28 December 2010

Pengalaman Waka Tanfidz NU Malaysia di Bukit Jalil (1)
Polisi Malaysia Kawal Ketat Suporter Indonesia

Menegangkan dan menyenangkan. Itulah kesan Wakil Ketua Tanfidz Nahdlatul Ulama Malaysia, Ahmad Nafi, saat bergabung bersama suporter Indonesia lain di Stadion Bukit Jalil, Minggu (26/12/2010) lalu.

Nafi berangkat ke stadion bersama kawan-kawannya, sesama anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia Universiti Putra Malaysia. Kebetulan, jarak UPM dengan stadion hanya lima belas menit perjalanan kendaraan bermotor.

Hari itu, Polisi Diraja Malaysia menjaga ketat suporter Indonesia di dua pintu masuk, yakni pintu biru dan ungu. Ada yang berjajar, ada yang menggunakan mobil. Patroli dengan naik kuda sambil membawa tongkat anjing pelacak, siaga di samping pintu masuk. Helikopter terlihat berputar-putar di langit atas Stadion Bukit Jalil.

Pintu masuk stadion didesain khusus, sehingga penonton masuk satu per satu. Setelah masuk, setiap orang digeledah oleh polisi. Botol air mineral pun kena razia. Di atas pintu, jelas tertulis larangan bagi penonton membawa mercon, gendang, peluit besar (horn), apalagi laser.

"Tapi ketidakadilan sangat tampak. Saat saya dan teman-teman Perhimpunan Pelajar Indonesia Universiti Putra Malaysia di luar stadion, sudah berkali-kali terdengar dentuman mercon," kata alumnus Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember ini.

Dentuman mercon itu terdengar dua jam sebelum kick off. "Dan yang meletupkan mercon itu adalah suporter Malaysia. Artinya, polisi ketat merazia suporter indonesia dan membiarkan suporter Malaysia. Setelah masuk stadion, saya lihat sendiri lihat sendiri mercon diarahkan ke lapangan oleh suporter Malaysia," kata Nafi.

Aksi lempar mercon ke tengah lapangan juga terjadi saat pertandingan. Ketika pertandingan terhenti enam menit, tampak jelas mercon diletuskan di tengah lapangan oleh suporter Malaysia. [wir]

No comments: