Manifesto Padi

Saya Diberitahu Jatim Mandiri Hanya Mau Bayar Rp 1 Juta

Saya sebenarnya ingin menulis artikel ini sejak Sabtu dua pekan silam, 8 Maret 2008. Namun, bertepatan Sabtu itu pula saya tumbang. Jatuh sakit. Tubuh saya menggigil selama sepekan. Suhunya naik turun tidak karuan. Saya pun tidak bisa bekerja dan pergi ke warung internet. Tentang penyakit saya, saya tulis di bagian lain.

Saya baru hari ini membuka blog saya. Untung di rumah orangtua ada speedy. Tubuh saya sudah agak mendingan dari yang kemarin. Banyak tanggapan yang masuk membuat saya tersentuh. Saya tidak mengenal beberapa orang yang masuk ke blog saya. Beberapa lainnya saya mengenal mereka. Terima kasih saya untuk mereka semua.

Sabtu sore, saya mendapat telpon dari Ribut Wijoto, redaktur saya yang baik hati itu. Ia mengabarkan bahwa surat saya sudah dibaca oleh Imron Mawardi, pemimpin redaksi Jatim Mandiri.

"Kata Pak Imron, sampeyan akan mendapat dua bulan gaji," katanya.

Dua bulan gaji: 2 kali Rp 500 ribu = Rp 1 juta.

"Pesangon?" tanya saya.

Imron Mawardi agaknya tidak sependapat dengan suratku yang mencantumkan undang-undang mengenai pemberian upah bagi buruh yang di-PHK.

Ribut mengatakan, teman-teman di markas Jatim Mandiri di Surabaya sudah mendengar persoalan yang saya hadapi. Mereka bersimpati kepada saya. Saya memang mendapat pesan pendek simpati dari kawan di Surabaya.

Saya berterima kasih kepada Ribut yang telah banyak membantu saya. Aneh rasanya. Padahal saya tidak pernah bertemu dia. Ternyata banyak orang baik di dunia.

"Saya berharap kita bisa bertemu di media yang lebih baik dari sekarang, Mas," kata saya kepada Ribut.

Saya belum mengecek, apakah uang itu sudah ditransfer ke rekening saya. Insya Allah, Senin depan saya sudah pulih. Saya akan mengeceknya ke bank. (*)