11 June 2010

Asia-Afrika Berjayalah, Final Ideal: Inggris-Spanyol


Seperti Martin Luher King, saya punya mimpi untuk persepakbolaan dunia yang lebih berwarna dan tak Eurosentris atau Latin-sentris. Martin Luther King Jr, sang pejuang persamaan hak warga kulit hitam di Amerika Serikat, pernah berpidato: "Saya mempunyai impian...putra para mantan budak dan putra para mantan pemilik budak akan dapat duduk bersama di atas meja persaudaraan. Saya mempunyai impian bahwa suatu hari... panas penindasan, akan berubah menjadi sebuah oasis kebebasan dan keadilan... Hari ini saya mempunyai impian..."

Mungkin terlalu berlebihan, jika saya mempersamakan pertandingan Piala Dunia dengan perjuangan persamaan hak. Namun dalam perspektif semangat perjuangan industri sepakbola yang lebih adil, saya memancangkan sikap untuk berpihak pada negara Asia dan Afrika yang selalu jadi anak bawang.

Tak ada yang membantah, sebagaimana negara-negara Amerika Latin, negara-negara Afrika adalah tanah subur para pemain berbakat. Piala Dunia adalah salah satu momen untuk menyaksikan bakat-bakat itu. Para pemburu bakat dari berbagai klub kaya di Eropa duduk di kursi-kursi VIP, menyaksikan semua pertandingan, untuk kemudian menggaet anak-anak muda potensial bermain di klub mereka.

Para pemain itu dibayar mahal, tentu saja. Angka jutaan Euro di cek kontrak mereka membuat mereka memerah habis tenaga demi kejayaan klub. Bahkan, jika itu harus dibayar dengan cedera yang mungkin mengakhiri karir mereka. Kompetisi sepakbola di Eropa begitu ketat dan padat, yang memungkinkan pemain didera cedera. Semakin padat, saat anak-anak Afrika ini bermain untuk klub-klub papan atas yang melakoni sekian pertandingan domestik, Eropa, dan bahkan antar benua.

Setiap kali 'Hari Raya Piala Dunia' datang empat tahun sekali, setiap kali itu pulalah selalu terdengar keluhan, tentang pemain yang tidak fit, kelelahan, dan didera cedera. Atas nama kapitalisme, klub membuat para pemain bekerja keras, dan tim nasional negara asal mereka tak bisa berbuat banyak, saat menerima 'sisa-sisa' dan keletihan. Nasionalisme hari-hari ini memang dikutuk untuk di bawah kangkangan kapitalisme.

Asia setali tiga uang. Di masa kolonialisme abad 18 dan 19, Asia adalah tanah subur untuk dihisap. 'Para tuan kulit putih' datang, dan mendadak hasil bumi diangkut ke negara mereka dengan kapal-kapal besar. Hari ini, Asia tetaplah objek. Klub-klub Eropa datang dan bermain di stadion-stadion besar di Asia, dengan tarif selangit. Merchandise dan semua hal yang berbau klub laris manis, dibeli oleh orang-orang yang tak punya hubungan puak dan tradisi dengan klub itu sendiri. Warga Asia cukuplah jadi penonton. Sirkus datang dan pergi, dan warga Asia mengeluarkan uang untuk para pemain sirkus itu.

Kapitalisme global memang tak memandang sekat. Jadi apa yang terjadi di Asia dan Afrika dalam urusan sepakbola, tak sepenuhnya salah. Namun, ada sesuatu yang tak bisa dibeli oleh kapitalisme: harga diri, kebanggaan. Dan itulah yang mungkin dipertarungkan oleh negara-negara anak bawang. Piala Dunia adalah siklus empat tahunan, di mana mereka bisa menunjukkan: kami bukan penonton, kami bukan hanya 'tanah', tapi kami bisa juga menaklukkan kalian.

Tahun 2002, seluruh Asia seperti disulut oleh api Pan-Asianisme, saat Korea Selatan secara menakjubkan melaju ke semifinal Piala Dunia. Korea Selatan dengan gagah berani menghancurkan negara-negara hebat macam Italia, Portugal, dan Spanyol. Apa yang dilakukan Korea Selatan jelas akan menjadi inspirasi bagi negara-negara 'anak bawang' hingga bertahun-tahun ke depan.

Maka atas nama kebanggaan itulah saya memilih menjagokan negara-negara seperti Pantai Gading atau bahkan Korea Utara untuk melaju dan berjaya. Keberhasilan mereka setidaknya akan menyadarkan negara-negara Asia dan Afrika lain, bahwa impossible is nothing, tak ada yang tak mungkin. Yah, sambil berharap, moga-moga keberhasilan mereka bisa menyadarkan kepala para petinggi PSSI untuk mulai bekerja yang benar, agar tim nasional Indonesia tak hanya jadi 'anak bawang'.

Itu mimpi saya, walau secara realistis saya melihat tahun ini adalah milik Inggris dan Spanyol. Mereka akan bertemu di final. Siapa yang juara? Saya berharap sepakbola indah yang menang. [wir]����

Prediksi Piala Dunia 2010

Babak Kedua:

Prancis - Nigeria
Inggris - Ghana
Belanda - Paraguay
Brasil - Chile
Argentina-Uruguay
Jerman-Slovenia
Italia-Kamerun
Spanyol-Portugal

Perempat Final
Prancis-Inggris
Belanda-Brasil
Argentina-Jerman
Italia-Spanyol

Semifinal
Inggris-Brasil
Argentina-Spanyol

Final
Inggris-Spanyol

2 comments:

hamzah ian said...

gile bersemangat gua bace

Anonymous said...

MERDEKA!
HIDUP RYZA!