19 June 2009

Awas! Liberalisme Bahayakan Islam...

Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Probolinggo yang juga ketua Pengurus Wilayah NU Jawa Timur, KH Mutawakkil Alalallah menolak anggapan bahwa pengaruh politik kiai menurun. Jika pengaruh kiai menurun, maka umat Islam akan terancam fundamentalisme dan liberalisme.

Secara terpisah, pengamat politik Kacung Marijan mengatakan, perilaku warga NU dalam memilih sudah berubah. Tak selamanya preferensi kiai menjadi preferensi umat. Apalagi, para kiai sendiri tidak satu suara. Saat ini kiai bukan lagi satu-satunya faktor dalam politik.

"Jangan menganggap wibawa kiai tak ada pengaruhnya ke umat. Kiai-kiai NU termasuk perekat keberagaman komponen bangsa. Mereka bertindak dengan semangat Islam rohmatan lil alamin (Islam, rahmat semesta alam)," kata Mutawakkil.

Mutawakkil khawatir, jika para kiai ini dianggap tak punya pengaruh, umat Islam akan akan mengikuti tokoh-tokoh fundamentalis atau liberal. "Kalau tokoh-tokoh NU ditinggalkan, Negara Kesatuan Republik Indonesia berada dalam bahaya," katanya.

"Umat akan kemasukan ajaran fundamentalis atau liberal. Liberalisme ini membahayakan agama, karena menganggap agama hanyalah budaya," tambah Mutawakkil.

Liberalisme menjadi isu krusial dalam pemilihan presiden kali ini. Dalam masalah ekonomi, sejumlah orang menyerukan peringatan ancaman kaum neoliberal. Sementara, di bidang agama, NU mengingatkan bahaya liberalisme.

Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar NU KH Hasyim Muzadi mengatakan, kepengurusan besar organisasi terbesar itu tengah digerogoti dua kelompok Islam.

"PBNU sudah digerogoti oleh ekstrim PKS, dan juga yang liberal. Saya teriak-teriak, tidak didengarkan. Kalau saya tidak kuat, saya bisa jadi Nabi Yunus yang melarikan diri," kata Hasyim di hadapan para kiai yang berkumpul di Ponpes Al Qodiri Jember, Kamis (14/5/2009).

Usai pertemuan itu, Hasyim mengatakan kepada wartawan, bahwa NU bukan liberalisme dan liberalisme bukan NU. Keislaman NU didasarkan pada kaidah-kaidah yang sudah ditentukan. "Pengembangan pemikiran NU harus melalui manhaj (kaidah yang sudah ditentukan)," katanya.

Apa yang diyakini NU tentu saja berbeda dengan yang diyakini kelompok Islam liberal. Kelompok liberal dinilai Hasyim membuat pemikiran sendiri yang mengkritisi semua, termasuk Al Quran. Hasyim setuju dengan kritisisme, asal sesuai dengan koridor. [wir]

No comments: