29 January 2008

Lampu Merah! Plagiasi di Unej Dianggap Biasa

Adanya temuan plagiasi di Fakultas Pertanian Universitas Jember selama 3 tahun berturut-turut sudah harus dijadikan peringatan bagi siapapun. Masalah plagiasi selama ini dianggap biasa, sehingga tak ditangani secara serius.

Keprihatinan ini dikemukakan Dr Sudrajat, dosen Faperta Unej yang mengajar tentang etika akademik, menjawab pertanyaan beritajatim.com, Selasa (29/1/2008).

"Kondisi akademik atmosfer sudah tak mendukung. Sumber daya dosen yang berpotensi tidak diwadahi, sehingga kontrol terhadap academic atmosphere lemah," katanya.

Sudrajat prihatin, karena sejak tahun 2006 selalu ditemukan kasus plagiasi di kampusnya. Awalnya adalah plagiasi penelitian seorang dosen yang sampai ke telinga ke Dirjen Pendidikan Tinggi.

Lalu tahun 2007, ada plagiasi yang dilakukan seorang profesor. Terakhir tahun 2008 ditemukan plagiasi yang dilakukan mahasiswa.

Sudrajat menilai, etika akademik sudah mulai tergerus di Faperta. "Etika akademik itu satu, jujur. Lebih baik nilai indeks prestasi dua koma nol, asal jujur," katanya.

Sebagai seorang dosen biasa, Sudrajat menyerukan agar seluruh civitas akademika, terutama birokrat, melakukan koreksi diri. Persoalan plagiasi tidak boleh didiamkan dan harus ditangani secara serius. Ia khawatir, jika dibiarkan, maka akan dianggap sebagai hal biasa.

Sudrajat menegaskan kultur akademik yang benar harus dikembalikan. Ini hanya bisa dilakukan dengan jalan menangani kasus plagiasi di Unej secara serius. "Plagiat adalah kejahatan besar di bidang akademik," katanya.

Ia mengingatkan, bahwa jika yang melakukan plagiat adalah mahasiswa strata pertama, maka dosen pembimbing harus bertanggungjawab seratus persen. Jika yang melakukan plagiat adalah mahasiswa strata kedua, maka 50 persen tanggungjawab ada pada sang mahasiswa.

Namun, jika plagiat dilakukan oleh seorang mahasiswa S-3, maka tanggungjawab sepenuhnya ada pada sang mahasiswa. Atas dasar itulah, Sudrajat mendesak agar kasus plagiat sesama profesor Fakultas Pertanian segera diusut tuntas. "Biar tidak menjadi suri tauladan bagi mahasiswa S-1," katanya. (wir/bj2)

No comments: