25 December 2007

Masa Depan Jurnalisme Naratif di Indonesia (4)
Berita Bercerita Sangat Relevan Dipakai di Media Online

Media massa online menjadi pesaing berat koran harian dalam menyajikan breaking news (berita peristiwa) secara cepat. Namun media online juga bisa menyajikan sejumlah berita naratif, berita yang bercerita, untuk memikat pembaca sebagaimana dilakukan media cetak.

Profesor di bidang jurnalisme dari George Washington University Amerika Serikat, Janet E. Steele, optimistis jurnalisme naratif bisa diterapkan di media massa online.

"Saya kira sangat relevan, karena secara umum kita sebagai manusia suka cerita," kata Steele kepada saya di sela-sela pelatihan jurnalisme sastrawi di Yayasan Pantau, 10 - 21 Desember tempo hari.

"Saya mungkin terlalu optimis. Tapi saya kira di masa depan, tulisan yang sangat kaya, yang sangat menarik (bisa dipakai) di platform apa saja," sambungnya.

Namun, ada beberapa trik yang harus dilakukan untuk menyesuaikan dengan pembaca internet yang menginginkan kecepatan. Di awal tulisan perlu ada satu atau dua kalimat sebagai inti berita, agar pembaca tahu dan mau meng-klik tulisan itu.

"Tapi ini kecil saja. Kalau perhatian pembaca bisa dipikat, mereka akan membaca terus-menerus," kata Steele.

Internet memiliki ruang untuk memberitakan apapun, termasuk peristiwa kecil yang mungkin tidak akan dimuat di media massa cetak karena keterbatasan halaman.

"Dan semua peristiwa yang kecil kalau diceritakan dengan baik, akan menarik perhatian," kata Steele.

Namun Steele tidak punya bayangan berapa jumlah kata sebuah berita narasi di internet. Sebagai perbandingan, berita berjudul A Boy who Was 'Like A Flower' yang dimuat di website Washington Post memiliki panjang 1.551 kata.

Saya berpikir, berita sepanjang itu bisa dimuat dalam sehari, dengan dipecah menjadi tiga atau empat cerita secara bersambung. (*)

No comments: