07 April 2010

Bonek di Mata Hermawan
Dicuplik dari posting Dyota Wiradhian di FB

Di Buku "the MarkPlus FESTIVAL 2008" hal 46 :
"...Bentuk emotional attachment bs bermacam2, terutama kalau si Arek Suroboyo itu sudah jauh tinggal dr Surabaya. Saya misalnya, walaupun sdh kira2 15 thn tinggal di Jkt masih saja kangen dgn bhs... suroboyoannya Jawa Pos. Selain itu, setiap Persebaya main, kalah menang, selalu pengen tau hasilnya. Dan sambil berdebar2 menunggu berita apakah Bonek kali ngamuk yg sampai merusak atau enggak..

Walaupunsdh lebih dari 15 thn di Jkt, saya juga tdk tertarik u/ merubah aksen saya menjadi lbh "Jakarte". Saya cukup bangga dgn aksen Suroboyo saya, bahkan saya sering bilang di luar negeri, kalau kebetulan ngajar atau bicara, bahwa My English is Singlish. But no Singapore English, it is Surabaya English.

Saya tidak minder pergi kemanapun di ujung dunia u/ menggunakan bahasa seperti itu . Saya selalu mengatakan don't judge me on my English but on my marketing knowledge, because I am not an expert English but an expert in Marketing.

Buktinya diakui sbg salah satudari hanya dua orang saja dari Asia yg masuk daftar 50 Gurus who have shaped the future of marketing dari Chartered Institute of Marketing (CIM).

So? Itu untungnya jadi orang Surabaya yang Bonek...tapi terus terang Bonek saja tidak cukup , you need to have uniqueness.

My uniqueness is that i can simplify the simple things. Karena itu buku marketing saya gampang dibaca. Some professor complicate the simple things.. :)
Karena itu, sebenernya arek Suroboyo sebenarnya sudah tidak terlalu butuh seminar dan buku yang bersifat motivational. Karena Bonek itu sudah mendarah daging sejak 10 November 1945 yang lalu.

Yang diperlukan Arek Suroboyo adalah mencegah jangan sampai jadi over confidence shg berani melakukan apa saja tanpa strategi. Bonek yang akhirnya, mohon maaf, berani pergi ke jakarta untuk membela Persebaya tanpa sangu yang cukup bd backfire merusak brand Surabaya sendiri...."

No comments: