22 June 2009

Hikayat Bank Gakin (4)
Bisa Bantu Posyandu, Suwarto Jadi Selebritis Desa

Hari-hari Suwarto tak lagi sama. Ia masih pegawai sukwan di Dinas Pengairan Kabupaten Jember, Jawa Timur. Gajinya juga masih Rp 485 ribu per bulan. Namun, dadanya bisa lebih membusung sekarang.

"Saya seperti selebritis di desa," kata Suwarto. Ia merasa para tetangganya di Desa Biting Kecamatan Arjasa lebih menghormatinya, setelah ia dipercaya menjadi pengurus Lembaga Keuangan Mikro Masyarakat Amanah.

LKMM Amanah, orang biasa menyebutnya Bank Gakin Amanah. Dengan 330 orang anggota, bank yang dinisbatkan sebagai milik warga miskin ini kini berkembang. LKMM Amanah tak lagi berkutat pada urusan kredit dan tabungan para anggotanya.

"Setiap bulan secara bergantian, kami bisa memberikan bantuan Rp 30 ribu kepada delapan posyandu (pos pelayanan terpadu). Kami juga memberikan beasiswa kepada dua siswa berprestasi di desa kami Rp 150 ribu per tahun," kata Suwarto.

Sunarti, pengurus Bank Gakin di Kecamatan Rambipuji mengatakan, pihaknya membebaskan utang anggota yang meninggal dunia. "Kami ambilkan dari dana cadangan," katanya.

Dick E. Bosselaar dari tertarik dengan apa yang dilakukan Bank Gakin. Berdasarkan hasil PUM (Programma Uitzending Manager), sebuah lembaga swadaya masyarakat Plat merah di Belanda. Penelitiannya menunjukkan Bank Gakin memang mendongkrak kepercayaan diri warga miskin. Kepercayaan diri mereka semakin tinggi, karena melalui Bank Gakin, para warga miskin justru punya peran sosial yang tinggi.

"A striking element is that almost 100 % of the women found, that their self regard has been strongly increased mainly due to the fact that they have received a loan to effect an investment, and they are succesfull in their activities and are able to repay the loan in due time," demikian hasil penelitian Bosselaar.

Menurut data dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Jember,
Tahun 2008, 12 Bank Gakin mampu menyubsidi 39 pos pelayanan kesehatan terpadu (posyandu). Tahun 2009, 37 Bank Gakin menghidupi 100 posyandu. Per bulan masing-masing posyandu mendapat bantuan Rp 25 ribu - 50 ribu. Kelak, harapannya, Bank Gakin bakal ada di 1.024 dusun di Jember, sehingga semua posyandu bisa tersubsidi.

Kemampuan para keluarga miskin mengorganisasi diri mereka sendiri untuk berdaya secara ekonomi, boleh jadi tak seksi di mata perbankan kenvensional. Perbankan konvensional yang bergerak dengan logika fundamentalisme pasar dan mengatasnamakan manajemen risiko, menolak memberi kredit kepada kaum miskin ini. Namun, ini tak membuat Bank Gakin mati angin.

Bantuan permodalan justru datang dari luar dunia perbankan. PT Telkom Jember memberikan pinjaman selama satu tahun Rp 40 juta pada September 2008, dengan bunga 6 persen selama dua tahun. Pinjaman tersebut diperuntukkan Koperasi Gakin. Nantinya Kopgakin yang akan menyalurkan kepada LKMM Bank Gakin yang membutuhkan. Tercatat, ada 10 Bank Gakin yang sudah diberikan dana oleh Kopgakin.

Ruswanto, Officer I Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Community Development PT Telkom Sub Area Jember mengatakan, tidak ada risiko dalam meminjamkan modal ke Kopgakin. "Mereka bisa memberikan jaminan berupa sertifikat tanah. Selain itu usaha mereka kelihatannya cukup baik," katanya.

PT Telkom juga memberikan pembinaan administrasi manajemen. "Kalau ada pameran dan mereka punya produk, kami akan ikutkan. Kalau mereka mau bikin pameran, kami akan biayai," kata Ruswanto.

Dari Belanda, mewakili lembaganya, Bosselaar memberikan bantuan enam ribu dollar Amerika Serikat. Mirfano mengatakan, bantuan itu dipantau oleh Rabobank sebagai bahan pertimbangan pemberian pinjaman sangat lunak pada masa mendatang.

Berdasar keterangan di situs resmi Rabobank, kelompok Rabobank adalah penyedia layanan jasa keuangan internasional yang beroperasi berdasarkan prinsip koperasi. Grup ini terdiri dari 153 Rabobank lokal yang independen dan organisasi sentral mereka yaitu Rabobank Nederland dan anak perusahaannya. Grup Rabobank mempekerjakan sekitar 61.000 FTEs di 45 negara. Operasional grup termasukperbankan ritel, perbankan korporasi, manajemen aset, leasing dan real estate. Grup melayani sekitar 9,5 juta nasabah di seluruh dunia.

Di Belanda, fokus grup adalah seluruh layanan keuangan, dan secara internasional, dalam pangan & agribisnis. Entitas Grup Rabobank mempunyai ikatan internal yang kuat yang muncul dari akar koperasi.

"Ada enam LKMM Bank Gakin yang menerima bantuan dari Bosselaar. Setiap LKMM tadi menerima bantuan seribu dollar. Separuh adalah hibah, separuhnya lagi adalah pinjaman dengan bunga 5 persen per tahun selama tiga tahun. Dari bunga itu, 3 persen diperuntukkan pemilik modal, dan 2 persen untuk Koperasi Gakin yang bertanggungjawab membuat laporan dengan standar internasional setiap tahun," kata Mirfano.

Enam Bank Gakin yang menerima bantuan itu dipilih dari survei terhadap 17 bank gakin. "Mereka dipilih karena daftar tunggu peminjamnya paling besar. Duit mereka terbatas, sementara masyarakat miskin yang belum terlayani cukup banyak," kata Mirfano.

Perlemen melihat gerakan sosial Bank Gakin sangat bagus. Anggota Komisi B Bidang Perekonomian DPRD Jember, Rendra Wirawan, meminta agar Bank Gakin dikembangkan lebih besar. Ia menyarankan, agar Pemkab Jember berupaya mendesak kucuran dana corporate social responsibility (CSR) dari badan usaha milik negara yang ada di kota tersebut. Jember adalah daerah perkebunan yang masuk wilayah kerja PT Perkebunan Nusantara IX, X, dan XI.

Belum terdengar suara dari sejumlah BUMN tersebut soal Bank Gakin. Namun, ada atau tidak bantuan, orang-orang miskin seperti Suwarto dan Sunarti akan jalan terus. Modal kecil-kecilan dari sesama mereka sendiri memang tak akan membuat para warga miskin ini menjadi pengusaha besar. Namun itu sudah cukup.

"Ada anggota saya yang dulu kerjanya berjualan tape (makanan tradisional dari singkong) dengan nyunggi (memikul), kini sudah bisa memproduksi 200 besek per hari dan dijual ke rumah makan," kata Suwarto.

Bagi para rakyat kecil itu, kapitalisme tak harus berujung pada rakus, agaknya. [wir]

No comments: