07 June 2009

Visi-Misi Ekonomi SBY Tak Bersahabat dengan Petani
Himpunan Kelompok Tani Indonesia menilai, visi dan ekonomi Susilo Bambang Yudhoyono tak seindah apa yang terjadi selama masa pemerintahan lalu. HKTI pesimistis, SBY akan melaksanakan visi dan misi yang bersahabat dengan petani.

"Kami bersyukur, Pak Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan untuk meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Tapi praktiknya selama 4,5 tahun beliau menjadi presiden, fakta bicara lain,"kata Sekretaris Jenderal HKTI R. Pambudi kepada beritajatim.com, Minggu (7/6/2009).

Pambudi melihat, tanda-tanda SBY masih lebih pro pada pertumbuhan kelompok kelas menengah atas. Dengan tajam, ia menyebut visi pemerataan dan pertumbuhan SBY, sebagai "pertumbuhan ekonomi rendah dan tak berkualitas."

"Selama hampir lima tahun masa pemerintahan Pak SBY, faktanya lain dengan yang dikemukakan. Kredit untuk petani kurang dari Rp 5 triliun. Sementara kredit untuk supermarket, mall, apartemen, di atas Rp 20 triliun. Kalau lima tahun yang lalu sudah melakukan begitu, apa lima tahun ke depan bisa memenuhi visi-misinya," kata Pambudi.

Pambudi melihat konsep pembangunan SBY juga tidak berpihak kepada pedagang pasar tradisional. Pedagang tradisional banyak mengalami kesulitan, dan bahkan kehilangan kesempatan berdagang karena digusur.

Erani Yustika, pengamat ekonomi Universitas Brawijaya Malang, pernah mengatakan, bahwa semasa pemerintahan SBY pertumbuhan toko tradisional minus delapan persen, dan tokoh-toko modern seperti mart tumbuh 30 persen per tahun.

Pambudi semakin pesimistis SBY akan mampu melaksanakan janjinya, setelah Boediono ditetapkan sebagai calon wakil presiden. "Saat Pak Boediono jadi Menko Perekonomian dan Sri Mulyani menjadi Menteri Keuangan, beban hutang kita semakin banyak," katanya. Program-program bantuan untuk rakyat kecil sebagian dibiayai oleh uang hutang ini.

Jauh-jauh hari sebelumnya, Ketua Asosiasi Petani Pangan Indonesia Jumantoro mengatakan, pemerintahan SBY tidak menciptakan kemandirian kepada petani. Pemberian subsidi kepada petani, baik itu pupuk maupun benih, justru tidak menciptakan kreativitas petani dan menguntungkan pengusaha.

"Lebih baik subsidi diarahkan kepada produksi pertanian, bukan sarana alat produksi pertanian,"katanya.[wir/ted]

No comments: