menjadi Manager of The Year Liga Inggris dalam usia 40 tahun. Mengacu dari buku The Manager: Inside The Minds of Football's Leaders karya Mike Carson, ada empat prinsip dasar Rodgers untuk menjadi pemimpin yang otentik.
Pertama, mengidentifikasi dan bersandar pada sumber inspirasi kami. Mengetahui siapa dan apa yang menjadi inspirasi kami adalah titik awal langkah kami dan jangkar bagi kami saat berada d bawah tekanan. Sumber inspirasi kami tentu saja Anda: pembaca, publik yang kami layani.
Kedua, mengubah pengalaman menjadi kebijaksanaan. Ketiga, menjaga tujuan. Kami mencoba meneladani para pemimpin otentik yang baik yang tahu tujuan mereka. Gaya bisa beradaptasi, pendekatan bisa berubah, namun kami tahu apa yang kami ingin capai, apa yang kami percayai, dan apa yang kami pertahankan.
Keempat, tetap pada pendirian dan filosofi. Filosofi Beritajatim.com sebagai kantor media massa daring dipertahankan dan dijalankan hingga saat ini. Boleh jadi dalam perjalanan, kami melakukan kesalahan, dan kami harus belajar cepat dari kesalahan itu.
Oleh sebab itu, kelima, kami harus selalu mencoba menjadi pelajar terus-menerus. Para pemimpin otentik memiliki kerangka berpikir untuk selalu belajar.
Itulah kami, itulah Beritajatim.com, dan kami akan selalu mencoba untuk terus tumbuh, berkembang, dan berubah ke arah yang lebih baik. Tak ada yang tetap kecuali perubahan itu sendiri.
Brendan Rodgers menyatakan akan selalu belajar. "Saya akan semakin tua, tapi para pemain akan tetap muda (karena selalu berganti-ganti). Demi kepentingan mereka, saya tak boleh mandeg."
Mengadaptasi kata-kata bijak Rodgers: Beritajatim.com akan semakin bertambah usia, namun para pembaca akan selalu muda, karena pembaca berganti, yang tua pergi, pembaca baru akan muncul dari hari ke hari. Oleh karenanya, demi kepentingan publik, demi kepentingan pembaca kami, kami tak boleh terjebak dalam kejumudan dan kemandegan.
Terima kasih. [wir]
01 April 2015
Labels: Esai, Jurnalisme
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment