26 December 2008

Wong Jawa Bernenek Moyang Bani Israil?

Syahdan, zaman dahulu kala. Musa memimpin barisan umat Israel menyeberangi Laut Merah. Laut dibelah. Orang-orang itu berjalan berusaha menghindari kejaran tentara Pharaoh. Namun, tunggu dulu. Ternyata ada sepasang kekasih yang memilih tidak mengikuti rombongan. Mereka berlari ke arah lain, meninggalkan rombongan. Mereka terus berlari... hingga sampailah di sebuah pulau yang hijau. Mereka beranak-pinak di sana, dan menurunkan masyarakat pertama di pulau itu. Kelak pulau itu dinamakan... JAWA.

Jangan anggap terlalu serius cerita di atas. Cerita itu direkonstruksi dari hasil kongko-kongko saya dengan beberapa kawan semasa duduk di bangku kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Jember, Jumat malam (26/12/2008). Kami berlima: saya, Yanuar Priambodo, M. Ali Fikri, Ilham Juanda, dan Bambang SBW.

Kami semua pernah berguru di organisasi yang sama: Himpunan Mahasiswa Islam. Malam itu kami berdiskusi hingga pukul setengah tiga dinihari. Saya sudah lama tidak berdiskusi tentang banyak hal hingga berjam-jam: politik, pertanian, ekonomi, hingga masalah budaya.

Ihwal sepasang anak Bani Israil yang lari ke Jawa ini, kami khayalkan, setelah kami berdiskusi tentang karakter manusia Jawa kontemporer di bumi Indonesia. Kebetulan atau tidak, manusia Jawa kontemporer memiliki sejumlah kesamaan karakter dengan Bani Israil. Mulanya, kami menganggap itu kesamaan manusia Indonesia dengan bani Israil. Tapi setelah kami pikir-pikir lagi, dengan Indonesia yang beragam, kami lebih setuju jika kesamaan itu dikaitkan dengan manusia Jawa.

Anda boleh percaya atau tidak. Mari kita baca persamaan itu.

1. Tidak mudah percaya, dan selalu menginginkan bukti lebih dulu sebelum melakukan sesuatu.

Contoh:
Saat Bani Israil diperintahkan melakukan sesuatu oleh Nabi Musa, mereka selalu minta bukti sesuatu akan manfaat perintah itu. Saat bertemu dengan Nabi Isa, Bani Israil juga minta bukti 'kesaktian' Isa sebagai utusan Tuhan. Mereka mulai percaya, setelah Isa dan Musa menunjukkan mukjizat anugerah Tuhan.

Saat wali-wali menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, manusia Jawa tak langsung mempercayai. Mereka butuh butuh 'kesaktian' para wali. Ada anggapan bahwa orang yang dekat dengan Tuhan harus bisa menunjukkan linuwih atau kelebihan yang merupakan representasi Ketuhanan.

Hal ini tidak ditemui dalam penyebaran agama Islam masa awal di tempat-tempat lain di Indonesia.

2. Bani Israil pernah disebut begitu mematuhi rahib-rahib mereka, dan bahkan memperlakukan para rahib nyaris seperti Tuhan. Hal ini pernah disinggung dalam Al Quran. Hal yang sama juga dilakukan oleh manusia Jawa, dengan memberlakukan raja dan para tokoh agama bagaikan manusia tak bercela. Bahkan raja Jawa memiliki gelar penguasa politik dan agama (kalifatullah).

3. Bani Israil punya mitos Mesias, manusia Jawa punya Ratu Adil.

4. Bani Israil mengimajinasikan Tanah yang Dijanjikan di Palestina, manusia Jawa mengimajinasikan Nusantara melalui Majapahit (ingat Muhammad Yamin, dong?)

5. Bani Israil dikenal cerdas dan pandai berargumentasi, manusia Jawa pintar ngeles dan berinovasi kalau kepepet.

6. Pemimpin Israil menggunakan cara-cara kekerasan untuk memaksakan imaji Tanah Perjanjian. Pemimpin Jawa menghalalkan pembunuhan dan pembantaian untuk memaksakan imaji Nusantara supaya utuh.


Itu kesamaan yang saya ingat. Anda punya yang lainnya? Atau justru mau membantah? Ya, monggo... Asal tidak ngamuk-ngamuk dan pakai kekerasan. (*)