13 June 2009

Sirikit Syah: Aslinya, SBY Paling Lemah

Iklan kampanye pemilihan presiden satu putaran oleh tim Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono tidak perlu ditanggapi. Iklan tersebut tidak memiliki makna apapun, kecuali hanya untuk pengopinian.

Saran ini ini dikemukakan Ketua Lembaga Konsumen Media (LKM) MediaWatch!, Sirikit Syah, Sabtu (13/6/2009). "Menurut saya, iklan itu meaningless, tak bermakna. Yang nanggapi sama paniknya dengan yang ditanggapi," katanya.

"Saya dari awal melihat kompetisi amat ketat dan sebanding kekuatannya. Justru (menurut) saya, originally SBY paling lemah. Kuatnya karena dukungan partai lain. Sedang Mega PDIP dan JK Golkar amat kuat dari sononya," tambah Sirikit.

Sirikit menilai, tim kampanye dan tim pencitraan kurang cerdas. Menurut teori persuasi, iklan macam itu bukan tidak akan berhasil, tapi tidak nyambung. "Rakyat tidak memilih berdasarkan janji putaran," katanya.

Sementara itu, calon presiden nomor urut 3, Muhammad Jusuf Kalla, melayangkan pesan pendek ke beritajatim.com, menanggapi pertanyaan mengenai kemungkinan pemilu presiden satu putaran.

"Saya juga ingin menang satu putaran. Tapi itu menggambarkan 'keangkuhan politik' atau 'kesombongan penguasa'. Karena itu saya tetap percaya pada kecerdasan rakyat yang harus menentukan soal 'satu' atau 'dua putaran'. Karena bukan tim sukses capres yang menentukan pilpres," kata JK.

JK menambahkan, "Bagi saya yang lebih bernilai adalah menang secara jujur. Itulah pendidikan politik bagi rakyat yang menginginkan perubahan."

Sirikit Syah menilai, sebenarnya tokoh atau capres lain tak perlu menanggapi isu pilpres satu putaran. "Persuasi JK juga tak akan berhasil dengan mengomentari iklan tidak penting itu," katanya.[wir]

No comments: