26 June 2011

Akhirnya Nanik Tak Lagi Sesak Napas

Selama belasan tahun Nanik Irianti mengabdikan hidupnya untuk membuat gula merah dari nira pohon kelapa. Selama itu pula, napasnya sesak tak karuan.

Gula merah tradisional memang menggunakan sulfit untuk lebih mencerahkan warna yang kehitaman karena proses produksi. Selain itu sulfitasi juga lebih memperpanjang usia simpan komoditas.

Padahal, penggunaan sulfit di atas ambang batas berbahaya bagi kesehatan. "Konsumsi berkepanjangan gula merah yang menggunakan sulfit bisa membuat ginjal terganggu, karena adanya tumpukan residu," kata Arief Wicaksono, Manajer Kebun Kalisepanjang PT Perkebunan Nusantara 12.

Sementara itu, bagi pekerja yang mengolah gula tersebut, sulfit menyebabkan sesak dan asma. "Dada saya sering sakit dulu. Saya kalau sudah sakit, sampai tiga hari tak bekerja," kata Nanik. Ia menunjuk penggunaan obat sulfit sebagai biangnya.

Nanik tak lagi sesak napas, setelah pengelola Kebun Kalisepanjang tak lagi menggunakan bahan sulfit dalam proses pembuatan gula merah. Saya bertemu dengan dia saat mengunjungi tempat produksi gula merah itu, Kamis (23/6/2011) lalu. Bau manis kelapa terhirup dari kepulan asap tumang berisi cairan kental coklat nira.

Sejumlah perempuan mengenakan baju kerja bertuliskan Indofood, perusahaan makanan dan minuman yang menjadi pasar gula merah PTPN 12. Anak-anak bermain dan menyaksikan ibu dan ayah mereka bekerja di sekitar tumang. Di sini terdapat 70 orang pekerja dan 46 tumang untuk pengolahan. Setiap hari, proses produksi memakan waktu 5 jam, dan selesai pada pukul 15.00.

Sepintas tidak ada perbedaan antara gula merah non-sulfit produksi Kebun Kalisepanjang dengan gula merah sulfit di pasaran. Arief menjelaskan, gula merah non-sulfit memiliki tekstur lebih lembut. "Rasanya manis khas gula kelapa," katanya. [wir]

No comments: