Masa Depan Jurnalisme Naratif di Indonesia (5)
Berita Online Belum Optimalkan Keistimewaan Internet
Jakarta- Selama ini secara umum situs berita online belum dimanfaatkan secara optimal oleh media massa Indonesia. Padahal, situs berita online memungkinkan adanya interaksi antara ruang redaksi dengan pembaca.
Janet E. Steele, profesor spesialis jurnalisme dari George Washington University menjelaskan, secara umum kebanyakan situs online hanya digunakan untuk memuat (upload) berita biasa di koran.
“Bentuk berita masih sama dengan koran. Internet belum dipakai (secara) istimewa (sebagaimana halnya) internet (di luar negeri),” kata Steele, yang saya temui saat kursus jurnalisme sastrawi yang digelar Pantau, 10 - 21 Desember lalu.
“Saya belum melihat website Mas Oryza (beritajatim.com). Tapi saya sering membaca website Tempointeraktif. Mereka hanya upload berita biasa. Ini berbeda sekali dari apa bisa dipakai dan sudah dipakai di Amerika,” lanjut Steele.
Di Amerika Serikat, setiap media massa cetak dan elektrobik memiliki situs berita yang dikelola secara interaktif. Publik bisa mengirimkan video dan berita sendiri untuk dimuat. Setiap berita yang menarik mendapat komentar dari pembaca, bahkan ada informasi lanjutan dari pembaca.
Keuntungan internet, menurut Steele, adalah tidak terbatas ruang, sehingga sebuah berita bisa disajikan secara lebih transparan. Bila ada wawancara mengenai sebuah berita, maka semua hasil wawancara bisa dimuat. Ĺ“Ada supporting document yang bisa dimuat. Ini belum dilakukan di sini, katanya.
Di sinilah tulisan narasi, berita yang bercerita, memiliki peluang besar untuk digunakan oleh media online. Tulisan naratif agak panjang tidak perlu dikhawatirkan akan membuat pembaca jenuh.
"Ada orang yang berpikir semua harus dibaca di layar pertama. Saya tidak setuju. Kalau ada sesuatu yang menarik, saya akan membaca terus," kata Steele.
Steele mencontohkan salah satu tulisan naratif di situs berita Washington Post, mengenai seorang pemain biola tenar yang bermain di halte subway.
"Pertanyaannya, apakah penumpang subway akan berhenti dan mendengar musik yang luar biasa oleh pemain musik yang luar biasa, atau akan terus saja," katanya.
Menurutnya Ada berita yang panjang sekali (mengenai pemain violin itu). Ada video sepuluh menit. Tulisan itu mendapatkan perhatian dari seluruh dunia. Ada komentar, ada respons.
Persoalan yang dihadapi pembaca Indonesia, menurut Steele, adalah tidak ada cukup broadband, dan ongkos internet terlalu mahal. "Di Indonesia, kebanyakan orang tidak punya komputer di rumah mereka. Ini salah satu hambatan di Indonesia. Tapi ini akan berubah," katanya. (*)
26 December 2007
Labels: Jurnalisme
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment