20 February 2011

Ketemu Aremania di Probolinggo, Bonek Cuek

Ratusan Bonek yang tak membawa kartu tanda penduduk tertahan di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Rombongan bus ribuan Bonek sempat ketemu Aremania di Probolinggo.

Rombongan bus dan mobil pribadi yang berangkat bersama-sama dari Surabaya bergerak mulai pukul 21.00, Sabtu malam (19/2/2011). Saat ini, rombongan besar tersebut sudah tiba di Bali untuk menyaksikan Persebaya 1927 melawan Bali De Vata, Minggu sore (20/2/2011), dalam laga lanjutan Liga Primer Indonesia.

Tidak ada laporan terjadinya insiden. Bahkan, secara terpisah, Bonek asal Jakarta, Hanafi, dan Bonek asal Pasuruan, Badi, mengatakan, jika rombongan mereka sempat menarik perhatian warga kota yang dilalui.

Di lingkar tol Gempol, Bonek di bus memilih menyanyikan lagu-lagu yang menjadi ciri khas di stadion. "Bonek-Sakerah kita saudara," teriak mereka.

Di Probolinggo, menurut Hanafi, rombongan bus sempat bertemu dengan Aremania di tepi jalan yang melambai-lambaikan syalnya. Namun, para Bonek cuek, dan bus tetap melaju. Mereka hanya berniat menonton Persebaya di Bali.

Di Ketapang dan Gilimanuk, banyak Bonek yang belum mendapat angkutan. Mereka menumpang ke bus-bus yang datang tersebut. "Di bus saya saja, ada lima orang terpaksa duduk di lantai saking penuhnya," kata Hanafi.

Sementara itu, Badi mendapatkan informasi, bahwa Bonek mendapat kuota tiket masuk stadion sebanyak 2.800 orang. Padahal, jumlah Bonek yang datang ke Bali melebihi itu. Ribuan Bonek ini datang dengan menumpang kereta api, sedikitnya 47 bus dan puluhan kendaraan pribadi.

Besarnya jumlah rombongan bus ini tentu saja tidak semasif rekor tret-tet-tet ke Senayan pada tahun 1988, yang mengawali tradisi away supporters di negeri ini. Saat itu, untuk menyaksikan final Perserikatan Divisi Utama antara Persebaya melawan Persija, para suporter Bajul Ijo naik mobil pribadi, ratusan bus, kereta api, dan pesawat.

Namun, tret-tet-tet ini tetap bersejarah, karena justru terjadi saat Persebaya bukan baru saja juara, namun tengah dirundung masalah, setelah berkonflik dengan rezim PSSI yang dipimpin Nurdin Halid. Sebagaimana diberitakan, Persebaya memilih cabut dari kompetisi Divisi Utama dan pindah ke LPI, setelah 'dipaksa' degradasi oleh PSSI. [wir]

No comments: