01 March 2008

Derita Manusia Kutil asal Jember

Awalnya bercak merah seperti caplak. Namun hal itu mengubah hidup Yustinus Cokro Hadi Kusumo. Ia menjelma menjadi manusia kutil.

Sekujur tubuh Hadi, panggilan akrabnya, dipenuhi oleh bintil-bintil seperti kutil dalam berbagai ukuran. Kutil terbesar di bagian pinggang, menggelambir. Wajahnya juga penuh bintil, bahkan ada bintil yang membuat bibirnya sedikit menggelantung ke bawah.

"Tidak gatal, tidak sakit," kata Hadi, saat ditanya bagaimana rasanya jika kutil-kutil itu terpegang. Saya menemuinya di sebuah warung, tempat dia bekerja di jalan Letjen Suprapto III, Sabtu (1/3/2008).

Maria Sunarti, ibu Hadi, mengatakan anaknya lahir tanpa kutil. œNamun pada bagian pinggangnya ada semacam to (tanda merah). Waktu umurnya 13 tahun, dari situ tumbuh kutil, membesar. Lalu di bagian wajah dan badan lainnya juga muncul kutil, katanya.

Tidak cukup kutil. Di kepala bagian belakang terdapat semacam tumor yang membesar, yang sakit jika tersenggol. Tanda-tanda bakal munculnya tumor sudah terbaca sejak kecil. Tapi orang tua Hadi abai.

Sunarti pernah memeriksakan kondisi anak ketiganya itu ke mantri kesehatan. Ia disarankan membawa Hadi ke RSUD dr. Soebandi untuk dioperasi. Operasi itu tak butuh biaya, karena keluarga Hadi terkategori warga miskin.

Tapi ayah Hadi, Yosep Samian, menolak memberangkatkan sang anak ke RSUD. "Kata bapaknya, meski gratis, masa tidak pegang uang sama sekali," kata Sunarti.

Kutil di tubuhnya membuat kehidupan sosial pemuda kelahiran 1974 itu agak terganggu. Sebelum terkenal kutil pun, hidup Hadi sudah berbeda dengan anak seumurnya.

Selama enam tahun, ia menikmati bangku pendidikan dasar di sekolah luar biasa (SLB) di Malang, karena kesulitan untuk memahami sesuatu dengan baik.

Hadi jarang keluar rumah, pelesir ke tempat-tempat umum. Tempat yang paling sering ditujunya adalah gereja Santo Yusup. Itu pun setahun sekali, setiap perayaan natal.

Hadi mengaku tak pernah diejek siapapun. œTapi anak-anak kecil lari ketakutan kalau lihat saya, katanya.

Sunarti berharap dapat membawa Hadi ke RSUD untuk mengobati penyakitnya. Keluarga ini berharap perhatian dari pemerintah. [*]

No comments: